Jumat, 31 Oktober 2014

Sang Penguntit Kerudung Biru



            Minggu pagi di Stadion Manahan Solo adalah tempat yang menyenangkan untuk Tom Gembus sekeluarga. Selain jalan-jalan, cuci mata juga memburu kuliner dan membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari yang mumer alias murah meriah ada disana. Saat tiba di lapak penjual jam tangan, Tom Gembus berpesan pada istrinya, Lady Cempluk,”Bu, saya mau lihat jam dulu ya, jangan jauh-jauh dari sini..”.
Lady Cempluk mengangguk. Dengan menggandeng Genduk Nichole, ia berpindah dari lapak pedagang yang berjajar disitu ke lapak lainnya. “Nduk, kita beli kaos kaki yuuk..”, ajaknya pada Gendhuk Nichole. Jarak antara lapak jam tangan sebenarnya sangat dekat, hanya depannya menyerong sedikit. Tapi, setelah seusai Lady Cempluk membayar harga kaos kaki, tiba-tiba Tom Gembus sudah raib.
“Wadow, kemana iki Bapakmu nduk,..” Lady Cempluk sudah gelisah luar bisa. Mereka lalu nyari dengan seksama. Maklum jam segitu Manahan sangat padat pengunjung, usel-uselan. Beberapa saat kemudian Tom Gembus muncul. Ia terlihat sedikit gusar. “Piye to bune, saya itu udah nyari dan ngetutke kamu sampai jauh je.
“ Kok bisa pakne, emangnya kamu mengetutke siapa?” selidik Lady Cempluk. “Ya, ibu-ibu sing kerudung biru tow..”, katanya sangat yakin. “Sik-sik pakne, saya ini pakai kerudung ungu bukan biru !” jawab istrinya bingung. “Lho, tadi khan kerudungmu biru to”, katane tetep ngeyel. Oalaah Tom Gembus..sudah salah ngeyel lagi. ‘Trus tadi sing mbok tutke ki sopoo..’ gerutu Lady Cempluk  bercampur geli.

dimuat di rubrik Ah Tenane  Solopos

LUPUT, BANGGA


            Kota Solo dalam beberapa hari terakhir ini cukup bahagia karena ditunjuk sebagai tuan rumah kompetisi terjun payung dunia. Sebagai warga yang baik, Lady Cempluk dengan menggandeng anaknya tak ketinggalan ikut perhelatan akbar itu.
            “Ayo nduk, mumpung prei, lihat terjun payung di Manahan yuk”, ajaknya. Sampai disana luarbiasa unthel-unthelan pengunjungnya. Walau panas membara menerpa Stadion kebanggaan Solo itu, ternyata antusias warganya patut diacungi jempol. Apalagi hampir semua atlit terjun payung melakukan tugasnya dengan baik. Pada nomor akurasi hampir semuanya mendarat sempurna, semua penonton beri tepuk tangan meriah.
Namun tiba-tiba ada salah seorang peserta dari Negara Afrika, sebut saja Tom Gembus melenceng jauh dari sasaran. Dan kebetulan dia adalah satu-satunya peserta yang melenceng terlalu jauh, dan penontonpun menyorakinya. Tapi dasar Tom Gembus yang seneng melucu, begitu bangkit setelah mendarat ia malah minta tepuk tangan penonton, dan penontonpun kemudian menghadiahinya dengan tepuk tangan terkeras dari semua atlet yang ada. “Ah, Tom Gembus ada-ada saja, luput jauh saja kok bangga”, batin Lady Cempluk.

Dimuat di SoloPos Rubrik Ah Tenane tgl 4 Okt 2014

DOORPRIZE OH DOORPRIZE..


            Hampir semua orang suka dengan istilah satu itu ya doorprize!  Sebab, namanya diberi hadiah walau berupa benda yang sepele, nampaknya tak ada yang menolak, apalagi ibu-ibu demen dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan hadiah. Dan jika hadiah yang dinanti cukup besar dari segi bentuk atau harganya, hmm..tentu itu yang paling diharapkan, kalau perlu sebelum diumumkan siapa yang mendapatkannya, terlihat sekali mulut mereka komat-kamit  berdoa, berharap doorprize jatuh ketangannya.
            Banyak cerita yang berhubungan dengan doorprize, salah satunya dari suami saya. Jika ada orang lain yang selalu beruntung mendapatkan hadiah kejutan itu, nampaknya hal itu hampir tidak pernah terjadi dengannya. Tercatat selalu pulang dengan tangan hampa, jika hadiri acara yang penuh doorprize. Pernah ada acara keluarga, kami sekeluarga datang  berlima (saya, suami dengan tiga anak) semuanya pulang dengan ceria karena mendapat doorprize dan tebak yang hanya diam saja? Hi..hi.. tak lain adalah suami saya.
            Dan kejadian yang paling ‘memilukan’ saat dooprize yang disediakan panitia ada 60 buah dan yang hadir 62 orang, tebak salah satu dari dua orang yang tak mendapatkannya? Iya. Betul! Dialah suamiku, hingga bisa-bisanya pulang dengan wajah malu karena hampir semua peserta membawa bingkisan. Tapi, kenapa juga panitia tak menambah hadiahnya menjadi semuanya mendapatkannya ya,..lha kok jadi nyalahkan panitia..
            Tapi gara-gara doorprize pula, sebuah rapat anggota koperasi memutuskan membatalkan doorprize untuk tahun depan dan seterusnya karena dianggap tak mencerminkan keadilan, menimbulkan iri dengki bagi anggota yang tak pernah dapat dan hanya  menghabiskan anggaran yang diperuntukan bagi yang langganan mendapatkannya. Alhamdulillah terakhir kalinya saya sempat mendapat setrika dari koperasi itu, lumayan..
            Ada cerita unik teman saya, saat ia dan suami selalu rajin menghadiri acara pengajian di kantornya yang terkenal molor. Meski demikian, suaminya selalu on time, Namun saat disodori absen, ia hampir selalu tandatangan daftar kehadiran nomor 4 keatas, bukannya nomor awal meski datang pertama kali ditempat pengajian itu, karena terlalu asyik berbincang dengan teman lain, sambil menunggu acara dimulai. Dan tiba-tiba ada pengumuman mengejutkan dari panitia, jika jamaah yang paling rajin absen nomor satu untuk maju kedepan dan diberi reward alias doorprize dari panitia agar menjadi contoh jamaah lainnya. Tiuuung..suami teman saya tadi sukses melongo dengan memelas.
Dan terakhir, ada pula cerita seorang teman yang heran mengapa masjid  kampung sebelahnya itu selalu penuh jamaahnya setiap saat? Ternyata setelah ia mencoba berjamaah disana, rahasia itu terkuak. Panitia menyediakan doorprize berupa umrah gratis bagi jamaah  yang paling rajin dengan cara absen sidik jari..hi..hi..anaknya merengut setelah tahu hadiah hanya diperuntukan warga sana, padahal sudah semangat 45! Kreatif benar ya cara panitia  memakmuran masjidnya dan menempatkan doorprize menjadi bermanfaat dan tepat guna..
           




BENTENGI ANAK TERHADAP NARKOBA: SUSAHKAH?


            Geger penangkapan selebritis dan salah seorang anggota DPR juga 15 orang lainnya seolah masih menjadi perbincangan  hangat di masyarakat. Bagaimana tidak, selebritis itu sedang naik daun dan terlihat ‘bukan orang yang bermasalah’ dengan hukum, dan raport perilakunya  baik-baik saja, tak terlihat bagai orang ajrut-ajrutan karena ia memang pekerja keras. Tertangkap BNN karena pesta narkoba di minggu pagi?

Banyak yang menyangsikannya, terperangah tak percaya dan tak sedikit berujar, ”Wajarlah, karena kaum selebrita dari sejak dulu sampai sekarang banyak bersinggungan dengan benda ‘haram’ seperti itu, karena pergaulan, gaya hidup dan stress dalam menapaki karier”

Saking banyaknya pengguna narkoba di negeri ini, bahkan kepala BNN Gories Mere mensinyalir ada 5 juta pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya. Angka yang sangat fantastis, karena terlihat betapa Indonesia sudah menjadi pasar yang sangat empuk bagi Bandar Narkoba menjajakan dagangannya. Ngeri, tak peduli anak muda, eksekutif, bahkan orang-orang dewasa dan lanjut usia, bahkan anak-anakpun sudah mulai disasar dan ini menjadi ancaman serius bukan saja bagi BNN, Negara namun juga bagi orangtua yang sangat was-was.

Lalu apa yang harus dilakukan orangtua agar anaknya terhindar dari bujuk rayu serbuan narkoba yang sangat menyesakkan dada itu? Apalagi bahaya zat terlarang itu selain merusak otak, jantung dan fisik juga bisa mengganggu segi mental dan emosional. Dampak mental dari narkoba adalah mematrikan akal sehat bagi penggunanya, untuk slalu bereuforia, bahagia semu apalagi jika sudah tahap kecanduan.

Sudah tak ada alasan bagi orangtua untuk berdiam diri dan bersikap cuek dengan keadaan ini yang sudah tahan emergency bahwa narkoba bukan hanya ada ditempat sana jauh dari rumah namun sangat dekat dan siap mengintai putra-putri kita, jika kita lengah dan tak peduli. Untuk itu perlu jurus sakit dan  tips yang harus dilakukan agar anak terhidar narkoba, diantaranya yakni,
1.       Binalah hubungan baik dengan anak, ajari mereka mempunyai kemampuan untuk mengelola emosi, sehingga bisa menciptakan kepandaian untuk bersoasialisi dengan temannya. Ajari anak untuk mengungkapkan apa saja situasi hatinya, agar anda bisa membantu disaat ada masalah atau gundah. Jangan sampai anak menjadi sosok tertutup walau dengan anda sendiri, sehingga saat ada masalah cukup berat dan mengganggunya ia akan melarikan persoalannya pada teman yang salah atau barang-barang haram lainnya.

Anak yang tak haus kasih sayang akan sangat berbeda dengan anak yang tak diurus oleh keluarganya. Karena  anak yang haus kasih sayang  akan sangat mudah mendengarkan orang lain, teman-temannya dari pada nasehat orang tuanya. Untuk itu kawal anak dengan banyak kasih sayang yang positif, yang tak berarti memanjakan dan membuatnya tak mandiri.

2.      Memunculkan kecerdasan emosionalnya disamping cerdas intelektualnya. Semuanya mesti seimbang, tak ada istilah cerdas salah satunya lebih baik dari lainnya. Bukan perkara mudah untuk seimbangkan keduanya namun bukannya tidak bisa, sangat mungkin bisa. Untuk itu peran orangtualah sebagai panutan dan selalu memberi advis untuk perbaikan perlakuan anak.

Kecerdasan emosionalnya ini digunakan untuk saat-saat genting. Saat ia dihadapkan pada masalah dan pilihan. Ia harus cepat berpikir dan mengatakan “tidak” untuk hal-hal yang haram atau tak boleh tanpa melukai orang lain yang mengajaknya. Sebab saat orang ingin menjerumuskannya terluka akibat tak cerdasnya ia menghadapi situasi maka yang terjadi adalah balas dendam untuk lebih intens membujuknya dengan berbagai cara.

Kecerdasan ini harus dipupuk sejak dini, akan sangat terlambat bila anda menerapkan saat dia remaja. Karena saat ia beranjak remaja ia akan diharapkan untuk bisa menghargai dirinya, tubuhnya untuk tidak dirusak oleh hal-hal yang tak perlu semisal narkoba dan bisa menghargai masyarakat sekitar. Saat anak bisa memadukan semuanya cerdas akal dan cerdas emosi maka ia akan tumbuh sebagai pribadi  yang lengkap dan bisa lebih optimal kembangkan potensi dirinya dalam study masyarakat.

Tidak sombong, bisa menempatkan diri, tidak mudah tersulut emosi, tidak mudah putus asa adalah sikap yang harus dimiliki anak agar bisa eksis dalam hidup dan tidak cepat terpengaruh hal-hal yang negative, ketika pribadinya tak labil. Untuk itu peran orangtua dalam membentuk karakter anak yang kuat, lentur dan bijaklah yang sudah menjadi kewajiban saat ini.

3.      Kepandaian mengelola kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini tak bisa dipisahkan dari peran orangtua. Menjadikan anak yang tak mengenal Tuhannya atau dekat dengan hal-hal yang relegius memang bisa didapat dari sekolah. Namun tak bisa menancap erat dalam diri anak saat yang didapatkan itu tak dibiasakan oleh orangtuanya dalam kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan spiritual ini dapat menumbuhkan fungsi manusiwi seseorang sehingga bisa tumbuhkan seseorang menjadi pribadi yang berakhlak baik, menjadi panutan teman sebayanya, luwes, kreatif berwawasan luas, pandai kelola kecemasan dan kekhawatiran, punya daya juang tinggi.

Tumbuhkan rasa takut untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikan dirinya, lingkungan juga agamanya akan sangat membantu saat anak selalu hadirkan Tuhan dalam setiap langkahnya. 

Selain itu ajarkan anak untuk bisa memilih pergaulannya, ajak diskusi jika suatu ketika ia memilih teman yang salah, dan utarakan akibat terburuknya. Ajak anak untuk memilih komunitas ternyaman untuknya yang positif, seperti olahraga, pencinta remaja sastra, pencinta alam, hobi yang manfaat atau ikut sains. Semua itu dilakukan agar anak menjauhi kehidupan yang tak perlu, seperti nongkrong (laranglah karena tak manfaat), kehidupan malam, batasi kepergian anak dan ajari anak untuk berkata “tidak” dan tak toleransi untuk narkoba.

 Pengetahuan narkoba untuk anak memang sudah seharusnya dilakukan mulai sekarang. Dan  terangkanlah konsekwensinya saat coba-coba dan akan berakhir kemana: Rumah sakit khusus narkoba, atau rumah sakit jiwa, penjara atau masuk neraka. Dan tentu katakanlah narkoba mempermalukan diri sendiri, keluarga dan kuburkan seluruh cita-cita penggunanya. Bila orang lain bisa mempengaruhi buruk anak, maka cobalah beri dogma baik  pada anak untuk sama sekali tak dekati narkoba. Para orangtua, sungguh peran anda  membentuk karakter sangat penting bagi anak, maka masih bilang susah untuk bentengi anak terhadap narkoba? Jangan bilang itu lagi saat ini, karena seharusnya jawabannya: tidak!


KAPABILITAS PEREMPUAN DALAM POLITIK 2014


            Amanat perempuan harus terakomodasi 30 persen dalam kepengurusan dan rekrutmen kader partai politik dalam undang-undang no.2 tahun 2011 pasal 29 ayat 1a tentang politik, memang sudah menggelitikkan para perempuan untuk terjun ke ranah panas politik 2014 mendatang. Posisi tawar menawar perempuan yang potensial dalam segala bidangpun mulai riuh terlihat. Para kader partai yang  didominasi laki-laki inipun mulai gencar mencari kader dari  perempuan sebagai ‘penggenap’ kuota, tanpa terlalu perhatikan kualitas terbaik mereka.
Mengapa perempuan harus didorong-dorong untuk berpolitik? Ternyata ada beberapa sebab yang menghalangi mereka tak tertarik dengan politik, meski isyarat dan lenggak lenggok perempuan dalam kancah politik tahun 2009 lalu sudah terlihat ramai. Namun  ternyata hanya terpenuhi 18 persen saja para perempuan duduk pada Dewan Perwakilan Rakyat dari 560 orang, sangat-sangat jauh kuota 30 persen. Padahal seperti diketahui separuh lebih penduduk Indonesia adalah perempuan. Maka perlu perhatian ekstra perempuan terwakilkan suaranya dalam berpolitik.
Undang-undang yang berpihak pada kaum perempuan dan anak-anak, ternyata masih sangat-sangat minim. Keberpihakan hukum, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial pada  wanita dan anak masih jauh dari perhatian yang maksimal, padahal mereka adalah pihak yang rentan dan rapuh dalam banyak hal.
Alasan apa sebenarnya yang paling spesifik membuat kaum perempuan enggan berpolitik dibanding dengan laki-laki? Kebanyakan genderlah yang menjadi masalah utama. Cengkraman kuat dalam pola pikir jika seorang perempuan yang sebatas pada lingkup mengurus rumah, anak dan lingkungan saja tanpa mau berjibaku dengan para lelaki mengerahkan daya mengurus dan memikirkan dengan keras untuk kesejahteraan dan mengelola negara. Dan hal itu merupakan pekerjaan berat bagi kaum perempuan. Karena rata-rata mereka sadar panasnya suhu politik bisa menyengat  hingga melengkapi keengganan mereka dalam mendekat ke ranah politik. Karena mengira yang kuatlah untuk menanggung beban seberat itu, dan hal yang demikian itu paling cocok untuk pekerjaan lelaki.
Selain itu ternyata kebanyakan para perempuan menganggap jika nilai-nilai budaya bahkan agama merupakan hambatan terbesar buat mereka untuk berpolitik. Hal ini dikutip dari pernyataan Sri Wahyuni Ketua LSM daerah Anambas (Kepri). Disana menciptakan atau sudah terbiasa dengan kultur jika kaum laki-lakilah yang berhak dan terbiasa untuk memimpin, bukan sebaliknya. Dan pendapat kelompok demikian sukses mendikotomi pemikiran para perempuan untuk kritis menyuarakan aspirasi meraka dan nyaman terbelenggu dengan nilai-nilai budaya negative yang mereka anut.
Namun hal ini juga diperparah dengan anggota legistalif dikalangan perempuan yang sudah terpilih untuk tidak aktif menggalang, mengarahkan dan berdialog bahkan berusaha dengan aktif untuk berpihak secara kritis terhadap masalah-masalah perempuan. Mereka malah nyaman dengan planning atau draf yang di sampaikan oleh kaum laki-laki, tanpa banyak berusaha kreatif untuk temukan celah yang terbaik untuk perempuan.
Anggota DPR dari kalangan perempuan yang demikian itu jadi pertanyaan besar dari masyarakat. Jika mereka hanya mengikuti alur yang berlaku, tanpa banyak menghasilkan undang-undang untuk membela hak kaum wanita dan anak-anak, lalu apa gunanya membangkitkan dan mengejar 30 persen kuota jika tak banyak berubahan yang membangun untuk kaum perempuan?
Menurut hemat saya, angka dan kouta itu tak terlalu penting. Kapabilitas dan kualitas para perempuan yang terjun ke ranah politiklah yang perlu dikejar, diperbaiki, diusahakan dan ditingkatkan. Belajar dari sejarah, tak perlu banyak orang yang tak berkualitas memimpin negeri ini, cukup beri satu, dua atau tiga saja pemimpin yang berkualitas, amanah, mau bekerja keras dan tulus ikhlas merubah negeri kearah kesejahteraan yang lebih baiklah yang diutamakan.
Untuk itu perempuan perlu diberi pengetahuan yang mumpuni sesuai dengan bidangnya, tak hanya sekedar berani untuk tampil dan merasakan panasnya kursi anggota dewan. Lantang menyuarakan kebenaran, mau bekerja blusukan, turun kebawah atau apapun namanya untuk benar-benar mendengar aspirasi kaumnya dan kemudian membuat draf yang bisa dijadikan undang-undang untuk perbaikan perempuan itu sendiri.
Permasalahan klasik yang belum bisa ditemukan jalan keluarnya sejak dahulu, yakni TKI yang menyumbang devisa cukup tinggi, tak pernah mendapatkan penyelesaian serius dari pemerintah. Terus saja ada masalah dengan mereka. Dari persoalan gaji, kesehatan, keselamatan dan keadilan belum juga tersentuh dengan baik. Belum lagi banyak sekali para TKI perempuan yang bermasalah hukum hampir tak pernah mendapat perhatian serius dari anggota DPR perempuan kita. Ratusan TKI di Timur tengah yang terlantar dipinggir jalan, di bawah jembatan dan itu sangat menyolok mata, dan sudah ditangkap kamera dan dipublishpun seolah menjadi hal yang biasa saja. Sangat miris.
Kesehatan reproduksi, dimana ibu hamil dan melahirkan di Indonesia mempunyai angka cukup tinggi dalam hal kematian, begitu pula bayi yang baru dilahirkan, menjadi sebuah ironi. Mengapa hal demikian kurang dapat sorotan optimal dari kaum perempuan yang duduk di kursi DPR. Belum lagi masalah pelecehan kaum wanita, bullying  yang dilakukan kepala keluarga kepD iatri dan anak-anak, keselamatan para wanita terhadap kehormatannya ditempat umum, pemerkosaan, pencabulan dilakukan oleh orang terdekat dan orang-orang yang tak dikenal, sampai perdagangan manusia untuk transaksi seksual sungguh sudah sangat memprihatinkan.
Belum lagi kemiskinan yang didera kaum wanita karena pendidikannya tidak tinggi hingga membuat mereka banyak yang berpikir pendek untuk melakukan pekerjaan rendah dengan gaji yang tak memadai,  sehingga mereka mudah sekali  terjerumus hal-hal yang negative. Pekerjaan rumah yang sangat banyak bagi calon legislative perempuan yang ingin maju tahun 2014 mendatang perlu mendapat perhatian serius.
Kemampuan wanita untuk lantang menyuarakan, membuat prestasi yang berarti dikancah politik itulah yang seharusnya mulai dikejar. Hal yang terbaik dilakukan sepertinya menyeleksi  kaum perempuan sebelum duduk dikursi dewan, atau saat berjuang dipartainya masing-masing untuk didbekali ilmu yang mumpuni, attitude yang memadai, loyalitas bukan hanya kepada partai yang mengusungnya, namun lebih kepada memperjuangkan hak-hak perempuan dengan lebih serius. Kecerdasan untuk mengelola pikir dan jiwa perlu juga diasah. Tunjukkan jika wanita bisa berbuat nyata untuk kaumnya pada khususnya dan negeri ini pada umumnya, bukan hanya sekedar gincu pemanis dalam politik dan kejar target kuota 30 persen itu.


Termuat dalam majalah Potret Aceh

MAAF JIKA KAMI INGIN SURGA LEWATMU, NAK

..
                                                
Le, Cah Bagus anak Simbok,
Maaf jika simbokmu dan bapakmu ini mendamparkamu di pesantren
Mungkin  berarti kami sudah mencerabut sebagian besar kesenangan dunia:
Yang sebenarnya bisa kau reguk
Tak ada hape, tak boleh lihat telivisi, tak ada gadged terbaru yang bisa kau mainkan, tak bisa jalan-jalan ke mall sesuka hati,
Apalagi nonton bioskop dan nongkrong dengan teman-temanmu yang biasanua  malah bisa buat lupa pada kami
 Bukan karena kami membencimu, justru sebaliknya : kami mencintaimu
Menempatkamu di wadah yang semestinya

Jangan marah pada kami le,
Jika simbokmu dan bapakmu  ini punya ekspektasi yang tinggi,
Yang memungkinkan  menyeretmu ke Surga:
Lihatlah le sekarang dahimu yang mulai samar menghitam, pertanda kau banyak sujud
Juga lisanmu yang penuh dengan kalimat thayibbah dibanding hafalan lagu ‘ecek-ecek’ dan tak mendidik.
Apalagi saat dirimu minta doa pada kami: ‘doakan saya agar lebih banyak lagi ayat-ayatNya bersemayam diotak dan tersembur dalam mulut saya’..
Mata mbokmu ini mulai basah..

Maafkan ya le saat kami hanya bisa menasehatimu saat kamu mulai risau dan galau :
kala banyak masalah yang menerpamu disana
Maafkan kami juga jika kamu harus bertahan dan bapakmu selalu berkata:
“Jika kami tak damparkanmu disitu, lalu apa pertanggungjawabanku pada Illahi saat anak-anak pandai dalam pergaulan bebas, lupa untuk tersungkur di AltarNya, mulutnya kotor penuh cacian gejolak remaja, dan membunuh waktu dengan cara sesat?”
“Ya pak, mbok ,  aku akan bertahan sebisaku di pesantren ini walau dengan tertatih, karena aku ingin jadi anak yang cerdas hati dan cerdas pikir..”katamu dengan senyum, walau terkadang menyisakan getir saat kehidupan disana tak selama bersahabat.
Selalu kupeluk  cah bagus, kemarin, hari ini dan sampai nanti sebagai tanda bukti cinta yang tak terperi
Terimakasih le, atas sabarmu
Jika kami menua dan berkalang tanah,
Dan saat Malaikat Mungkar-Nakir mulai bertanya tentang kamu:
Paling tidak ada beberapa jawaban yang terbaik untuk itu
Sambil penuh debar menantikan mereka berkata:  Ini  dua tiket menuju Jannah, dibelikan dengan ketulusan oleh anak sholehmu, silahkan kalian menuju sini…
                                                                                              Solo,  10 februari 2014
Note:
Le = sebutan anak lelaki Jawa
Simbok = sebutan ibu di Jawa
Cah bagus = anak tampan
Thayibbah = Kalimat yang baik

Jannah = Surga

NB: puisi ini Menang dalam Lomba Pesan Cinta Ananda ALIA mendapat juara 2

Salah Masuk Mobil Orang


            Kota Solo memang kota asyik untuk kuliner. Pilihan untuk masak sendiri dirumah atau jajan memburu kuliner khas kota ini memang fifty-fifty, buat sebagian warga. Tak kecuali Lady Cempluk yang hari itu mencoba untuk tidak memasak dan berencana membeli “Sop Matahari” dan “Lotek” yang banyak tersaji disepanjang jalan di Solo.
            “Kamu menyeberang dulu sana, nanti mobilnya nyusul nyeberangnya ya..”, pesan Tom Gembus suaminya. Lady cempluk mengangguk. Setelah pesanan Sop Matahari dan Lotek-nya ada ditangan, langsung saja Lady Cempluk menyeberang menuju mobilnya yang tadi terparkir dengan indahnya.
            Mobil warna hitam itu terlihat berbeda. “Lho, kacanya kok  jadi lebih buram?,” Lady Cempluk mulai curiga. Ia tetap mencoba membuka pintu mobilnya. “Lho kok macet, malah dikunci ki pie?” batinnya sambil ngoglek-oglek pintu mobil. “Hmm..pancatan kakinya kok terlihat beda dan lebih kotor, tadi nggak seperti ini..” Lady Cempluk mulai panik. Ia langsung menuju kaca depan mobil, berharap melihat suaminya, tapi tentu juga tak terlihat karena kacanya lebih buram dari mobil yang biasanya ia pakai. Dan setelah coba amati merk mobilnya, baru ia ngeh jika benar-benar ia telah salah lapak eh..salah mobil!
            Diseberang jalan klakson mobil Tom Gembus mulai ribut. Lady Cempluk terkesiap, langsung berlari menyeberang jalan  tanpa  menoleh mobil ‘pesakitan’ tadi. “Piye to kamu ini, sudah diberitahu setelah  kamu menyeberang nanti saya nyusul nyeberang, soalnya tadi jalannya ramai banget”, kata Tom Gembus sewot. Lady Cempluk diam saja, menyadari sifat pelupanya, dan berharap pemilik mobil tadi tidak melihat aksinya yang ‘bersikeras membobol paksa’ mobilnya. “Uff..untung saja mobilnya tak ada alarm-nya, jika ada, tak terbayang wajahku seperti kepiting rebus..” desah Lady Cempluk, sambil terus bersyukur atas keberuntungannya..


 (karya di muat di solo pos)

MENUNGGU PATIH GAJAHMADA REINKARNASI KEMBALI


            Tinggal selangkah lagi Indonesia akan memiliki pemimpin baru. Pesta Demokrasi sudah ditabuh. Semua kader, simpatisan, Calon Legislatif, Para petinggi negeri ini sudah bersiap-siap keluarkan semua jurus saktinya. Seperti biasa; penuh janji bombastis, terkadang tidak realistis, kurang menggigit, terlalu normatif, jauh dari inovatif dan satu lagi mulai halalkan segala cara agar menang.
            Psywar, perang urat syaraf dimedia masa sudah tidak terbendung lagi, terkadang malah bersikap tidak apresiatif, menggulung lawan dengan data-data palsu atau bersikap melebih-lebihkan, hingga membuat masyarakat awam muak, apalagi lewat facebook, twiteer yang penggunanya berupaya mempengaruhi pengguna lain dengan cara-cara kurang santun.
 Lalu, sebagian besar masyarakat dalam berbagai kelas bertanya seragam; masih adakah calon pemimpin negeri yang bisa dipercaya untuk menggiring negara besar ini nan multidimensional, multicultural dan multi kepentingan ini ketempat yang lebih baik? Negara yang bermoral dan bermartabat tinggi, sukses memberdayakan seluruh asset didalamnya hanya untuk kesejahteraan rakyat tanpa tergesek oleh berbagai kepentingan pribadi atau golongan?
Pemimpin yang bisa kembalikan lagi kejayaaan seperti masa lalu, jaman kerajaan Majapahit, atau paling tidak pernah mendapat julukan sebagai macan Asia, bukan macan ompong seperti sekarang ini setelah bombardir stigma buruk dan minim prestasi.
 Dicari: Pemimpin bukan Pemimpi
            Sebenarnya hakekat seorang pemimpin itu seperti apa? Apakah dia hanya seorang ala kadarnya yang mendapat dukungan dari banyak pihak? Mempunyai dana yang banyak hingga bisa membeli ‘suara’, atau ia hanya sekedar seorang dihormati oleh kelompoknya, padahal kapasitas untuk memimpin kurang memadai?
            Menurut Young (Kartono, 2003), memberikan pengertian kepemimpinan sebagai suatu bentuk dominasi yang didasari kemampuan pribadi yang akhirnya sanggup dalam mengajak atau mendorong  orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.
            Dari pendapat ini bisa disimpulkan jika kepimpinan itu merupakan kemampuan dalam hal mempengaruhi orang lain mengenai tingkah laku bawahan atau kelompoknya, dan ia memiliki keahlian khusus dalam berbagai bidang yang diinginkan oleh kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
            Terlepas dari semua itu sebenarnya kemampuan memimpin itu bak sebuah seni seperi yang ungkap oleh Terry (Kartono, 2003) untuk bekerjasama dan membimbing orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Kalimat ‘seni’ tentu akan mempunyai presepsi luas menurut penulis, dimana ia tidak kaku untuk meluapkan semua ide-idenya agar terealisai secara berkelas, mempunyai cita rasa tinggi, penuh humanis tak otoriter namun mengena pada semua kalangan. Apalagi seorang pemimpin yang berkenan untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuannya.
            Berbagai gagasan muncul untuk mencari sosok pemimpin negeri katulistiwa ini, salah satunya muncul dari rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Edy Suandi Hamid. Ia ingin di Indonesia akhirnya ada seorang pemimpin yang memiliki akseptabilitas dan kapasitas memadai, mempunyai pengalaman birokrasi yang baik dan jujur, tegas, berani, cepat mengambil keputusan dan tidak tersandera oleh persoalan masa lalu, memiliki sifat-sifat negarawan, mengayomo semua kalangan dan miliki kemampuan prima dalam menyelesaikan persoalan bangsa yang tiada habisnya.
            Beberapa kali ganti pemimpin di negeri ini secara umum kurang memuaskan banyak pihak, seusai mereka menjalankan jabatannya. Meninggalkan banyak Pekerjaan Rumah, kemiskinan, kesemrawutan birokasi dan politik,  hutang dan masalah-masalah yang hampir tak pernah diselesaikan secara tuntas. Hingga bisa dikatakan bangsa ini menjadi krisis kepemimpinan nasional.
            Adanya krisis kepemimpinan ini dikhawatirkan bisa memunculkan chaos yang lebih besar, dan ini akan diprediksi akan meningkatkan golput dalam setiap event pemilu legislative, pemilihan presiden atau Pilkada. Meski ini tidak bisa menjadi acuan secara mutlak, namun tanda-tanda kearah itu mulai nampak menguat.
            Keinginan untuk mendapatkan pemimpin yang tak sekedar pandai  bermimpi terlalu mendesak untuk saat ini. Paling tidak seorang pemimpin yang transformasional, punyai kepribadian matang, kharismatik, inspiratif, partisipatif  tak cenderung pada satu partai saja saat ia berkuasa, cerdas, tegas, jauh dari nepotisme dan money politics, dan tentu pemimpin yang dikenal rakyatnya.
Kapabilitas Gajahmada yang Kredibel sebagai Pemimpin
            Setelah sekian lama mencari tokoh  yang komplit dan mendekati sempurna memimpin sebuah Negara kecil yang akhirnya menjadi luas dan menyatukan seluruh nusantara dan merupakan tokoh dalam negeri yang sangat erat dengan segala filosofinya, maka saya menjatuhkan pilihan pada tokoh panutan di negeri ini pada sosok Gajah Mada. Tokoh yang sering dilupakan saat generasi sekarang sibuk mengais-ngais contoh panutan, padahal ia figur yang mendekati sempurna.
            Paling mudah diingat: dia sosok yang tinggi, besar dan kuat. Hingga tak heran  rakyat sudah merasa nyaman dengan fisiknya, seolah  akan menghadang musuh yang akan mengintai dan merusak wilayahnya, memberi pengayoman dan perlindungan.
“Saya baru akan berhenti berpuasa makan buah palapa, jikalau nusantara sudah takluk dibawah kekuasaan Majapahit” katanya lantang. Dan itu memang dibuktikannya. Ia bahkan disejajarkan dengan para filusuf Yunani Kuno macam Aristoteles, Plato dan Socrates saat pemikirannya yang berbau filsafat mencoba ditengahkannya. Dan Semboyan Bhineka Tunggal Ika adalah sumbangsihnya dalam persatukan nusantara pada masyarakat yang multi etnis, multikultural dan multi kepentingan.  
Satu pesan moral sang legenda perubahan ini yang patut dicermati, bahwa jika hidup dalam suatu perkumpulan, hanya ada dua pilihan. Jika bukan merupakan pemimpin, maka ia sejatinya seorang yang dipimpin. Pemimimpin yang ideal menurutnya  harus memiliki kapabilitas kemampuan dan pengetahuan (soul sebagai seorang pemimpin) untuk memimpin, dan berani untuk mengorbankan dirinya secara komplit, waktu, tenaga, pikiran bahkan jiwanya untuk tujuan  bersama yang dicapai, bukan sebaliknya mengorbankan anak buah, rakyatnya demi sebuah kepentingan dan tujuan pribadi atau golongannya, dan ia dapat diterima oleh semua kalangan.
Sedang menjadi  rakyat atau anggota harus loyal dan pemimpinnya, ia harus momosisikan diri untuk patuh dan taat dan ikhlas dipimpin. Ia pun harus rela berkorban juga kerja keras ntuk berjuang bersama-sama pemimpinnya untuk mewujudkan negeri yang sejahtera, dan ini sering disebut Setya Bela Bakti Prabu.
Ternyata, ada beberapa pemikiran dari Gajah Mada lain, yang bisa menjadi semacam masterpiece untuk  pemimpin harapan yang sangat layak untuk disimak, dan ditiru karena kenegarawan, kecerdasannya, loyalitasnya,  totalitasnya juga daya juangnya serta kemampuan dalam mengelola hati memang terbukti sukses membawa perubahan yang cukup signifikan bahkan drastis dalam menyejahterakan masyarakatnya.
Purwadi dalam bukunya, ‘Misteri Gajah Mada’ yang diterbitkan pada tahun 2009, atau novel sejarah dari Langit Khrena Harjadi menelaah  ternyata paling tidak ada 18 prinsip-prinsip  kepemimpinan ideal  berdimensi moral, marjinal dan spiritual yang memang harus diterapkan jika sebuah negara ingin menjadi wilayah yang makmur, aman, sentosa dan menjadi daerah yang penuh martabat karena disegani oleh bangsa lain. Ilmu kepermimpin itu adalah:
  1. Mantriwira , yakni merupakan sikap berani dalam penegakan HAM (hak asasi manusia), kebenaran dan keadilan. Sikap ini sepertinya normatif belaka, namun sayang pemimpin negeri ini hampir dikatakan sukar sekali menerapkan hal ini, apalagi pelanggaran itu dilakukan oleh kroni-kroninya.
  2. Sarjawa upasama, adalah sikap jauh dari arogan dan berupaya menjadi pemimpin yang rendah hati. Pemimpin yang bersikap tidak bersahabat dengan rakyat, dilayani bak raja, bukan menjadi ‘abdi masyarakat’, bersikap otoriter, akan sangat dibenci oleh rakyatnya.
  3. Sumantri, yakni sikap jujur, tegas, bersih dan miliki wibawa.
  4. Tan sutrisna atau tidak pilih kasih. Semua rakyat memiliki kesempatan yang sama, kedudukan yang sama, meski mereka kaum papa sekalipun, seharusnya tidak disingkirkan atau disisihkan saat harus berhadapan dengan kaum bangsawan, atau pembesar.
  5.  Nagara gineng pratijna merupakan sikap pemimpin yang penting saat ini karena ia harus mengutamakan kepentingan negera diatas semua kepentingan, yakni kepentingan pribadi, atau golongan.
  6. Masihi  samasta bhuwana yakni sikap yang dicintai seluruh rakyatnya, dihormati dan dibutuhkan.
  7. Natangguan yakni legimitasi dan kepercayaan dari masyarakat. Besar kecil legitimasi seorang pemimpin ini sangat menetukan nasib bangsanya. Apakah akan berjalan eefektif, hanya pengulangan program-program lalu yang basi . Pemimpinan seharusnya kreatif dalam meramu program yang masuk akal, cerdas dan benar-benar bisa dilaksanakan oleh seluruh elemen bangsa.
  8. Satya Bhakti Prabu adalah sikap yang setia pada negara. Setia bukan hanya berarti ia tetap berkutat dan berdiam dinegaranya, namun lebih pada dimensi yang luas.
  9.   Wagmiwag, slogan ‘diam adalah emas’ sangat dihindari untuk seorang pemimpin. Kemampuan berbicara bahkan menduduki porsi utama.
  10. Dhirotsaha merupakan sikap tekun bekerja. Seorang pemimpin diharapkan mampu bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya membentuk negara yang hebat.
  11. Dibyacitta merupakan sikap lapang dada dan mau menerima pendapat oranglain.
  12. Nayaken musuh adalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin yang mampu mengangani musuh dari dalam dan luar dirinya. Yakni hawa nafsu dan agresi dari negara lain yang akan porak porandakan negara ini.
  13.  Ambek paramartha adalah sikap seorang pemimpin yang mampu bermain dalam skala prioritas.
  14. Waspada purwartha merupakan sikap waspada dan selalu intropeksi saat melakukan perbaikan.
  15. Wijaya, berjiwa tenang, diharapkan pemimpin itu mau mententramkan segenap jiwa rakyatnya, bijaksana, tidak panik saat ada persoalan besar negara harus diselesaikan dengan cepat.
  16. Prasaja, adalah sikap pemimpin yang sangat disukai rakyat, yakni sikap yang bersahaja, tidak foya-foya. Ia akan mengajari rakyatnya untuk tidak bersikap hedonisme, menghambur-hamburkan uang rakyat untuk keperluan pribadi yang tak bermanfaat.
  17. Prajna, pemimpin diharapkan punya ilmu pengetahuan tinggi dalam bidang ilmu umum agama, sosial, tahu tentang militer dan kemasyarakatan.
  18. Handayani hanyakra purawa, seorang pemimpin harus bisa memberi semangat bagi kaum mudanya untuk berkarya lebih baik dan hebat lagi dari pada kaum sebelumnya.
Masih ada beberapa lagi wacana dari sang Gajah Mada mengenai pemimpin harapan negara itu. Ia menyampaikan ini bukan hanya sekedar pepesan kosong,namun dibuktikan dengan langkah nyata dan sukses!
            Ayo bangkitlah Indonesia, dulu kita bisa, berarti kita sekarang juga mampu. Rapatkan barisan bulatkan niat dan tekad, memilihlah dengan hati bersih dan cerdas. Memilih karena memang harus memilih, bukan karena tak ada pilihan. Dan kami semua menunggu Pemimpin harapan yang sanggup berreinkarnasi bak Maha Patih Gajah Mada..











Kamis, 30 Oktober 2014

BUKAN SEKEDAR KOMUNIKASI ALA KADAR


Beberapa hari yang lalu seseorang curhat tentang adiknya yang mengajar selama 9 tahun belum diangkat menjadi guru tetap, punya dua anak yang masih kecil-kecil dan dari segi ekonomi masih 'berjuang'. Suaminya punya usaha dirumah, kecil-kecilan. Yang menjadi masalah sebenarnya tidak terlalu besar namun cukup mengganggu. Setiap pulang mengajar dalam keadaan lelah, ia harus mengasuh dua anak dengan teriakan yang nyaring, maklum masih balita, rumah luar biasa berantakan, cucian sama sekali belum tersentuh, belum lagi masak, menjerang air atau melakukan banyak pekerjaan rumah, yang sebenarnya bisa dibagi dengan suaminya yang 'kerja di rumah'.
"Mengapa tidak dikomunikasikan dengan suaminya mengenai hal itu?" tanyaku padanya.
"Sudah, suaminya sulit diajak komunikasi, karena menurutnya apa yang dilaukannya sudah benar, pekerjaan rumah adalah pekerjaan wanita.."jawabnya.
Saya jadi ikut senyum kecut sembari prihatin. Jika disuruh memilih, tentu wanita akan lebih senang dirumah diberi uang yang cukup oleh suaminya untuk kehidupannya. Meski atas nama mengekspresikan kebisaannya atau aktualisasikan diri, pekerjaan diluar rumah yang amat menguras tenaga, pikiran dan hatinya--yang kadangkala tak sebanding dengan yang didapatkan dan yang ditinggalkan dirumah, membuatnya penuh dilema.

komunikasi itu bukan hanya sekedar perbuatan bercakap-cakap semata. Komunikasi tak akan pernah sampai pada orang lain jika situasi dan kondisinya tidak tepat, pemilihan diksi dan kosa kata tidak memadai, tema yang diusung tidak menarik perhatian lawan bicara dan gestur tubuh yang ala kadar. Ditambah cuaca sedang panas, kondisi keuangan buruk, suasana hati galau dan banyak hal lainnya.

Saya memperjuangan komunikasi pada titik ternyaman baru menjelang sepuluh tahun usia pernikahan. Meski terkesan baik-baik saja, tanpa disadari dalam pernikahan seseorang selalu ada yang mengganjal, hal ini sebenarnya hanya terletak pada  komunikasi jiwa yang belum ditemukan kuncinya.

Salah paham, ingin selalu dimengerti, selalu merasa benar sendiri, menganggap pasangan tak mau tahu, apatis, menang sendiri adalah perasaan tradisional berbau konvensional  yang hampir menghinggapi pasangan diseluruh dunia. Lalu adakah mengurai hal itu, saat Anda ingin 'memprotes', keadaan pasangan?

Perbaiki cara Anda berkomunikasi dengan hal berikut ini:

1. Cari waktu paling tepat, kondisi terbaik dan situasi paling mendukung.
Saat tenang, misalnya malam hari saat anak-anak tidur, atau saat santai nonton televisi, saat hang out makan diluar, atau mencuri waktu saat suami akan berkemas kekantor atau mengerjakan hobinya dirumah.
Jangan bicarakan saat marah yang sangat meledak--tentu akan terjadi pertengkaran, situasi yang 'ribut', dimana pasangan sedang masak, repot mencuci, memperbaiki sesuatu, anak sedang belajar atau udara luar sangat panas.

2, Perhatikan gestur wajah 
Jika berbincang dengan pasangan dimulai dengan wajah bak singa kehilangan anak-anaknya, wajah ditekuk, merengut dan intonasi meninggi---sudahlah tinggalkan saja, itu bukan komunikasi namanya, seperti mengajak berperang, ini tidak akan berhasil dengan baik.
Tidak perlu harus tersenyum jika yang akan dibicarakan hal berupa kemarahan, galau, sedih, takut atau gelisah. Anda hanya perlu tenang, jika harus dengan wajah sedih atau khawatir--jangan  lakukan berlebihan.

3. Perlunya Intonasi, tema pembicaraan, pemilihan kosa kata
 Perhatikan intonasi, jangan meninggi, jangan terlalu cepat. karena jika itu dilakukan, itu namanya bertengkar. Ohya jika kurang cerdas memilih tema pembicaraan dengan pasangan, seperti beberapa hari hanya itu-itu saja yang dibahas, maka pembicaraan tak menarik lagi.
Hindari umpatan, hujatan, kata-kata memojokkan, arena siapa saja yang mendengarnya akan 'jengah'.

4.Ini yang kumau, Apa yang Kau mau?
Ada kesalahan mendasar saat kita berbincang dengan pasangan. Hanya selalu saja membicarakan apa yang dimaui tanpa mendengar balik apa sebenarnya dimaui pasangan.
Mengubah hal ini bukan perkara mudah, tapi usahakan!, karena akan menandakan Anda orang bijak yang mau mendengarkan pula keluhan orang lain tentang Anda.

5. Pergunakan semua media yang ada, HP, FB, WA, dan lainnya untuk komunikasi
Saat waktu tak mengijinkan berbicara mengenai masalah keluarga atau pribadi pada pasangan secara langsung, gunakan media apapun untuk tetap berkomunikasi dengannya. Dan terkadang ajaibnya, permasalahan bisa diselesaikan dengan menggunakan media itu.

6.Hadiahi pelukan atau genggaman tangan
Ini strategi baru saya yang didapat dua terakhir ini. Orang yang normal akan menyukai pelukan atau sentuhan dari pasangannya, karena itu membuat nyaman. Mengubah pada tahap ini bukan hal yang mudah jika bukan ke biasaannya, bisa jadi akan terlihat aneh, wagu atau menggelikan. Tapi sebenarnya manfaatnya luarbiasa. Saat saya sangat galau, marah, malu, takut mengutarakan hal-hal yang penting dengan pasangan lalu menggenggam atau peluk pasangan, akhirnya akan menolong banyak permasalahan yang ada.

7. Belajar Bersabar
Sama dengan pelajaran ikhlas, bersabar itu pelajaran seumur hidup. Jika Anda tahu, ada sekitar 90 ayat baik dari Al Qur'an dan hadis yang menyebut keutamaan bersabar. Setelah semua hal diupayakan, sabar -lah yang akan menuntun Anda pada keikhlasan. Percayalah, ayat-ayatNya adalah benar, jika Allah akan menemani orang yang belajar  bersabar, dan selanjutnya ditempatkan di JannahNya, sebuah buah manis dari pelaku sabar.

8.Pentingnya Proses bukan sekedar hasil!
Keberhasilan komunikasi pada pasangan bukan terletak pada berapa lama usia pernikahan Anda. Banyak survey terjadi disekeliling, dimana pernikahan menginjak lebih dari 20 tahunpun, masih punya raport buruk dalam hal berkomunikasi dengan pasangan. Meski hidup bersama selama puluhan tahun tak saling bisa menghargai, istri mengubar aib suami, persoalan penghasilan suami yang tak dibagi dengan istri padahal sudah sunatullah walau istri bekerja, suami tetap harus menafkahi istrinya, dan masih banyak lainnya.
Perjuangkan proses komunikasi itu sampai titik penghabisan, selalulah mencari cara terbaik, paling dapat diterima oleh pasangan saat berkomunikasi. Ingatlah, ini bukan persoalan, "Sudah kubilangi berkali-kali.." tapi ini juga masalah cara dan teknik atau kiat yang lain, terbaru, paling bisa diterapkan yang mungkin belum anda dapatkan. maka jangan berhenti untuk mencari cara, bukan persoalan hasilnya, namun proses pencarian itu yang perlu mendapat perhatian.

Jadilah pemenang dalam keluarga, dimana komunikasi dengan pasangan terjalin dengan baik, bukan hanya sampai komunikasi verbal, lebih dari itu, yakni  komunikasi jiwa, jika itu bisa terwujud, nyaman dunia -akherat sudah ada digenggaman, please, pernikahan itu bukan ajang permainan, atau hanya kewajiban menemani pasangan sampai ajal nanti. Komunikasi yang bukan asal--ala kadar akan membuat kehidupan pernikahan sangat berarti, dan itu adalah cermin buat anak cucu kita nanti..



Minggu, 26 Oktober 2014

PADA SEBUAH CEMARA

Kutambatkan kisah pada deretan cemara,
Diantara desau ombak di Pantai Baru
Gulungan air laut membawa pesan lirih,
jika
Kisah ini sudah habis
Sebagai anti klimaks perjalanan kita yang penuh onak.

Pada perahu kulempar sauh
titip segumpal kemarahan, pedih, asa dan sejumput rasa suka
yang dulu berdentam dalam dada

Ijinkan aku berhenti untuk mencarimu,
Bahkan dianganku
Desau angin ini biarlah bantu aku buang perih
Biarlah serpihan ini berserak kembali.
Biarlah potongan  puzzle yang dulu kutemukan, kukembalikan lagi
kepadamu

Menutup gelisah ini
seperti menyusuri gelapnya lorong waktu
Meraba kelam diujung malam
laiknya muram
teraba samar
didalam sini

Minggu, 19 Oktober 2014

BENCI YANG AKAN MENERKAMMU !

"..Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa" (Al Maidah ayat 8)

Saat merenungi salah satu ayat itu, ada sebersit tanya, mengapa Illahi Rabbi menekankan suatu kebencian yang terhubung dengan takwa? ternyata sebenarnya jawabannya sederhana. Manusia secara manusiawi selalu saja terhubung dengan cinta dan benci; dan keduanya bisa  sama-sama melambungkan ke surga, atau melemparkan kedalam neraka.

Jika manusia membenci ketidak adilan, kesewenangan, membenci orang-orang yang melakukan kerusakan dimuka bumi, kekufuran dan hal buruk lainnya mungkin itu kebencian yang tepat, hanya saja masih ditelusur juga; masihkah ada lain dalam tendensi benci itu? Dan jika ia membenci sesuatu secara berlebihan seseorang yang sebenarnya hanya perasaan tak suka, atau sebenarnya orang itu bukan pilihan hatinya untuk menduduki posisi tertentu, benci pada seseorang yang melukai hatinya, benci pada tetangga atau teman dengan tingkat nyebelin ekstra dan lain sebagainya, yang terkadang menaikan tensi benci itu dengan kadar berlebih; menghujat. Dan sungguh, orang yang sudah benci akan melalaikan keadilan, ia tak peduli seseorang yang ia benci melakukan kebaikan, kebenaran sekalipun, hingga tak bisa berbuat adil kepadanya.

Pun, di media sosial, berulangkali harus menahan diri melihat kebencian orang-orang yang tak terlalu suka dengan sesuatu atau seseorang sampai-sampai  membicarakannya dengan nada minor 'sengit ndulit', 'entek amek kurang golek' dan segudang keburukan lainnya yang tersaji yang terkadang membuat sesak nafas.

Saya hanya berpikir, mengapa juga mereka melakukan hal demikian, tak sadarkah yang membaca status  atau postingan mereka adalah orang banyak yang mungkin sangat tak setuju dengan pendapatnya, dan itu sebenarnya melukai mereka?

Saya menahan diri untuk 'membela' seseorang yang mereka benci yang sebenarnya saya cintai. Buat saya, ini sebentuk pembelajaran yang menarik dari dumay yang bisa saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ya, kemampuan menahan diri dulunya dari saya yang tak seberapa, kemudian dengan drastis harus saya tingkatkan, dengan belajar untuk diam.

Kadang kala, diam itu bisa menyelamatkan dirimu dari rasa malu, sok tahu, ketidakpandaian mengolah bahasa dan strategi pemetaan berpikir yang kurang, tidak menambah 'panas' suasana dan tentu mengurangi dosa. Tahukah Anda ada seorang ulama Abdullah bin Abi Zakaria dan Mauriq berlatih untuk diam selama duapuluh tahun? bahkan yang lebih ekstrim Artha'ah bin al Munzir belajar untuk diam selama 40 tahun!

Hati-hati dengan lidah yang teruai dalam pembicaraan atau tertuang dalam sebentuk tulisan dengan nada hujatan.
"Sesungguhnya lidahku adalah binatang buas, jika aku lepaskan dia akan menerkamku!" begitu Ibnu abi Dunya meriwayatkan  bila lidah tidak dipergunakan dengan baik.

Untuk itu, hati-hati mulai sekarang untuk menyusun kata, pun hanya pada sebaris tulisan yang tersebar di media masa-- media sosial. Kebencian itu tak akan menolong dalam kondisi apapun jika itu benci yang tak mendasar, atau dibenarkan menurut syar'i. Dan terkadang, bisa jadi orang yang dibenci pada akhirnya suatu ketika malah menolongmu. Hati-hati pula menulis sesuatu yang buruk di media sosial, karena bisa jadi itu tulisan terakhir yang terbaca temanmu yang melongok Wall-mu, karena setelah itu malaikat Izrail mencabut nyawamu atas izin Allah.

Bila diam untuk adalah pilihan terbaik, daripada bicara yang tak bermanfaat yang penuh kebencian, maka lakukanlah! Dalam banyak kesempatan Rasulullah lebih memilih berdiam diri bila itu memang pilihan yang paling tepat, lalu Beliau bersabda:
"Barangsiapa  beriman pada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam!" (HR. Muslim)


** buku referensi ; "Masuk Surga Walau Belum Pernah Shalat" by Candra NM Dewojati

Kamis, 09 Oktober 2014

JIKA JODOH MASIH MALU MENGHAMPIRI

Seorang sahabat menyentuh lenganku dengan bahunya, kemudian berbisik perlahan. "Lihat lelaki yang didepanmu, wajahnya mirip denganmu dan lihat pula dahinya ada tanda bekas sujud menempel erat disana".
Saya mendongak. mencoba mencari pembenar. Kemudian mengerutkan dahi. "Apakah dia jodoh saya yang tiba-tiba diletakkan Sang Pemberi Cinta tepat didepan mata?" gumamku.

Lelaki itu seperti layang-layang, kadang mendekat tapi sering menjauh. Saya seperti tergelepar. Bukan mengapa, usiaku sudah mulai beranjak matang, belum lagi sisi kiri kanan depan belakang mencoba menggedor rasaku, serbuan permintaan cinta bertubi datang secara bersamaan, tapi saya masih bergeming, menunggu arjuna--secara felling adalah jodohku, masih santai 'terdiam'.

"Heran aku dengan orang itu," kataku pada sahabatku. "Beberapa orang sudah mencoba mendekat dan saya tolak, tapi kenapa sinyal rasaku padanya tak sampai-sampai juga,.." lanjutku. khawatir bak cuaca rasa itu bisa meredup dan lenyap.

"Kau serius padanya?" wajah sahabatku tampak berbinar. Saya mengangguk. Cinta itu butuh perjuangan, bukan hanya menanti keajaiban. Jika lewat sahabat--cinta bisa dihubungkan; mengapa tidak? Kalau dia harus 'dijemput bahkan digedor' sekalian untuk memusatkan perhatiannya hanya untuk saya--akan kulakukan!

Akhir yang tertebak memeluk dengan manis. Lelaki itu menjadi raja dirumah kami, saya permaisurinya dan tiga anak menjadi pengiring setia kami..

Saya jadi terlempar dimasa lalu, andai waktu itu saya tidak nekad 'mengejarnya', lelaki pemalu yang tak tahu harus berbuat apa pada makhluk manis didepannya, dan saya sudah putus asa menanti perhatiannya; mungkin kisahku dengannya sampai detik ini sudah terhenti sejak lama.

Lalu, apakah teman-temanku punya kisah yang sama dengan saya, atau heran betapa jodoh masih juga malu menghampiri? ada beberapa hal yang ingin saya ulik..

- Bila Allah menyiapkan jodoh untukmu; maka terimalah dengan ikhlas. Jika jodoh sepertinya masih tersembunyi, maka carilah! jika ia hadir tapi diam ditempat, maka 'sentuh'lah dengan media apa saja. Bisa teman, kerabat, telpon, sms, wa, inbox, email, Fb, twitter, tapi jangan lupa, kita tak boleh 'memelihara kucing dalam karung'. Ia memang ada, nyata, orang sholeh dan betul yakin adalah manusia baik. Intuisi, cerdas emosi, felling, firasat harus semua dikerahkan, karena ini bukan ajang coba-coba dan permainan.

- Ramah. hal termudah dan murah dilakukan. Seseorang akan merasa nyaman dengan orang yang ramah. Dulu, saya malah pernah dapat julukan 'queen of smile' dari seorang teman. Bukan mengapa, senyum itu juga ibadah. Berawal dari senyum, jodohmu akan makin dekat..

-asah segala kemampuan terbaikmu. Mungkin ketrampilan, olahraga, sains, musik, bercocok tanam, memasak, menulis, berjualan, atau malah berkhayal? hihiih..jika Anda terlihat 'ada', beredar dengan kemampuan yang bisa diandalkan, jodoh ada menoleh (bukankah cinta datang lewat apa saja?)

- ikutlah komunitas yang disukai, yang positif yang didalamnya berisi orang yg penuh motivasi. Siapa tahu dari sana Anda mendapat jodoh yang se-jiwa, se-hobi dan se-hati. Atau dicarikan teman untuk anaknya, ponakan, cucunya ..eh...

-Jangan malu minta doa orang-orang sholeh-ah, bijak (Apalagi yang sedang naik haji), untuk didekatkan jodoh, tentu yang terbaik dan mustajab doakan diri sendiri juga.

- Malu untuk sapa duluan orang sholeh-ah, baik hati, tidak sombong, gemar menabung, cerdas pikir dan hati? ooh..tidak untuk sekarang. Jika sapaan sopan, tidak 'ngoyo woro', dan 'berisi' dan anda bersama teman (muhrim), tak apa. Jodohmu itu memang misteri.

- Jangan putus asa, kadang putus asa itu malah menutup semua akses untuk dapatkan jodoh. Selalu selipkan harapan baik, dan selalu tampakkan wajah berseri-seri, nikmatilah hidup yang masih misteri, pun untuk jodohmu.

-Keluarlah, dan sambut dunia! hihi saya jadi teringat, punya karya saat akan menginjak usia 40, dan kemudian 'dilirik' banyak teman. Tak ada kata terlambat untuk 'membuka' diri dengan cara elegan, santun dan tentu tetap dengan koridor agama, berapapun usia njenengan..

Gimana masih penasaran dengan trik selanjutnya? boleh deh konsultasi tapi jangan minta dicarikan ya,.soale saya tidak bakat jadi mak comblang, sudah pernah nyoba tapi gatot alias gagal total,..(Semoga Allah segera dekatkan jodoh terbaikmu..)