Rabu, 21 Oktober 2015

EMPAT HAL MENGOBATI SAKIT HATI


            Sahabat Ummi, tak dipungkiri seringkali pergesekan antara seseorang dengan teman, tetangga, kerabat atau pada orang yang tak dikenal sekalipun akan meninggalkan bekas luka atau sakit hati yang tak kunjung sembuh. Terkadang, seseorang yang cerdaspun, tak mampu untuk mengusir rasa sakit hati yang terlanjur sudah tertancap cukup lama, apalagi kadar rasa kemarahan itu terlanjur terlampoi tinggi.
            Al Qur’an telah mengajarkan kepada manusia, agar pandai mengelola hatinya. Jika akan membalas perlakuan yang sama yang telah dilakukan sseseorang dengan buruknya pada kita, hendaknya sesuai kadarnya, tidak boleh lebih buruk. Namun jika manusia itu bisa mengendalikan diri dan bersabar, maka ia akan keluar sebagai manusia utama dan itu lebih baik di mata Allah.
Dan jika kamu membalas, balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu, Tetapi, jika kamu bersabar, sesungguhnya itu lebih baik bagi orang yang sabar” (An Nahl ayat 16).
            Belajar berbesar hati dan mulai menata diri untuk memaafkannya memang bukan perkara mudah untuk orang yang terlanjur tersakiti hati dan raganya. Namun, Islam mengajarkan beberapa  hal kepada manusia untuk bisa mengelola dan mengobati rasa sakit hati. Sikap yang harus dilakukan itu adalah:
  1. Kita harus mulai menanamkan pada diri sendiri jika perlakuan menyakiti hati dan badan seseorang itu merupakan suatu kesalahan dan dosa.
Karena, jika itu sudah tertanam dalam benak, maka tak ada dalam kamus kita untuk terlebih dahulu menyakiti seseorang. Pepatah mengatakan, Siapa menabur maka ia akan menuai, hal ini berarti siapa yang akan menabur kebajikan maka ia akan lebih banyak menuai hal yang sama pula. Hal ini juga berlaku pada hal yang buruk, siapa yang sering melukai dan menyakiti orang lain, ia akan lebih cenderung mendapati hal serupa, sebagai ajang pembalasan dari orang lain, ataupun kemarahan Allah.
  1. Tidak membalas perlakuan buruk dengan perlakuan lebih buruk.
Karena hal ini tidak akan pernah menyelesaikan masalah, yang ada malah perasaan dendam yang bisa turun menurun pada anak cucu kelak. Jika bisa diselesaikan secara baik-baik dengan komunikasi yang intens, maka hal itu lebih utama. Namun jika harus terpaksa membalas, maka maksimal membalas dengan perlakuan yang sama dengan orang yang berbuat itu pada kita, bukan pada orang lain atau salah sasaran.
  1. Belajar memaafkan.
Bukan perkara mudah memaafkan orang yang sudah menyakiti kita. Tapi manusia bisa apa selain melakukan kebaikan? Jika belajar bersikap legowo, menyerahkan keadilan itu pada Sang Juru Adil, yakni Allah semata, maka InsyaAllah hasilnya akan lebih baik. Pada tahap ini, manusia akan menjadi lebih sabar.
  1. Perbanyak Dzikir.
Mengapa manusia harus perbanyak dzikir? Karena sebenarnya dzikir adalah obat sakit hati yang paling ampuh. Manusia yang mulutnya sering beristighfar, menyebut asma Allah akan menjadi lebih tenang, dan menyerahkan seluruh kejadian dalam dirinya pada Allah semata. Gelapnya hati, sedihnya rasa akan larut jika sudah menyebut AsmaNya secara intens. Akal dan kesehatan jiwa akan terus terjaga untuk lisan yang selalu berdzikir, hingga perasaan dendam dan sakit hati akan menjauh.
Tidaklah sekelompok orang yang duduk dan berdzikir pada Allah, melainkan akan dikelilingi para malaikat, mendapatkan limpahkan rahmat, diberikan ketenangan hati dan Allah akan memuji mereka pada orang yang ada didekatnya” (HR. Muslim).
            Demikianlah sahabat Ummi, rasa sakit hati janganlah dipelihara karena akan membuat penyakit hati yang kronis dan akan mempengaruhi raga. Menjadi pemaaf dan mengelola hati memang adalah pilihan yang terbaik, semoga kita semua bisa melakukannya. Aamiin.
Referensi:
Candra Nila Murti Dewojati, 2013, Ayat-ayat Tolak Derita, Penerbit Khalil imprint GPU, Jakarta

 tulisan telah dishare di ummi onlen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar