Jumat, 11 September 2015

4 POIN RAIH BAHAGIA UNTUK ISTRI



Sahabat Ummi, jangan salah untuk menafsirkan kebahagiaan hanya berpusat pada kekayaan dan harta melimpah. Jika seorang istri ingin bahagia yang  tidak hanya berpusat pada materi semata, itulah ciri istri yang sholihah. Ia harus mampu mengendalikan dirinya untuk menjadi panutan terbaik untuk keluarganya terutama anak-anaknya, juga orang di sekelilingnya. Untuk menjadi panutan itu bukan perkara mudah, namun bukan tidak mungkin dapat dipelajari atau dibiasakan mulai dari sekarang, dan tak ada kata terlambat untuk menjadi istri teladan yang bisa menjadi panutan.
            Ada beberapa poin-poin untuk meraih kebahagiaan, diantaranya:
  1. Mampu beriman dan berakhlak mulia
Ingat, akhlak mulia bukan perkara hanya bisa berhubungan dengan Allah semata dengan baik, namun lebih dari itu, ia mampu mengejewantahkan pada suami, anak-anak dan lingkungan sekitarnya dengan baik pula.
Seorang istri yang beriman tentu akan lebih bisa mengendalikan dirinya, memberikan ketentraman dan ketenangan hati, tidak pernah banyak mengeluh dengan segala kondisi dan ujian dari Allah yang menimpa. Ia akan berupaya terus ridha dan dengan apapun yang ditakdirkan Allah untuknya dan kehidupannya. Tak henti untuk bersyukur dan senantiasa sabar dalam segala situasi.
Iman dalam diri seorang muslimah tidak hanya berperan dalam menunjang kebahagiaan semata namun juga bersifat menghilangkan kesengsaraan, senantiasa kuat dan tawakal. Iman akan menggiring pada seseorang berpikir lebih cerdas, mampu memilah dan memilih apa-apa yang harus diambil dan yang harus ditinggalkan, tidak egois dan bermanfaat untuk keluarga dan masyarakat sekitar.
Akhlak mulia itu mendorong seseorang memiliki kasih sayang cinta kasih pada sesama dan kelembutan selayaknya seorang istri. Hal ini selaras dengan perumpaan dari Rasulullah.
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan tidak bisa tidur." (Muttafaqun ‘Alaihi)

  1. Selalu ingat Allah dengan perbanyak dzikir.
Rahasia bahagia seorang muslimah sebenarnya mudah, saat ia berupaya mengkaitan segala sesuatu dengan Pemilik Kehidupan, dan mulutnya tak henti melafalkan AsmaNya, dan hatinya penuh dengan kalimat-kalimat thayibah yang tak henti didengungkan dalam setiap kesempatan. Kepasrahan, ketegaran, pengkaitan hidupnya akan berbuah manis, karena tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan karena Allah akan bersama dengan orang-orang yang taat dan selalu mencintaiNya.
Dzikir adalah upaya mengikat antara seorang muslimah dengan Allah di segala kondisi tak terbatas ruang dan waktu, ketentraman saat berdzikir akan menghadirkan kedamaian dan otomatis kebahagiaan akan tercipta dengan sendirinya. Seperti yang tertera dalam firman Allah:
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)
  1. Jika kebahagiaan dunia itu berhubungan dengan materi, maka berusahalah meraihnya!
Ada satu kisah yang bisa dipetik pelajaran, dimana saya melihat di dalam keluarga yang bersahaja mungkin bisa dibilang kekurangan dalam segi materi. Dengan menanggung anak yang banyak, sebenarnya sang kepala keluarga  harus lebih gigih untuk memperjuangkan kehidupannya, paling tidak usaha apa saja yang halal dan tidak menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Namun sayang, ia hanya ‘pasrah’ dengan kegiatan yang bisa dilakukannya,yakni sebagai sopir yang tidak tetap, dimana saat ada waktu luang hanya digunakan untuk begadang sampai malam di pos ronda. Padahal jika ia mau banyak pekerjaan selingan yang bisa menghasilkan uang untuk keluarganya, namun sayang ia hanya pasrah dengan keadaan yang melingkupi dan  tidak  gigih untuk meraih materi yang lebih baik untuk keluarganya.
Seorang istri yang baik tentu  juga berusaha memaksimal mungkin membantu perekonomian keluarga dengan hal terbisa yang dilakukannya, jika memungkinkan. Tengoklah sekeliling, Allah memberikan kesempatan untuk meraih kebaikan dan rezeki yang halal di dunia ini, yang menjadikan sarana untuk meraih kebahagiaan.

4.      Bisa membagi waktu dengan baik antara beribadah dengan mencari rezeki dan kesenangan dunia.
Dalam salah satu ayat  disebutkan “Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian....” Hal ini mengandung pengertian jika waktu itu sangat berharga dan termasuk menjadi orang yang merugi jika ia selalu sia-siakan waktu, padahal bisa bernilai ganda bagi yang bisa manfaatkannya dengan bijak; di sisi lain akan memberikan pahala sekaligus kebahagiaan dunia akherat. Rasulullah pernah mengingatkan tentang waktu ini  agar menjadi peringatan bagi manusia.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah menanyakan empat hal: Umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan; Waktu mudanya, digunakan untuk apa saja; Hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya; Ilmunya, apakah diamalkan atau tidak." (HR. Tirmidzi )

Kacamata kebahagiaan memang sangat luas, namun pada dasarnya kebahagiaan yang ingin diraih tentu bahagia dunia dan akherat, dan ini sangat ideal sekali untuk manusia. Jika tidak tahu kiat maupun kuncinya tentu akan kesulitan menggapainya. Bahagia memang bisa dicari,  bahkan dipertahankan. Tinggal niat yang membara dari masing-masing pribadi untuk mengeksekusinya

Referensi:
Candra NM Dewojati dan Lisdy Rahayu, Istri Bahagia, Penerbit Qibla, 2014, Jakarta
Tulisan ini sudah saya share di Ummi online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar