Jumat, 31 Oktober 2014

BENTENGI ANAK TERHADAP NARKOBA: SUSAHKAH?


            Geger penangkapan selebritis dan salah seorang anggota DPR juga 15 orang lainnya seolah masih menjadi perbincangan  hangat di masyarakat. Bagaimana tidak, selebritis itu sedang naik daun dan terlihat ‘bukan orang yang bermasalah’ dengan hukum, dan raport perilakunya  baik-baik saja, tak terlihat bagai orang ajrut-ajrutan karena ia memang pekerja keras. Tertangkap BNN karena pesta narkoba di minggu pagi?

Banyak yang menyangsikannya, terperangah tak percaya dan tak sedikit berujar, ”Wajarlah, karena kaum selebrita dari sejak dulu sampai sekarang banyak bersinggungan dengan benda ‘haram’ seperti itu, karena pergaulan, gaya hidup dan stress dalam menapaki karier”

Saking banyaknya pengguna narkoba di negeri ini, bahkan kepala BNN Gories Mere mensinyalir ada 5 juta pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya. Angka yang sangat fantastis, karena terlihat betapa Indonesia sudah menjadi pasar yang sangat empuk bagi Bandar Narkoba menjajakan dagangannya. Ngeri, tak peduli anak muda, eksekutif, bahkan orang-orang dewasa dan lanjut usia, bahkan anak-anakpun sudah mulai disasar dan ini menjadi ancaman serius bukan saja bagi BNN, Negara namun juga bagi orangtua yang sangat was-was.

Lalu apa yang harus dilakukan orangtua agar anaknya terhindar dari bujuk rayu serbuan narkoba yang sangat menyesakkan dada itu? Apalagi bahaya zat terlarang itu selain merusak otak, jantung dan fisik juga bisa mengganggu segi mental dan emosional. Dampak mental dari narkoba adalah mematrikan akal sehat bagi penggunanya, untuk slalu bereuforia, bahagia semu apalagi jika sudah tahap kecanduan.

Sudah tak ada alasan bagi orangtua untuk berdiam diri dan bersikap cuek dengan keadaan ini yang sudah tahan emergency bahwa narkoba bukan hanya ada ditempat sana jauh dari rumah namun sangat dekat dan siap mengintai putra-putri kita, jika kita lengah dan tak peduli. Untuk itu perlu jurus sakit dan  tips yang harus dilakukan agar anak terhidar narkoba, diantaranya yakni,
1.       Binalah hubungan baik dengan anak, ajari mereka mempunyai kemampuan untuk mengelola emosi, sehingga bisa menciptakan kepandaian untuk bersoasialisi dengan temannya. Ajari anak untuk mengungkapkan apa saja situasi hatinya, agar anda bisa membantu disaat ada masalah atau gundah. Jangan sampai anak menjadi sosok tertutup walau dengan anda sendiri, sehingga saat ada masalah cukup berat dan mengganggunya ia akan melarikan persoalannya pada teman yang salah atau barang-barang haram lainnya.

Anak yang tak haus kasih sayang akan sangat berbeda dengan anak yang tak diurus oleh keluarganya. Karena  anak yang haus kasih sayang  akan sangat mudah mendengarkan orang lain, teman-temannya dari pada nasehat orang tuanya. Untuk itu kawal anak dengan banyak kasih sayang yang positif, yang tak berarti memanjakan dan membuatnya tak mandiri.

2.      Memunculkan kecerdasan emosionalnya disamping cerdas intelektualnya. Semuanya mesti seimbang, tak ada istilah cerdas salah satunya lebih baik dari lainnya. Bukan perkara mudah untuk seimbangkan keduanya namun bukannya tidak bisa, sangat mungkin bisa. Untuk itu peran orangtualah sebagai panutan dan selalu memberi advis untuk perbaikan perlakuan anak.

Kecerdasan emosionalnya ini digunakan untuk saat-saat genting. Saat ia dihadapkan pada masalah dan pilihan. Ia harus cepat berpikir dan mengatakan “tidak” untuk hal-hal yang haram atau tak boleh tanpa melukai orang lain yang mengajaknya. Sebab saat orang ingin menjerumuskannya terluka akibat tak cerdasnya ia menghadapi situasi maka yang terjadi adalah balas dendam untuk lebih intens membujuknya dengan berbagai cara.

Kecerdasan ini harus dipupuk sejak dini, akan sangat terlambat bila anda menerapkan saat dia remaja. Karena saat ia beranjak remaja ia akan diharapkan untuk bisa menghargai dirinya, tubuhnya untuk tidak dirusak oleh hal-hal yang tak perlu semisal narkoba dan bisa menghargai masyarakat sekitar. Saat anak bisa memadukan semuanya cerdas akal dan cerdas emosi maka ia akan tumbuh sebagai pribadi  yang lengkap dan bisa lebih optimal kembangkan potensi dirinya dalam study masyarakat.

Tidak sombong, bisa menempatkan diri, tidak mudah tersulut emosi, tidak mudah putus asa adalah sikap yang harus dimiliki anak agar bisa eksis dalam hidup dan tidak cepat terpengaruh hal-hal yang negative, ketika pribadinya tak labil. Untuk itu peran orangtua dalam membentuk karakter anak yang kuat, lentur dan bijaklah yang sudah menjadi kewajiban saat ini.

3.      Kepandaian mengelola kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini tak bisa dipisahkan dari peran orangtua. Menjadikan anak yang tak mengenal Tuhannya atau dekat dengan hal-hal yang relegius memang bisa didapat dari sekolah. Namun tak bisa menancap erat dalam diri anak saat yang didapatkan itu tak dibiasakan oleh orangtuanya dalam kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan spiritual ini dapat menumbuhkan fungsi manusiwi seseorang sehingga bisa tumbuhkan seseorang menjadi pribadi yang berakhlak baik, menjadi panutan teman sebayanya, luwes, kreatif berwawasan luas, pandai kelola kecemasan dan kekhawatiran, punya daya juang tinggi.

Tumbuhkan rasa takut untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikan dirinya, lingkungan juga agamanya akan sangat membantu saat anak selalu hadirkan Tuhan dalam setiap langkahnya. 

Selain itu ajarkan anak untuk bisa memilih pergaulannya, ajak diskusi jika suatu ketika ia memilih teman yang salah, dan utarakan akibat terburuknya. Ajak anak untuk memilih komunitas ternyaman untuknya yang positif, seperti olahraga, pencinta remaja sastra, pencinta alam, hobi yang manfaat atau ikut sains. Semua itu dilakukan agar anak menjauhi kehidupan yang tak perlu, seperti nongkrong (laranglah karena tak manfaat), kehidupan malam, batasi kepergian anak dan ajari anak untuk berkata “tidak” dan tak toleransi untuk narkoba.

 Pengetahuan narkoba untuk anak memang sudah seharusnya dilakukan mulai sekarang. Dan  terangkanlah konsekwensinya saat coba-coba dan akan berakhir kemana: Rumah sakit khusus narkoba, atau rumah sakit jiwa, penjara atau masuk neraka. Dan tentu katakanlah narkoba mempermalukan diri sendiri, keluarga dan kuburkan seluruh cita-cita penggunanya. Bila orang lain bisa mempengaruhi buruk anak, maka cobalah beri dogma baik  pada anak untuk sama sekali tak dekati narkoba. Para orangtua, sungguh peran anda  membentuk karakter sangat penting bagi anak, maka masih bilang susah untuk bentengi anak terhadap narkoba? Jangan bilang itu lagi saat ini, karena seharusnya jawabannya: tidak!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar