Jumat, 11 September 2015

ANDA BELUM CERDAS JIKA BELUM BISA BERPIKIR ALA IMAM SYAFI’I


Berapa nilai intelegensia sahabat Ummi? Jika tinggi, selamat karena dikategorikan seorang yang cerdas. Namun apakah bisa menyamai kecerdasan Imam Syafi’i? Beliau berpikir dengan bijaksana, bukan hanya kemungkinan satu tingkat saja, namun sudah bercabang dan jauh kedepan. Tak setiap orang bisa menyamai kecerdasan beliau. Mengapa demikian? Inilah alasannya..
Imam Syafi’i dikenal sebagai ulama yang cerdas. Tak seperti lainnya ia menggunakan segenap pemikirannya untuk menjawab suatu masalah. Walau terkadang masalah tersebut hanya sekedar untuk menguji kecerdasan beliau. Khalifah Harun al-Rasyid sangat mengagumi dan menyayangi beliau. Sehingga ketika ada sekelompok orang yang iri hati untuk mempermalukan Imam Syafi’i dihadapan sang Khalifah karena tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.
“Ada dua orang Muslim berakal yang minum khmar. Salah satunya diganjar hukuman hadd (cambuk 80 kali), tetapi yang satunya tidak diapa-apakan mengapa bisa demikian? Tanya salah satu dari mereka.
Imam Syafi’i menjawab dengan tangkas,”Salah satu diantara mereka berdua itu sudah baligh sehingga harus dihukum hadd, sedang satunya belum baligh, sehingga ia tidak diapa-apakan.
Merasa kalah start mereka tak habis akal, salah satu dari mereka kemudian bertanya lagi, “Ada lima orang yang menzinahi seorang wanita. Orang pertama divonis dibunuh. Orang kedua dirajam. Orang ketiga dihukum hadd. Orang keempat dikenai setengah hukuman hadd. Sedang yang kelima dibebaskan. Bagaimana mungkin kelima orang yang melakukan perbuatan bersama-sama dikenai hukum yang berbeda?”
“Orang pertama menghalalkan zina sehingga ia harus divonis murtad dan wajib dibunuh. Orang kedua muhshan (sudah menikah) sehingga ia harus dirajam. Orang ketiga ghairu muhshan (belum menikah), sehingga ia harus dihukum had. Orang keempat kebetulan ia budak, sehingga ia dihukum setengah had. Sedangkan orang kelima, atau terakhir adalah gila, sehingga ia tidak mendapatkan hukuman apapaun” kata Imam Syafi’i tanpa berpikir lama.
Mereka pun saling pandang, namun ada satu soal lagi, sebelum mereka mengakui kepandaian sang Imam. “Baiklah satu pertanyaan lagi, Seorang laki-laki mengambil minum dari wadah. Anehnya ia meminum separuhnya saja yang halal, sedang separuhnya dianggap haram, bagaimana ini bisa terjadi?”
Sang Imam yang cerdas lagi bijak itu, lalu menjawab dengan tenang. “Ketika laki-laki itu sedang meminum separuh wadah, ia tak mengalami apa-apa. Namun saat mau menghabiskan separuh wadah itu, tiba-tiba ia mimisan. Sehingga darah yang menetes diwadah itu membuat air menjadi haram diminum baginya”
Akhirnya mau tak mau orang-orang yang iri dengan Imam Syafi’i mengakui keluasan ilmunya, juga cerdas dalam menjawab setiap masalah. Sang Khalifahpun tersenyum, sraya berkata “Semoga Allah memperbanyak pada keluarga besarku orang sepertimu”
Kisah sederhana ini membuktikan bahwa orang-orang yang cerdas disekeliling kita lagi bijak memang sangat diperlukan. Dan bila yang memecahkan masalah adalah orang yang kredibilitasnya baik dibidang yang diempunya, pasti hasilnya akan memuaskan. Namun sebaliknya bila orang-orang yang sebenarnya tak banyak ilmu, ditugaskan menyelesaikan masalah besar yang bukan dibidangnya, maka hasilnya tidak akan sempura.
Referensi:
Candra Nila Murti Dewojati, Masuk Surga Walau Belum pernah Shalat, Penerbit Khalil, 2012

Tulisan ini sudah saya share di Ummi Online

   









Tidak ada komentar:

Posting Komentar