Selasa, 22 Januari 2013

SEPENGGAL CINTA DARI YANG TERJELATA



Yang terhormat, Bapak Joko Wi,

Wilujeng Siang Pak Joko Wi,
Kata beberapa teman saya termasuk penggemar beratmu. Sebenarnya saya malu-malu mengakui, namun beberapa tulisan saya yang berisi curhatan panjenengan, pada catatan dunia maya kuberi judul yang cukup nyleneh “Esemku dan ESEMKA: sama-sama manis!” sembari kuberi hiasan fotoku dengan mobil ESEMKA didepan Lodji Gandrung, cukup menyita perhatian teman-teman saya di Face book, entah karena tulisan saya yang ngrasani panjenengan tapi yang positif lho. Atau karena senyum manisku didepan mobil yang cukup fenomenal dalam beberapa waktu yang lalu itu.
Sebenarnya, hampir semua  orang mengakui atau tidak, setuju atau abstain, bahwa Pak Joko Wi itu membawa perubahan yang cukup besar di Kota Solo. Atmosfirnya sangat kental membawa angin yang menyejukkan bagi siapa saja yang tinggal diseputaran kota budaya ini. Semua bidang bapak libas, bukankah demikian? Dan panjenengan benar-benar ksatria, tak takut apapun yang menghadang. Tak peduli lawan politik, teman sejawat bahkan atasan. Bila sudah merasa dijalur yang benar. Bak seorang pangeran dengan kuda gagah yang sering anda naiki saat ada kirab budaya. Ah Pak Joko, kami semua sampai terpesona melihatmu.
Jika melihatmu secara fisik untuk pertama kalinya, kami sempet ragu, walikota dengan tubuh kecil, tinggi? Apakah bisa menyangga berbagai persoalan yang selalu saja hadir hiasi kota cantik ini? Atau malah bisa ikutan terbang disapu angin, karena tak kuat sangga beban?. Namun setelah dibuktikan dengan sederetan prestasi, sontak membuat pikiran “tak mutu” yang berseliweran dikepala mendadak sirna. Pak Joko wi, anda memang hebat! Kami sangat bangga tiada terkira. Meski domisili saya termasuk Sukoharjo, namun secara geografis lebih dekat dengan kantor pak Joko Wi, Cuma dua menit dari rumah, dan bila harus dikantor kabupaten, kami malah melangkah hampir 30 menit. Makanya secara tak sadar kami semua merasa orang Solo, karena begitu antusias memiliki walikota teladan sepertimu, pak.
Saya, lega sembari tersenyum melihat gayamu bila sedang menyelesaikan masalah. Seolah berkata,”Selalu ada cara yang terbaik, termudah dalam menyelesaikan perkara, tak ada kata menyerah, walau persoalan itu menguras hati dan tenaga”. Hingga saat dipuji oleh orang se-Indonesia, terlihat sekali sampeyan cool-cool aja, tak terlihat besar kepala atau malah menjadi sombong. Teringat ketika panjenengan merampungkan masalah PKL yang harus pindah lokasi. Semua orang tahu, bila  menyangkut Pedagang Kaki Lima adalah hal yang riskan: gampang-gampang mudah. Bisa jadi bomerang dan sangat mengerikan bila penanganannya tak manusiawi, atau tak bijaksana, tak ada komunikasi dan langsung bertindak dengan ‘tangan besi’. Karena menyangkut harkat hidup,  penghasilan rakyat kecil, bisa jadi duri dalam daging kalau penanganannya tak tepat.
Dibanyak tempat, benahi dan tertibkan PKL ini tak selalu sukses bahkan, cenderung anarkis. Bahkan memicu kekerasan hingga bahkan jatuh korban dikedua belah pihak. Dan bukan Pak Joko Wi namanya, kalau tak punya cara jitu untuk memecahkan masalah PKL di Kota Solo.     Sepertinya pendekatan ‘dengan hati’ yang paling tepat untuk melukiskan bagaimana seorang Joko Wi merangkul pedagang dengan sukses. diajak berbincang santai, ditanya apa maunya dan apa mau pemerintah disinkronkan jadi satu, semua saling sapa dan senyum. Jauh dari kontradiksi, perpecahan atau permusuhan. Juga ada poin penting sebenarnya dimiliki masyarakat Jawa yang sangat di pahami oleh Joko Wi. Dan bila bisa memperlakukan dengan pener lan bener, alias tepat dan benar tentu hasilnya akan luarbiasa. Semua akan nyengkuyung atau turut mensukseskan bahkan mendukung apapun dikatakan oleh pimpinan, tentu pimpinan yang adil dan bijak. Tapi jangan sekali-kali buat sakit hati mereka, sekali sakit hatinya, luka itu akan menganga tak mudah untuk disembuhkan. Ah, Pak Joko Wi, panjenengan  memang top dan poin memperlakukan PKL dengan baik dan berhasil mengatasi persoalan mereka, diberi acungan dua jempol oleh sebagian besar rakyat Indonesia, kuga Politisi negeri ini, kata mereka Pak Joko Wi jdi teladan.
Pak Joko Wi,
Sebenarnya kami juga geli dengan ‘perhelatan ‘ yang disuguhkan oleh anda dan ‘seteru’mu saat membahas cagar budaya yang akan dijadikan hotel bintang lima. Mungkin bukan seteru ya, atau tepatnya teman sekaligus pimpinan panjenengan. Terlihat gagah berani untuk berseberangan dengan siapa saja yang dianggap “aneh, nyleneh atau tidak bermutu pola pikirnya”. Dan sampai-sampai surat kabar local maupun nasional juga tak ketinggal televise ikut-ikutan ‘meramaikan’ suasana panas hati diantara dua pemimpin ini yang mulai riuh. Tentu bisa ditebak: Pak Joko Wi menang skak lagi la bak ‘pahlawan yang keluar dari medan laga’ berjalan dengan anggunnya, ketika rakyat jelata mulai menggeliat, mengutuk rencana yang dianggap ‘jahat’ untuk melindungi cagar budaya. Namun diantara gegap gempita ‘keberhasilan’ anda menarik perhatian banyak kalangan yang mendukung, terselip satu harapan saya, dari yang terjelata untuk sang pemimpin idola, jika memang tak digunakan untuk keperluan komersil, mbok cagar budaya di seputar Solo itu dirawat dengan sebaik-baiknya, atau dijadikan museum yang bisa dikunjungi oleh banyak wisatawan, lha malah bisa menguntungkan to, pak Joko Wi? Lha kadang kami melihat dari kejauhan banyak situs budaya itu kurang terawat je, malah kurang sedap di pandang mata, gimana pak Walikota, setuju saja ya..
Dan yang paling fenomenal, saat panjenengan mati-matian mengusung mobil local rakitan anak-anak SMK di kota Solo ini untuk dilirik secara nasional. Tak Cuma himbauan saja seperti pejabat-pejabat lainnya, namun dibuktikan dengan nyata, pesan mobil-mobil ESEMKA untuk mobil dinasmu dan wakilmu juga staff yang lain. Tak malu sedikitpun untuk memakai mobil “murah”, karena ingin mendongkrak anak-anak SMK percaya diri dan bangga dengan “pekerjaan”nya walau sebenarnya yang bapak usung itu bukan sesuatu yang up to date, karena hampir semua tahu yang namanya anak SMK jurusan mesin atau otomotif itu pasti pelajarannya adalah merakit mobil, motor atau bahkan pesawat. Tapi karena yang usung panjenengan jadinya istimewa. Gimana tidak, sang Walikota idola, teladan memakai mobil dinas rakitan anak-anak SMK dan bersedia mengkampanyekannya atau menjadi sales mobil itu, yang stiap hari Minggu dipajang didepan rumah dinas sang Walikota, Lodji Gandrung. Sebenarnya secara spesifikasi, model, dan prejengan atau bentuk dalam luar tidak terlalu istimewa, yang membuat istimewa itu karena Pak Joko Wi dengan gegap gempita dan semangat 45 mempromosikan mobil ESEMKA ini sebagai calon mobil Nasional, dan para pewartapun dengan bahagia melesatkan judul  yang indah-indah sebagai headline Media massanya.
Dan yang tambah riuh itu karena ada ‘bumbunya’. Pertanyaan wartawan dengan petinggi daerah yang kira-kira jadi saingan panjenengan nantinya. Petinggi daerah ibukota bilang:”wiii kalau Cuma mobil kayak gitu aja keciil. SMK didaerahku bahkan bisa merakit pesawat, SMK yang diwilayah mana ya,..selatan. utara atau malah timur ya,..wah pokoke ada sajalah..” katanya sambil gelagapan ditanya wartawan di televise swasta. Kami yang mendengarnya terbahak pak Joko wi,..atau kami ingat saat pejabat daerah yang membawahi daerah kita ini saat ditanya wartawan tentang usaha anda dengan mengangkat mobil ESEMKA ini, jangankan mendukung bahkan beliau bilang,”Mobil elik ngono wae dienggo..”(Mobil jelek gitu dipakai),..hahaha kami mendengarnya bukan prihatin tapi malah terpingkal-pingkal. Ada-ada saja kalau pejabat sudah pada ‘berkelakar’.
Dibalik cerita saya ini, Pak Joko wi, sekiranya boleh saya mengusulkan dari rakyat jelata, bila bisa pimpinlah Jawa Tengah dulu saja, tak usahlah njago daerah Ibukota, terlalu sumpek, plurarisme dan seabrek kebingungan dan masalah selalu bertumpuk kesana. Daerah panjenengan mawon masih butuh “keajaiban” dari sentuhan ‘tangan dingin’ anda pak. Setelah itu anda langsung loncat nyalon presiden saja, InsyaAllah pendukungmu banyak. Kami tak dukung partai,wegah alias tak mau, karena semua partai tak bisa memuaskan kami, kami mendukung sosok mu saja, sosok jarang ada tandingannya. Terkadang saya membandingkan anda dengan Umar bin Abdul Aziz. Tokoh yang begitu saya kagumi. Walau tak mirip semua, tapi banyak poin yang mempunyai ‘ruh’ yang sama. Tokoh sentral yang berpengaruh, membuat trobosan yang kadang mencengangkan. Adil, bersih dan rela bersebrangan dengan tokoh lainnya kalau merasa benar dan bersih bukan suka menggelapkan uang rakyat.
Bagaimana Pak Joko Wi, setuju ya? Kami semua disini tetap merindukan kepemimpinanmu yang tak tertandingi itu menurut saya, seperti kami semua hidup dengan penuh warna bukan monoton atau terlihat kelabu saja hati ini, juga  ayem tentrem dan merasa damai menjalari relung sukma kami. Pemimpin seperti anda adalah pemimpin yang langka, untuk itu layak dipertahankan. Moga pak Joko Wi, tak surut langlah berbuat yang terbaik untuk negeri ini.Dan kuanggap surat ini adalah surat cinta dari yang terjelata, moga sudi membaca sampai akhir ya,..
Salam hangat,
Dari Candra Nila Murti Dewojati





Tidak ada komentar:

Posting Komentar