Rabu, 30 Januari 2013

FILOSOFI IMANI MENAKJUBKAN DARI SERANGGA (SEMUT DAN LEBAH)




Seringkali kita terjebak pada pemahaman atas satu sisi. Seperti satu bidang tertentu hanya dikotomi oleh lingkar yang pakem. Misalnya ketika kita membahas mengenai serangga, kadang terjebak pada jenis, tempat hidup, pola makan, fungsi dan seterusnya. Padahal ternyata membahas serangga bisa ditinjau dari banyak aspek. Salah satunya dari segi pemahaman agama yang punya makna filosofi yang tinggi dan dapat diambil manfaat dan hikmah yang terbesar untuk kehidupan manusia.

            Ada binatang secara fisik kecil namun sangat penting. Karena nama mereka tertoreh dalam surat di Alqur’anul karim yakni, Al-Naml (semut), Al-Nahl (lebah). Keduanya adalah serangga yang bisa dengan mudahnya ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, diseputar rumah, dikebun, diareal persawahan atau dimanapun berada didunia ini.

            Bila bicara tentang binatang kecil dan sangat familier untuk singgah dirumah siapa saja, dan bisa membuat kalang kabut penghuni rumah karena “aksi koloninya” yang merepotkan, yaitu semut. Ciri khas si “merah atau hitam” ini selalu rukun dengan koloninya. Hampir tak pernah hidup menyendiri. Selalu patuh tanpa suka “mendemo” pimpinannya, berjalan beriringan tanpa kenal lelah. Cuma mereka bukan pencari jejak yang baik. Jika dikacaukan jejak iringannya, yang terjadi adalah bubar, kebingungan, saling tubruk. Namun bisa masuk dalam barisan berderet lagi, setelah tenang dan temukan jejak yang terhapus tadi. Ya, Saya sering mengacaukan jejak si Semut untuk lihat reksinya, jika sedang rukun jalan didinding. Mereka adalah potret binatang yang rajin bekerja untuk mencari makanan koloninya. Dan ini sebuah fenomena menarik.

            Namun dibalik itu, ada sifat tak positif dari diri semut. Semut itu menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya, bagai orang rakus yang khawatir kelaparan. Konon binatang kecil ini dapat menghimpun dan menyimpan untuk persediaan bertahun-tahun sedang usia mereka tergolong sangat singkat, tidak lebih dari satu tahun. Ketekunan si Semut ini malah membuat tanda tanya besar. Pekerjaan yang dilakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh untuk hasilkan sesuatu yang besar, tidaklah bisa dinikmati dirinya sendiri sepanjang hidupnya. Terkadang memikul beban yang sangat berat, untuk hal sia-sia. Karena bahan makanan itu bisa busuk, tak bisa efektif dimakan.

            Namun siapa nyana. Makhluk yang kecil mungil ini bila bersatu akan menghasilkan sesuatu yang besar dan hebat? Terbayang gunungan tanah yang tingginya sampai dua meter lebih, dihutan Papua itu ternyata hasil karya koloni semut yang dilakukan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Dan oleh masyarakat Papua, konon ada yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan atau obat  dari koloni semut muda itu. Koloni besar ini terdapat semut betina tanpa sayap (mandul) yang membuat kasta pekerja dan tentara, begitu pula koloni semut jantan. Dan semut Jantan subur disebut “dron” sedang betina subur disebut “ratu”. Mereka juga menciptakan system pembagian kerja, meski digambarkan sebagai satu superorganisme, karena semut-semut ini saling bekerjasama.

            Berbeda halnya dengan lebah. Ia gambaran makhluk yang paling berdaya guna untuk manusia. Bagai pohon kelapa yang sejengkal tubuhnya tidak ada yang sia-sia. Begitu pula sang lebah. Lebah mencari gunung dan pohon yang tinggi sebagai tempat sarangnya. Sebuah insting yang cerdik, untuk menghindari gangguan dari hewan lainnya. Kata Al Qur’an (QS 16 :68). Dan sarangnya dibuat segi enam bukan segi lima atau empat, untuk menghindari pemborosan dalam lokasi. Yang dimakannya adalah sari bunga yang manis. Lebah berbeda dengan semut yang selalu menumpuk-numpuk makanannya, karena lebah mengolah makanan itu menjadi lebih bermanfaat, apalagi buat manusia. Hasil olahannya adalah semacam lilin untuk penerangan, madu, dipergunakan untuk makanan dan minuman yang lezat, juga bisa untuk menyembuhkan berbagai penyakit, bahkan sengatannyapun berguna untuk obat, bila dipergunakan secara tepat oleh manusia. Lebahpun tak akan menganggu, jika ia tak diganggu terlebih dahulu. Sarangnyapun untuk sebagian orang dipergunakan dan diolah untuk makanan lauk.

            Ternyata terdapat lebih dari 20.000 spesies lebah yang tersebar diseluruh dunia, kecuali di Artantika. Lebah juga mempunyai pembagian kerja yang sistematis. Ada lebah ratu yang fungsinya hanya bertelur saja. Untuk lebah betina yang produktif bisa menghasilkan 2000 telur dalam sehari ! luar biasa. Dan masa hidupnyapun ternyata lebih panjang dari lebah pekerja atau jantan yang hanya 3 bulan saja, Ia bisa hidup selama 3 tahun.. Lebah pekerja inipun ada yang dari kalangan lebah betina yang tak produktif, dan hebatnya lebih betina itu bisa berfungsi sebagai pembersih sarang dari barang-barang atau sesuatu yang dipandang tak berguna. Fenomena yang luarbiasa, seperti manusia saja layaknya.

            Sikap-sikap hidup dari prilaku dari hewan, kadang mewakili watak dari manusia. Ada manusia yang berbudidaya seperti semut. Suka menumpuk harta (tanpa mengolahnya), juga menumpuk ilmu tanpa dibagikan kepada orang lain juga materi tanpa disesuaikan dengan kebutuhannya. Budaya semut yang “menumpuk” ini bisa disuburkan dengan budaya mumpung. Tidak sedikit masyarakat menganut budaya ini. Pemborosan juga nampak pada filosofi gaya hidup semut, bagaimana tidak, mereka menghadirkan barang-barang baru setiap harinya dan membuang barang-barang lama yang sebenarnya masih berguna. Meski sebenarnya kelompok semut adalah termasuk golongan makhluk yang rajin bekerja, patuh pada pimpinan dan tak suka hidup menyerah. Dan bila sudah bersatu akan menghasilkan karya yang sangat hebat, kadang karyanya melebihi perkiraan manusia. Mereka juga tak segan menyerang, ketika merasa terancam baik secara individu maupun kelompok.

            Namun dalam kehidupan, akan sangat lengkap dan bijak, bila kita bisa memilih lebah, sebagai cerminan bertindak manusia. Nabi Muhammad saw bahkan mngingatkan bila kaum mukmin bisa bertindak bagai lebah, sesuatu yang tidak merusak tidak pula menyakitkan dan selalu berdaya guna, memberi manfaat bagi sekitarnya. “tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan, kecuali yang bermanfaat, dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya..”

            Itulah filosofi imani yang ternyata sangat menajubkan dari serangga, terwakili dari semut,  juga lebah. Tak disangka dari ketiga jenis makhluk serangga itu, kita bisa mengambil hikmah yang terbesar untuk kehidupan manusia. Selayaknya kita manusia seharusnya lebih baik dari yang telah tersuguhkan dari mereka. Semoga hal ini menjadi inspirasi kita dalam bertindak kelak.

Sumber : “Lentera Al Qur’an” Kisah dan Hikmah Kehidupan, karangan M. Quraish Shihab. Penerbit Mizan, bandung 2008. Dan ms.wikipedia.org/wiki/lebah. Juga ms.wikipedia.org/wiki/semut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar