Jumat, 25 Januari 2013

Doa Penjual Tempe Yang Terijabahi


          Penjual tempe itu gelisah, seharusnya tempe yang dibuatnya sudah berhasil sempurna, Namun beberapa tempe yang dibuka-sebelum dibawanya kepasar, ternyata masih berbentuk kedelai! Hasil yang sungguh mengecewakan, tak sebanding dengan jerih payahnya seharian, mengolah kedelai, berharap jadi tempe, dibawa kepasar, jadi uang, kemudian dipakai utuk keperluan sehari-hari, bayar hutang, bayar sekolah anak, namun,..
            Ia mendesah perlahan. Sebenarnya penjual tempe itu adalah seorang muslim yang taat. Setiap hembusan nafasnya dipakainya untuk dzikir, sebut asma GustiNya, bershalawat –mengucap nama Nabi Muhammad. Seluruh pekerjaannya-tiap butir kedelai yang tercampur dengan ragi, tak terlewati ucap kalimat thayyibah. “Ya, Allah andai kedelai yang terbungkus daun pisang ini bisa berubah wujud jadi tempe sampainya dipasar nanti, agar saya dapat beroleh rezeki untuk anak istri hari ini..” Doanya seolah tiada putus.
            Sebelum ayuh sepedanya, ia masih penasaran, dibukanya kembali secara acak bungkusan tempenya secara perlahan, sambil berucap:”Bismillah..”. Ia sangat berharap, Yang Maha Pemberi dengan segera mengabulkan doanya, untuk merubah dagangannya menjadi seperti yang diinginkan. Bak pesulap Demian yang dengan cepat dapat merubah sesuatu yang diinginkannya, lalu ditutup dengan gaya telapak tangan yang berputar dan membuka lalu berucap:”sempurna,..” Mungkin kira-kira pemikiran penjual tempe itu, menginginkan hal ajaib merubah kedelai yang terbungkus itu menjadi tempe dalam waktu yang singkat. Tapi ternyata harapannya masih tergantung dilangit, kenyataan yang kosong karena, tempe itu masih saja berbentuk kedelai!
            Dengan perasaan campur aduk, penjual tempe itu mengayuh sepedanya perlahan, seusai salat subuh,ia memang terbiasa sudah sampai dipasar. Walau galau, hati yang bercampur aduk: bayangkan ratusan tempe bikinannya akan kembali dibawa pulang, mungkin tanpa hasil! Siapa oang sudi membeli dagangan yang tak sempurna ini? Namun entah kenapa ia merasa Gusti Allah tetap berpihak padanya. Ditata dagangannya dengan penuh dzikir, diantara galau-nya, dikeraskannya suara ucapan penuh meyebut asmaNya. “Gusti Allah, tetap tolonglah hamba, semoga masih ada waktu hari ini saya menjual tempe, bukan kedelai yang terbungkus daun pisang..”. Doanya selalu hadir disela gelisahnya hari itu, sambil sesekali diliriknya dagangannya dan mencoba dibuka secara acak sekali lagi, dan..tetap tak jadi tempe juga!
            Semakin siang, ia terlihat sangat putus asa, karena biasanya ia sudah pulang dan membawa hasil, namun ia tak hentikan dzikirnya, karena memang itu yang sudah menjadi ucapkan sehari-harinya, bak hembusan nafas yang ia hirup. Tetap tawarkan dagangan dengan hati yang sangat mashgul. Satu, dua, lima orang hanya lewat tanpa berhenti, bila berhentipun mereka akan menggeleng ketika ditawarkan tempe yang tak jadi itu. Siapa yang mau masak lauk kedelai? Namun keyakinan penjual tempe itu masih menggumpal kuat, kalau memang Allah tempat bersadar yang paling tepat, disegala kondisi. “Tolonglah ya Rabbi, rubahlah kedelai ini menjadi tempe, agar saya dapat rezeki atas usaha saya hari ini” doanya seolah menghiba.
            Seorang ibu berkerudung lewat dan bertanya, “Jual tempe pak?”, Penjual tempe itu melongok kearah ibu itu dan menjawab,”  Niatnya bu, namun tempe ini belum ‘jadi’..”kata penjual itu terus terang. “Belum jadi?, masih berupa kedelai ya, wah saya malah mau mencari tempe yang model begitu, tempe yang belum jadi..”
            Penjual tempe itu terbengong, “Seberapa banyak yang ibu butuhkan?”. Ibu itu terlihat berpikir, lalu ia berkata,” lha kalau ada, semuanya yang ada disitu saya beli semua bila tempe itu masih berupa kedelai.., kira-kira ada ndak pak?” Huwaaa,..penjual tempe itu sangat gugup. “Insya Allah ada bu,..” Jawabnya pucat pasi. Waduh gimana ini, kalau Allah mengabulkan doanya tadi, dan kedelai ini sudah dirubahNya menjadi tempe?. Ia pun segera dengan serta merta mengecek lagi secara acak tempe-tempenya, doanyapun segera berubah :”Ya Allah,.untuk kali ini jangan rubah kedelai yang terbungkus ini menjadi tempe,..”. Dan setelah dibuka,….
            Aha, coba tebak bagaimana lanjutan ceritanya? Hihi bikin penasaran saja ya, lha inginnya ceritanya jadi bagaimana? Kok malah nanya ya,. Dan Alhamdulillah semua tempenya masih berwujud k-e-d-e-l-a-i! Saya membayangkan, tipikal orang seperti penjual tempe ini sangat merepotkan Malaikat Mikail, pembagi nikmat dan rezeki. Doa yang mencla-mencle,leda-lede kata orang Jawa. Dan cerita ini ditutup dengan akhir yang bahagia. (cerita ini tersarikan dari tausiyah pak ustadz di Masjid dekat rumah, untung saya dengarkan dengan seksama, tak malah bicara sendiri dengan sesama jamaah kalau tidak, cerita inspiratif ini tak sampai kusampaikan dengan lumayan utuh..).
 Hikmah apa yang bisa dipetik dari cerita ini? Allah yang paling tahu apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan umatNya. Ia tak pernah gegabah memberikan sesuatu untuk hambaNya yang sholeh, bahkan karena kebaikanNya, yang tak sholeh dan tak pernah berdoa padanyapun Ia beri rahmat. Allah paling tahu, bahwa penjual tempe yang hatinya berdzikir itu memerlukan satu hal: rezeki yang banyak untuk keluarganya. Tak harus rezeki itu berasal dari tempe yang diuubah dari butiran kedelai yang berragi. Namun bisa jadi apa saja, asal halal, dan essensi sudah sampai, tak harus seperti yang dipanjat. Allah memang Maha Rasyid, Maha Cerdas. Ia pun juga sangat senang bila hambaNya adalah hamba yang tak pelit menjadi hamba yang selalu dekat, dan menjadi doa sebagai sarana komunikasi yang paling sederhana denganNya. “Berdoalah kamu, maka akan Aku kabulkan..”
Saya juga teringat beberapa saat yang lalu saat ada acara PKK dirumahku. Sudah sediakan masakan lezat gule kambing, dan beberapa makanan kecil lainnya, tiba-tiba hujan turun. Saya melihat jam dengan gelisah, sebenarnya sudah satu jam molor dari seharusnya acara ini dimulai, namun yang datang Cuma empat orang. Doa sayapun tak henti terpanjat;”Ya Allah jangan hujan lagi, semoga segera terhenti, agar acara ini berjalan dengan lancar, semoga tamunya banyak yang datang, hingga tak sia-sia kami siapkan semuanya,..” Apa yang terjadi? Hujan malah menggila, sangat deras dan banyak angin! Lengkaplah sudah semuanya. Sambil terpekur, saya berdoa dengan berubah teks-nya,”Ya Robbi, apapun yang terjadi menurut kehendakMu, yang terjadi-terjadilah, berikan yang terbaik untuk saya..” Akhirnya didepan rumah puluhan payung memenuhi pemandangan luar rumah kami, hampir semua anggota datang, lengkap dengan baju mereka yang basah kuyup!. Apa artinya? Kadang kitapun tak boleh ‘memaksakan’ doa agar terijabahi dalam kondisi yang sulit. Allah-lah yang lebih tahu kebutuhan hambaNya. Essensi yang sama: anggota PKK hampir semua datang, meski hujan lebat tetap hadir..
Sebenarnya tak ada doa yang tak dikabulkan, dan itu sering kita salah mengartikan ‘doa yang tak terkabul’. Karena doa-doa kita mungkin tertunda untuk dikabulkan, bisa jadi diganti dalam bentuk lain, seperti kesehatan yang terbaik untuk keluarga (padahal kita panjatkan minta rezeki berupa benda, dan kita lupa kalau kesehatan melebihi rupiah yang kita kais), bisa pula doa-doa kita dikumpulkan dihari akhir sebagai pahala kelak (dan ini tak pernah kita sadari). Namun yang pasti, Allah telah dengan segala keridhaanNya berikan rahmatNya yang tak terhingga pada kita, yang sering tak ada dalam hitungan dikepala kita. Tak terhimpit banyak masalah, keluarga yang sakinah, teman-kerabat yang tak terhitung yang selalu menyemangati dan baik hati, tetangga yang selalu rukun dan tak pernah bikin onar, lalu apa lagi kenikmatan yang selalu kita dustakan?.
Doa adalah sebentuk komunikasi denganNya yang yang termudah dilakukan. Tanpa berwudhu, tanpa hadap kiblat, tanpa kenal waktu, tempat, kondisi juga usia. Tapi kita juga perlu menilik kadang mengapa doa-doa kita banyak yang sepertinya tak terijabahiNya. Mungkin kurangnya istiqomah dalam diri kita? Atau kesombongan yang selalu merongrong jiwa? Mulut yang tak pernah sebut asmaNya, disetiap kesempatan? Atau jangan-jangan banyak dosa kecil yang tanpa kita sadari dan menumpuk sampai menghalangi rahmat Allah merasuki relung hati dan kehidupan. Ada salah satu kisah favorit saya, yang terdapat di 99 kisah inspiratif Muslimah, ( yang insyaAllah beberapa bulan lagi akan terbit, jangan lupa kalau sudah terbit beli ya,..hihiih tetap promosi), yang semoga bisa diambil hikmah..
Ketika perjalanan rombongan Nabi Muhammad dan para sahabatnya sampai di gurun pasir, Nabi menyuruh para sahabatnya mencari sesuatu untukknya. “Carilah batang ranting..”. Para sahabat terhenyak, bagaimana mungkin mencari ranting digurun pasir? Sepertinya hal yang sulit, bak mencari ikan diangkasa laiknya. “Bagaimana bisa kami mencarinya ya Rasul, disini tak ada apa-apa, hanya gurun pasir saja, pohonnyapun tak Nampak, bagaimana dengan rantingnya?”. Nabipun tetap bersikukuh, “Carilah ranting!”. Kali ini terlihat agak tegas. Para sahabat tak berani membantah, meski tak yakin dengan apa yang akan diperoleh sesuai dengan keinginan Nabi, mereka adalah orang-orang yang patuh. Kesana-kemari, mengais diantara gurun pasir yang panas, atau apapun mereka lakukan demi dapatkan ranting. Ajaib. Dalam pencarian yang melelahkan, diantara pasir gurun yang tersibak angin, atau dibantu di cangkul dengan batu, ternyata ada ranting-ranting pohon yang tersembunyi!, atau ranting itu tiba-tiba ada diterbangkan angin yang kuat- yang entah darimana datangnya, lama-kelamaan para sahabat berhasil mendapatkan tumpukan ranting itu dan diserahkan dihadapan Nabi.
Nabi Muhammad menghela nafas panjang. “Tahukah kamu, symbol apa yang terdapat dalam pecarian ranting itu?”. Para sahabat menggeleng perlahan. “Itulah ibarat dosa-dosa kamu, dosa-dosa kecil yang tak pernah kamu sadari bersemanyam dihatimu. (Melukai orang lain, berkata selau menyakitkan, tidak jujur, sirik, iri, riya, atau ribuan dosa yang diperbuat setiap harinya), yang tak pernah terlihat,  bila dicari dan dikumpulkan, lama-lama menggunung seperti tumpukkan ranting ini!. Para sahabatpun terhenyak mereka segera menunduk malu dengan diri mereka sendiri. Dan terkadang dosa kecil ini menghalangi terkabulnya doa-doa kita,..
Kisah penjual tempe dengan doa yang diijabahi Allah dalam bentuk yang lain. Semoga kita juga selalu mendapat kasih sayang dariNya, dan jangan sampai dijauhiNya. Tak berputus asa dengan doa-doa yang mungkin dirasa tak terkabul, berdoalah selalu, walau sampai berbuih mulut ini, tak menambahi ‘ranting-ranting’ dosa dalam pohon jiwa yang mungkin halangiNya beri barokahNya. Belajarlah  berdzikir setiap saat setiap waktu agar hati ini penuh dengan AsmaNya, sebut kalimat thayibbah sebisanya, karena InsyaAllah kalimat itu yang nantinya akan membantu memecahkan setiap masalah dalam kehidupan, dan tentunya hati ini menjadi tenang,..

Sukoharjo, 18 juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar