Jumat, 25 Januari 2013

Ubah Hampa Jadi Bermakna Dengan Belajar Menata Hati


Suatu hari, saat saya sedang mendengarkan berita Telivisi tentang meninggalnya Wakil Mentri ESDM, Pak Wied, yang wafat digunung, saat Beliau dan rombongan sedang mendaki. Sebenarnya beritanya tak terlalu menarik perhatian, hanya saja saat Pak Wied ini wawancara di televisi beberapa bulan sebelum wafat, yang berdialog dengan politisi dan elemen masyarakat lainnya mengenai, "Ia seorang yang paling bertanggungjawab atas usulnya kepada pemerintah atas kenaikan BBM", Ia sangat menarik perhatian kami sekeluarga. Mulai dari fisiknya yang tak cerminkan sebagai seorang "petinggi". rambut yang awut-awutan tergerai sampai tengkuk, dan satu hal lagi; saya tak tega saat ia hanya menjawab pertanyaan dengan menunduk saat diberondong puluhan tanya. Sampai-sampai saya bilang pada suami , "pak ganti saluran TV nya.."

Ternyata Pak Wied ini pribadi yang sederhana, lugas dan sangat cerdas. Pola pikirnya terlalu kedepan, yang tak mudah dipahami masyarakat yang pragmatis, dan ingin serba praktis. Kadang cita-citanya menjadikan negara ini tak tergantung dengan minyak bumi tak didukung banyak pihak juga infrastruktur yang memadai. Ia mengajarkan seseorang untuk selalui cintai alam. "Kalau mendaki gunung, jangan jalan cepat-cepat. Nikmatilah alam pemberian Tuhan,agar kamu bersyukur. Setiap langkah berdzikirlah, karena selain memujaNya, akan beri ketenangan pada diri.." kalimat itulah yang terakhir diucap kepada kru TV yang selalu mengikutinya, sebelum ia wafat.

Namun yang membuat saya kagum kepadanya adalah cara mendidik keluarganya untuk pandai kendalikan diri. Sungguh ini poin terpenting yang sebenarnya menginspirasi banyak orang. Saat pagi Jasadnya dimakamkan, malamnya Istri dan putri tunggalnya di munculkan sebagai nara sumber di TV swasta sebagai cara mengenang Almarhum. Dalam hati kuberkata,"Ngawur bener Stasiun TV ini, tanah perkuburan masih merah, meninggalnyapun tanpa pesan, tanpa sakit dan sangat mendadak, tentu sangat memilukan keluarga ini, apalagi mereka harus mengenang almarhum, hingga sebelum ajalnya.." Namun ternyata saya keliru besar! Ibu dan anak perempuannya yang telah beranjak dewasa itu menjawab pertanyaan reporter TV dengan senyum, lugas apa adanya, kadang tertawa kecil kalau teringat hal lucu tentang Wakil Mentri itu, suami juga sang ayah yang sangat dicintainya, tanpa setitikpun air mata!. Luarbiasa. Nabi saw-pun, sangat berduka ketika ditinggal Istri tercintanya dan pamannya yang sebagai tangan kanannya, sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan lamanya! sampai-sampai Siti Fatimah, putri Nabi mengambil alih seluruh pekerjan rumah dan turut menata hati Beliau yang sangat terpukul! itu tunjukkan kalau Nabi saw, masih seorang manusia biasa, yang punya hati yang bisa menjadi rapuh, namun disisi lain Beliau hamba yang sangat kuat menahan gempuran yang terdasyatpun dari kaum musyrikin. Benar-benar saya harus belajar banyak dari kejadian ini, belajar menata hati dengan lebih baik lagi, agar lebih bisa kendalikan diri.

Dari beberapa Kisah yang saya tulis, saya peroleh pelajaran yang berharga dari kisah masalalu orang-orang yang sholeh, juga Para Nabi dan sahabatnya. Bagaimana seseorang harus bersyukur dengan nikmat yang tak terukur. Bagaimana seorang harus sikapi duka musibah dan nestapa yang datang bertupi-tubi bagai air bah. Juga belajar dari Diam, ketika ucapannya tak bermakna. Menghargai orang berilmu walau ia terlihat "tak layak". Tak lupa berbagi kepada sesama bagai alunan angin.

Saya juga turut meneteskan airmata, melihat keberanian seorang wanita yang sangat mencintai suaminya. Ia susul suaminya yang masih musyrik yang ketakutan dengan kedatangan tentara Muslimin, dengan memintakan maaf kepada Nabi Muhammad agar ia sudi tak hukum suaminya saat mau jadi muallaf. Dan saat suaminya menjadi muslim, mereka turut berjihad. Wanita itu kehilangan suaminya yang gugur dimedan perang, disaat bahagianya membuncah. Disaat sedihnya, walau ikhlas, tak berapa lama kemudian ia dilamar oleh Khalid sang panglima perang. Waktu Walimahan berlangsung, perang kembali berkecamuk. Khalid sang panglima langsung maju pimpin perang tinggalkan pesta pernikahan sederhananya . Wanita gagah berani itu demi melihat suami yang baru menikahinya langsung meregang nyawa ditangan musuh, ia dengan membabi buta singsingkan baju pengantinnya dan ikut tebas tentara Romawi dengan kayu pasak tenda pesta pernikahannya, beberapa musuh langsung tewas!

Juga dada ini turut berdegub kencang, membaca kisah Al Khanza, wanita penyair hebat yang juga seorang pejuang. Ia bisa bicara lewat kata-kata indahnya dengan menyemangati para Mujahid. Nabi pun memuji dedikasinya. Ia juga tak lelah turut berjuang dan beri motivasi anak-anaknya turut berjuang dimedan laga. Dan Ia kehilangan seluruh buah hatinya! meninggal sebagai pejuang Muslim, tanpa ditangisinya! Subhanallah..

Memaknai setiap kisah agar dada ini menjadi "penuh" bahwa apa yang kita perbuat belum seujung kuku dari mereka. Para wanita hebat yang pandai menata hatinya. Mereka juga pandai bersyukur dengan kehidupan yang telah diberi Allah padanya, dan mengisinya dengan hal-hal yang positif dan bernilai ibadah, setiap detik lakukan dengan mengingatNya agar hati menjadi tenang. Untuk kita, jangan sampai menyesali perbuatan kita yang sia-sia, setelah Allah berikan semua kebaikan. Karena saat menyadari sesuatu kehadiran, setelah merasa kehilangan. Sungguh sebuah penyesalan tak akan gantikan apapun juga. Mungkin ada baiknya seringlah ikut mengantar jenazah, bezuk orang sakit, atau mencoba melakukan pekerjaan diluar kebiasaan. Misalnya membuat kue-kue tradisional kemudian diedarkan dikampung-kampung, agar rasakan betapa sulitnya mencari uang. (ah saya pernah melakukan itu, makanan dititipkan di katin, seharian lelah dan tak laku banyak, saya sampai menangis! capek hati, capek badan,..dan itu bisa berhari-hari bahkan berminggu-minggu hal itu dalam bertahun-tahun yang lalu). Namun semuanya membuat hidup sangat berwarna,..dan bermakna untuk tak sia-siakan uang karena susah mencarinya. Setiap cemplungan makanan yang kugoreng, kuhias dengan dzikir. Setiap kayuhan sepedaku menuju kekantin kupenuhi juga sebut asmaNya. Untuk itu tunggu apa lagi, hiasi kehidupan ini dengan "penuh" dengan cinta, agar hambar tak lagi bergelanyut didada. Yakinlah hidup ini sebenarnya memang indah,..

Sukoharjo, 5 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar