Sabtu, 12 September 2015

INILAH SEHARUSLAH ISTRI MEMANDANG SUAMI


Sahabat ummi, ada beberapa kesalahan istri yang sering dilakukan pada suami, hingga membuat suami tidak ridha, dan kehidupan pernikahanpun seakan-akan serba salah hingga membuat kurang harmonis. Sebenarnya ada beberapa hal yang harus diperlakukan sang istri pada suaminya, jika 6 hal ini dapat dilaksanakan, insyaAllah pernikahan akan langgeng sakinah mawadah warohmah. Keenam hal tersebut adalah:
  • Tidak berlebihan menuntut kesempurnaan
Tidak ada yang sempurna di dunia ini melainkan Sang maha Pencipta semata. Jika seorang istri menginginkan suaminya sempurna, begitu pula pernikahannya, tentulah hanya mengada-ada semata. Bukankah seorang istri juga bukan wanita sempurna?
  • Di hadapan suami, jangan mengungkit-ungkit kebaikan Anda
Mengungkit-ungkit adalah perbuatan yang tercela, jika berhubungan dengan kontribusi seorang istri pada suami, walau itu terlihat alamiah semata. Karena pada dasarnya sikap mengungkit kebaikan sepertinya akan menghancurkan amal kebaikan dan menjauhkan dari harga diri. Allah melarang sikap ini dengan firmannya dalam surat Al Baqarah ayat 264)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakitinya
Berbagai pendapat ulama terangkum dengan jawaban senada, jika menyebut-nyebut pemberian bukan merupakan akhlak yang mulia, sebaiknya melupakan pemberian itu kepada orang lain atau siapa saja, termasuk suami bahkan Imam Syafi’i menerangkan hal itu ‘lebih perih ketimbang tusukan belati’.
Meskipun demikian, ada sikap dari hal di atas yang bisa ditolerir yakni saat mengajukan kritik dan menegemukakan alasan. Ibnu Hazm berkata:”Ada dua kondisi yang di dalamnya menjadi baik apa yang buruk dilakukan pada selain keduanya, yakni saat mengajukan kritik dan mengemukakan alasan. Pada keduanya tidak ada masalah untuk menghitung-hitung pemberian dan menyebut-nyebut kebaikan, meski diakui pada kondisi selain itu hal itu buruk untuk dilakukan.

  • Istri Harus Perhatikan Posisi dan Status Sosial Suami
“Menikahlah dengan orang sekufu..” nasehat Islam bukan tanpa sebab. Sekufu memang berarti banyak, bisa setara dalam pendidikan, kekayaan, status sosial dalam masyarakat atau keturunan tertentu. Bukannya mengkotak-kotakkan derajat manusia, namun pada akhirnya kesenjangan yang terlalu dalam akan membuat masalah di kemudian hari yang bukan ringan.
Misalnya seorang istri yang tamat SMP menikah dengan kandidat Doktoral yang suatu saat akan beranjak jadi Profesor. Pola pikir dan cara pandang yang berbeda akan menjauhkan pasangan ini dalam kebersamaan yang seharusnya  bisa mereka raih. Begitu pula misalnya seorang milyarder menikah dengan buruh, saat ada masalah dalam rumah tangga, status sosial yang begitu menyolok ini akan menjadi pemicu permasalahan dan pertengkaran.
Suami yang menduduki posisi intektual tertentu dan kesibukan yang sangat menyita waktu mengharapkan pengertian dari keluarganya terutama sang istri untuk memahami posisi dan pekerjaannya. Istri hendaknya membantu suami dan merelakan sebagian haknya. Pun, jika suami seorang ahli ibadah yang suka berlama-lama denganNya.
Namun demikian menurut buku Min Akhtha’ Al-Azwaj karya Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, meski sesibuk apapun bukan berarti suami boleh terus menerus mengabaikan hak istri. Penuhi hak istri, meminta maaf jika melalaikan dan saling mengingatkan jika lupa. Akan ada pahala atas kesabaran setelah merelakan haknya.

  • Janganlah terlalu Cemburu Berlebihan pada Suami
Meski merupakan tabiat yang ‘manusiawi’ untuk seorang istri, namun ternyata cemburu itu terbagi menjadi dua. Ada yang bersifat tercela dan ada yang terpuji. Yang tercela tentu saja dikatakan sebagai cemburu buta, meluap-luap banyak prasangka dan kekhawatiran dan bisa berakibat sangat negatif, misalnya bertengkar bahkan saling melukai baik pada suami atau orang lain.
Sedang sikap cemburu yang masih bisa dikuasai dan bisa dipikir secara jernih dan bijaksana, apalagi pandai ditata dalam hatinya, hingga prasangka dan keraguan terhadap suami tidaklah terlalu menguasai atau hanya sedikit saja, masih bisa diterima, bahkan bisa dikatakan sebagai apresiasi positif. Mengapa demikian? Selain menjadi bumbu dalam pernikahan perasaan itu disinyalir adanya cinta yang mendalam dari istri dan suaminya, bukan pada orang lain.

  • Ternyata Suami Mempunyai Kondisi dan Perasaan yang berbeda Satu sama lain
Satu pemikiran yang salah jika mengira tipe suami itu sama, seperti istri yang sensitif, mudah tersinggung dan cemburu, maka suami digambarkan sosok yang tegar, pemaaf dan berwibawa. Ternyata, tidak semua suami bertipe sama. Ada kalanya suami juga mudah sensitif dan marah saat mendapati masalah kantor atau pekerjaan atau masalah dengan koleganya yang tak kunjung selesai. Untuk itu dituntut istri yang cerdas dalam memahami suami saat kondisi apapun juga. Mampu menyejukkan hati, pandai meredakan perasaan suami yang gundah dan berusaha turut mencarikan jalan keluar.
Ibnu Jauzi mengatakan,”Sebaiknya istri yang cerdas akan mendapatkan suami yang sholeh yang sesuai untuknya agar bisa bersungguh-sungguh meraih ridha suami dan menjauhkan segala sesuatu yang dirasa bisa menyakitinya.”

  • Saling Memaafkan Kesalahan
Begitu indah pernikahan jika selalu dihiasi kebaikan. Saling memahami dan memaafkan. Bukan perkara mudah jika ego masing-masing pihak yang lebih mendominasi. Namun jika satu sama lain saling mencintai, bersikap dewasa dan berusaha saling memaafkan kesalahan, surga dunia akherat akan mudah terpapar dan kebahagiaan selalu menyelimuti.
Ada ungkapan manis dari Abu Darda’ kepada istrinya,Jika kamu melihatku sedang marah, maka maafkanlah aku, begitu pula aku akan memaafkan kamu jika melihatmu sedang marah. Jika tidak demikian, mana mungkin kita bisa jalan beriringan.

Referensi:
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, 26 Dosa Istri yang meresahkan Hati Suami,2009, Solo: Kiswah Media.
Drs. M Thalib, Mengenal Tipe-Tipe Kepribadian Suami,1997, Bandung: Irsyad Baitus Salam
Candra NMD dan Lisdy Rahayu, Istri Bahagia, penerbit Qibla, 2015




Tidak ada komentar:

Posting Komentar