Kamis, 30 Oktober 2014

BUKAN SEKEDAR KOMUNIKASI ALA KADAR


Beberapa hari yang lalu seseorang curhat tentang adiknya yang mengajar selama 9 tahun belum diangkat menjadi guru tetap, punya dua anak yang masih kecil-kecil dan dari segi ekonomi masih 'berjuang'. Suaminya punya usaha dirumah, kecil-kecilan. Yang menjadi masalah sebenarnya tidak terlalu besar namun cukup mengganggu. Setiap pulang mengajar dalam keadaan lelah, ia harus mengasuh dua anak dengan teriakan yang nyaring, maklum masih balita, rumah luar biasa berantakan, cucian sama sekali belum tersentuh, belum lagi masak, menjerang air atau melakukan banyak pekerjaan rumah, yang sebenarnya bisa dibagi dengan suaminya yang 'kerja di rumah'.
"Mengapa tidak dikomunikasikan dengan suaminya mengenai hal itu?" tanyaku padanya.
"Sudah, suaminya sulit diajak komunikasi, karena menurutnya apa yang dilaukannya sudah benar, pekerjaan rumah adalah pekerjaan wanita.."jawabnya.
Saya jadi ikut senyum kecut sembari prihatin. Jika disuruh memilih, tentu wanita akan lebih senang dirumah diberi uang yang cukup oleh suaminya untuk kehidupannya. Meski atas nama mengekspresikan kebisaannya atau aktualisasikan diri, pekerjaan diluar rumah yang amat menguras tenaga, pikiran dan hatinya--yang kadangkala tak sebanding dengan yang didapatkan dan yang ditinggalkan dirumah, membuatnya penuh dilema.

komunikasi itu bukan hanya sekedar perbuatan bercakap-cakap semata. Komunikasi tak akan pernah sampai pada orang lain jika situasi dan kondisinya tidak tepat, pemilihan diksi dan kosa kata tidak memadai, tema yang diusung tidak menarik perhatian lawan bicara dan gestur tubuh yang ala kadar. Ditambah cuaca sedang panas, kondisi keuangan buruk, suasana hati galau dan banyak hal lainnya.

Saya memperjuangan komunikasi pada titik ternyaman baru menjelang sepuluh tahun usia pernikahan. Meski terkesan baik-baik saja, tanpa disadari dalam pernikahan seseorang selalu ada yang mengganjal, hal ini sebenarnya hanya terletak pada  komunikasi jiwa yang belum ditemukan kuncinya.

Salah paham, ingin selalu dimengerti, selalu merasa benar sendiri, menganggap pasangan tak mau tahu, apatis, menang sendiri adalah perasaan tradisional berbau konvensional  yang hampir menghinggapi pasangan diseluruh dunia. Lalu adakah mengurai hal itu, saat Anda ingin 'memprotes', keadaan pasangan?

Perbaiki cara Anda berkomunikasi dengan hal berikut ini:

1. Cari waktu paling tepat, kondisi terbaik dan situasi paling mendukung.
Saat tenang, misalnya malam hari saat anak-anak tidur, atau saat santai nonton televisi, saat hang out makan diluar, atau mencuri waktu saat suami akan berkemas kekantor atau mengerjakan hobinya dirumah.
Jangan bicarakan saat marah yang sangat meledak--tentu akan terjadi pertengkaran, situasi yang 'ribut', dimana pasangan sedang masak, repot mencuci, memperbaiki sesuatu, anak sedang belajar atau udara luar sangat panas.

2, Perhatikan gestur wajah 
Jika berbincang dengan pasangan dimulai dengan wajah bak singa kehilangan anak-anaknya, wajah ditekuk, merengut dan intonasi meninggi---sudahlah tinggalkan saja, itu bukan komunikasi namanya, seperti mengajak berperang, ini tidak akan berhasil dengan baik.
Tidak perlu harus tersenyum jika yang akan dibicarakan hal berupa kemarahan, galau, sedih, takut atau gelisah. Anda hanya perlu tenang, jika harus dengan wajah sedih atau khawatir--jangan  lakukan berlebihan.

3. Perlunya Intonasi, tema pembicaraan, pemilihan kosa kata
 Perhatikan intonasi, jangan meninggi, jangan terlalu cepat. karena jika itu dilakukan, itu namanya bertengkar. Ohya jika kurang cerdas memilih tema pembicaraan dengan pasangan, seperti beberapa hari hanya itu-itu saja yang dibahas, maka pembicaraan tak menarik lagi.
Hindari umpatan, hujatan, kata-kata memojokkan, arena siapa saja yang mendengarnya akan 'jengah'.

4.Ini yang kumau, Apa yang Kau mau?
Ada kesalahan mendasar saat kita berbincang dengan pasangan. Hanya selalu saja membicarakan apa yang dimaui tanpa mendengar balik apa sebenarnya dimaui pasangan.
Mengubah hal ini bukan perkara mudah, tapi usahakan!, karena akan menandakan Anda orang bijak yang mau mendengarkan pula keluhan orang lain tentang Anda.

5. Pergunakan semua media yang ada, HP, FB, WA, dan lainnya untuk komunikasi
Saat waktu tak mengijinkan berbicara mengenai masalah keluarga atau pribadi pada pasangan secara langsung, gunakan media apapun untuk tetap berkomunikasi dengannya. Dan terkadang ajaibnya, permasalahan bisa diselesaikan dengan menggunakan media itu.

6.Hadiahi pelukan atau genggaman tangan
Ini strategi baru saya yang didapat dua terakhir ini. Orang yang normal akan menyukai pelukan atau sentuhan dari pasangannya, karena itu membuat nyaman. Mengubah pada tahap ini bukan hal yang mudah jika bukan ke biasaannya, bisa jadi akan terlihat aneh, wagu atau menggelikan. Tapi sebenarnya manfaatnya luarbiasa. Saat saya sangat galau, marah, malu, takut mengutarakan hal-hal yang penting dengan pasangan lalu menggenggam atau peluk pasangan, akhirnya akan menolong banyak permasalahan yang ada.

7. Belajar Bersabar
Sama dengan pelajaran ikhlas, bersabar itu pelajaran seumur hidup. Jika Anda tahu, ada sekitar 90 ayat baik dari Al Qur'an dan hadis yang menyebut keutamaan bersabar. Setelah semua hal diupayakan, sabar -lah yang akan menuntun Anda pada keikhlasan. Percayalah, ayat-ayatNya adalah benar, jika Allah akan menemani orang yang belajar  bersabar, dan selanjutnya ditempatkan di JannahNya, sebuah buah manis dari pelaku sabar.

8.Pentingnya Proses bukan sekedar hasil!
Keberhasilan komunikasi pada pasangan bukan terletak pada berapa lama usia pernikahan Anda. Banyak survey terjadi disekeliling, dimana pernikahan menginjak lebih dari 20 tahunpun, masih punya raport buruk dalam hal berkomunikasi dengan pasangan. Meski hidup bersama selama puluhan tahun tak saling bisa menghargai, istri mengubar aib suami, persoalan penghasilan suami yang tak dibagi dengan istri padahal sudah sunatullah walau istri bekerja, suami tetap harus menafkahi istrinya, dan masih banyak lainnya.
Perjuangkan proses komunikasi itu sampai titik penghabisan, selalulah mencari cara terbaik, paling dapat diterima oleh pasangan saat berkomunikasi. Ingatlah, ini bukan persoalan, "Sudah kubilangi berkali-kali.." tapi ini juga masalah cara dan teknik atau kiat yang lain, terbaru, paling bisa diterapkan yang mungkin belum anda dapatkan. maka jangan berhenti untuk mencari cara, bukan persoalan hasilnya, namun proses pencarian itu yang perlu mendapat perhatian.

Jadilah pemenang dalam keluarga, dimana komunikasi dengan pasangan terjalin dengan baik, bukan hanya sampai komunikasi verbal, lebih dari itu, yakni  komunikasi jiwa, jika itu bisa terwujud, nyaman dunia -akherat sudah ada digenggaman, please, pernikahan itu bukan ajang permainan, atau hanya kewajiban menemani pasangan sampai ajal nanti. Komunikasi yang bukan asal--ala kadar akan membuat kehidupan pernikahan sangat berarti, dan itu adalah cermin buat anak cucu kita nanti..



2 komentar:

  1. Dalam rumah tangga, sesibuk apapun masing-masing pihak harus bisa mengakses dan diakses pasangannya, secara fisik maupun dengan memanfaatkan media yang ada.
    Kurang komunikasi bisa berakibat fatal.
    Terima kasih tipsnya
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus