Rabu, 21 Oktober 2015

NORMA-NORMA IMANI BAGI MUSLIMAH BEKERJA DILUAR RUMAH (BAG.1)


            Sahabat Ummi, bekerja diluar rumah bagi wanita sejak zaman dahulu sampai sekarang bukan hal baru dan bukan sesuatu yang tabu. Bahkan, wanita jika mempunyai kemampuan mumpuni dalam satu bidang yang berguna bagi kemaslahatan orang banyak, tentu ada baiknya dibagi, seperti jadi dokter, perawat, guru, arsitek, juru dakwah dan lain sebagainya. Wanita berkarier diluar rumah tidak boleh sembarangan dalam berperilaku, bersikap, berpikiran, atau memakai pakaian juga cara berjalannya.
            Ada beberapa norma imani bagi muslimah yang memutuskan untuk bekerja diluar rumah, baik untuk alasan ekonomi, maupun untuk mengembangkan ketrampilan yang dimilikinya dan keahlian itu sangta dibutuhkan orang banyak.
Muslimah  berkarier harus memahami beberapa norma-norma imani, karena dari beberapa ayat Al Qur’an terlihat jika ada hubungan yang cukup signifikan antara iman, kerja dan amal sholeh. Seharusnya wanita yang berkarier di dalam dan luar rumah harus memahami jika:
  1. Harta yang diupayakan itu adalah bukan mutlak hasil usahanya sendiri, melainkan hanya titipan dari Allah swt semata. Muslimah yang bekerja harus menyadari jika pekerjaannya hanya menopang hidup diri dan keluarganya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah semata. Ia juga mempunyai kewajiban mengemban misi khilafah di satu sisi dan di sisi lain harus mampu menahan diri dari godaan duniawi yang buruk dari aktivitasnya tersebut.

2.      Seorang muslimah yang berkarier juga harus bisa memandang harta yang dimilikinya sebagai amanahNya yang mana ia hanya sarana bukan tujuan, maka muslimah harus mencari harta secara halal, menunaikan hak Allah dan dilarang merasa sombong dan kuat atas prestasi yang diraihnya karena akan termasuk orang-orang yang dicela Allah seperti firman Allah:Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku” (Al-Haqqah ayat 28). Untuk itu berhati-hatilah saat mengelola harta agar tidak jatuh dalam kesia-siaan.

  1. Niatkan  lurus untuk bekerja. Wanita karier harus mempunyai niat lurus untuk apa sebenarnya keputusan bekerja di dalam, apalagi di luar rumah.  Jika diniatkan guna mencukupi kebutuhan keluarganya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, maka niat bekerjanya  merupakan ibadah dan dianggap berjihad di jalan Allah.

4.      Jangan sampai pekerjaan itu hanya untuk membunuh waktu, riya, sombong, pamer, dorongan cinta harta, atau propaganda dan suka jika disebut sebagai wanita karier atas nama emansipasi. Jika niat itu baik dan kukuh dan hanya mengharapkan ridha Allah, maka keikhlasan dalam niat bekerja itu akan mendapatkan pertolongan Allah. Ini sama dengan wasiat Rasulullah kepada Sa’ad bin Abi Waqash r.a:
“Sesungguhnya kamu tidak akan mendapatkan apa-apa, hingga melakukan pekerjaan untuk mengharapkan ridha Allah, kecuali bertambahnya kebaikan, derajat dan kedudukan.” (H.R Ahmad)
  1. Belajar bertawakal setelah berusaha dengan keras mencari rezeki. Bukan perkara mudah untuk melakukan hal demikian setelah usaha. Karena bisa jadi, tak banyak wanita karier dapat ikhlas saat diberi kegagalan dalam setiap usahanya. Tawakal itu terjadi setelah wanita berusaha dengan sebaik-baiknya mendulang rahmat Allah. Tawakal adalah inti sari dari ‘menghadirkan’ Allah dalam setiap langkah.
6.      Semua yang diupayakan dengan sungguh-sungguh dipulangkan kepada Allah apapun hasilnya, dan akan selalu bersyukur atasnya. Sedikit banyak, sukses gagal atau hanya biasa-biasa saja tanpa peningkatan berarti, itu sesungguhnya adalah kehendak Allah, dan tugas manusia hanya bertawakal setelah berusaha, dan sungguhnya itu salah satu bukti ketakwaan seorang hamba pada TuhanNya.
“Seandainya kamu semua bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, maka Allah pasti memberikan rizki kepadamu seperti Allah memberikan rezeki pada burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang” (HR At Tirmidzi).

7.      Muslimah harus  yakin dengan tingkat kehalalan rezeki yang dikaisnya. Sebab itu akan merupakan rentetan panjang sebuah proses usaha yang berhubungan dengan ketenangan dan kenyamanan. Ucapan bijak dari Abu Sulaiman ad-Darani mengenai hal ini cukup menjadi renungan: “Barang siapa yakin dengan rezekinya, maka kebaikan akhlaknya bertambah, pikiran tenang, hati bahagia dan semakin sedikit godaan dalam shalatnya.”
Inilah 7 hal yang harus dilakukan oleh para muslimah jika ingin bekerja diluar rumah, masih ada beberapa poin lagi yang akan saya sampaikan mengenai norma imani muslimah yang bekerja diluar rumah bagian ke 2.

Referensi:
Candra Nila MD dan Lisdy Rahayu, Istri Bahagia, Tuntunan dalam Islam, menurut Al Qur’an dan Hadist,Qibla, 2015.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar