Jumat, 31 Oktober 2014

Sang Penguntit Kerudung Biru



            Minggu pagi di Stadion Manahan Solo adalah tempat yang menyenangkan untuk Tom Gembus sekeluarga. Selain jalan-jalan, cuci mata juga memburu kuliner dan membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari yang mumer alias murah meriah ada disana. Saat tiba di lapak penjual jam tangan, Tom Gembus berpesan pada istrinya, Lady Cempluk,”Bu, saya mau lihat jam dulu ya, jangan jauh-jauh dari sini..”.
Lady Cempluk mengangguk. Dengan menggandeng Genduk Nichole, ia berpindah dari lapak pedagang yang berjajar disitu ke lapak lainnya. “Nduk, kita beli kaos kaki yuuk..”, ajaknya pada Gendhuk Nichole. Jarak antara lapak jam tangan sebenarnya sangat dekat, hanya depannya menyerong sedikit. Tapi, setelah seusai Lady Cempluk membayar harga kaos kaki, tiba-tiba Tom Gembus sudah raib.
“Wadow, kemana iki Bapakmu nduk,..” Lady Cempluk sudah gelisah luar bisa. Mereka lalu nyari dengan seksama. Maklum jam segitu Manahan sangat padat pengunjung, usel-uselan. Beberapa saat kemudian Tom Gembus muncul. Ia terlihat sedikit gusar. “Piye to bune, saya itu udah nyari dan ngetutke kamu sampai jauh je.
“ Kok bisa pakne, emangnya kamu mengetutke siapa?” selidik Lady Cempluk. “Ya, ibu-ibu sing kerudung biru tow..”, katanya sangat yakin. “Sik-sik pakne, saya ini pakai kerudung ungu bukan biru !” jawab istrinya bingung. “Lho, tadi khan kerudungmu biru to”, katane tetep ngeyel. Oalaah Tom Gembus..sudah salah ngeyel lagi. ‘Trus tadi sing mbok tutke ki sopoo..’ gerutu Lady Cempluk  bercampur geli.

dimuat di rubrik Ah Tenane  Solopos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar