Sahabat ummi, ada beberapa kesalahan istri yang
sering dilakukan pada suami, hingga membuat suami tidak ridha, dan kehidupan
pernikahanpun seakan-akan serba salah hingga membuat kurang harmonis.
Sebenarnya ada beberapa hal yang harus diperlakukan sang istri pada suaminya,
jika 6 hal ini dapat dilaksanakan, insyaAllah pernikahan akan langgeng sakinah
mawadah warohmah. Keenam hal tersebut adalah:
- Tidak berlebihan menuntut kesempurnaan
Tidak ada yang sempurna di dunia ini melainkan Sang
maha Pencipta semata. Jika seorang istri menginginkan suaminya sempurna, begitu
pula pernikahannya, tentulah hanya mengada-ada semata. Bukankah
seorang istri juga bukan wanita sempurna?
- Di hadapan
suami, jangan mengungkit-ungkit kebaikan Anda
Mengungkit-ungkit adalah perbuatan yang tercela, jika berhubungan
dengan kontribusi seorang istri pada suami, walau itu terlihat alamiah semata.
Karena pada dasarnya sikap mengungkit kebaikan sepertinya akan menghancurkan
amal kebaikan dan menjauhkan dari harga diri. Allah melarang sikap ini dengan
firmannya dalam surat Al Baqarah ayat 264)
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menghilangkan sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakitinya”
Berbagai pendapat ulama terangkum dengan jawaban senada, jika
menyebut-nyebut pemberian bukan merupakan akhlak yang mulia, sebaiknya
melupakan pemberian itu kepada orang lain atau siapa saja, termasuk suami
bahkan Imam Syafi’i menerangkan hal itu ‘lebih perih ketimbang tusukan belati’.
Meskipun demikian, ada sikap dari hal di atas yang bisa ditolerir
yakni saat mengajukan kritik dan menegemukakan alasan. Ibnu Hazm berkata:”Ada dua
kondisi yang di dalamnya menjadi baik apa yang buruk dilakukan
pada selain keduanya, yakni saat mengajukan kritik dan mengemukakan alasan.
Pada keduanya tidak ada masalah untuk menghitung-hitung pemberian dan
menyebut-nyebut kebaikan, meski diakui pada kondisi selain itu hal itu buruk
untuk dilakukan.
- Istri Harus Perhatikan Posisi dan Status Sosial Suami
“Menikahlah dengan orang sekufu..” nasehat Islam bukan tanpa
sebab. Sekufu memang berarti banyak, bisa setara dalam pendidikan, kekayaan,
status sosial dalam masyarakat atau keturunan tertentu.
Bukannya mengkotak-kotakkan derajat manusia, namun pada akhirnya
kesenjangan yang terlalu dalam akan membuat masalah di kemudian hari yang bukan
ringan.
Misalnya seorang istri yang tamat SMP menikah dengan kandidat
Doktoral yang suatu saat akan beranjak jadi Profesor. Pola pikir dan cara
pandang yang berbeda akan menjauhkan pasangan ini dalam kebersamaan yang
seharusnya bisa mereka raih. Begitu pula
misalnya seorang milyarder menikah dengan buruh, saat ada masalah dalam rumah
tangga, status sosial yang begitu menyolok ini akan menjadi pemicu
permasalahan dan pertengkaran.
Suami yang menduduki posisi intektual tertentu dan kesibukan yang
sangat menyita waktu mengharapkan pengertian dari keluarganya terutama sang
istri untuk memahami posisi dan pekerjaannya. Istri hendaknya membantu suami
dan merelakan sebagian haknya. Pun, jika suami seorang ahli ibadah yang suka
berlama-lama denganNya.
Namun demikian menurut buku Min
Akhtha’ Al-Azwaj karya Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, meski sesibuk apapun
bukan berarti suami boleh terus menerus mengabaikan hak istri. Penuhi hak
istri, meminta maaf jika melalaikan dan saling mengingatkan jika lupa.
Akan ada pahala atas
kesabaran setelah merelakan haknya.
- Janganlah terlalu Cemburu Berlebihan pada Suami
Meski merupakan tabiat yang ‘manusiawi’ untuk seorang istri, namun
ternyata cemburu itu terbagi menjadi dua. Ada yang
bersifat tercela dan ada yang terpuji. Yang tercela tentu saja dikatakan
sebagai cemburu buta, meluap-luap banyak prasangka dan kekhawatiran dan bisa
berakibat sangat negatif, misalnya bertengkar bahkan saling melukai baik pada
suami atau orang lain.
Sedang sikap cemburu yang masih bisa dikuasai dan bisa dipikir secara jernih dan
bijaksana, apalagi pandai ditata dalam hatinya, hingga prasangka dan keraguan
terhadap suami tidaklah terlalu menguasai atau hanya sedikit saja, masih bisa
diterima, bahkan bisa dikatakan sebagai apresiasi positif. Mengapa demikian?
Selain menjadi bumbu dalam pernikahan perasaan itu disinyalir adanya cinta yang
mendalam dari istri dan suaminya, bukan pada orang lain.
- Ternyata Suami Mempunyai Kondisi dan Perasaan yang
berbeda Satu sama lain
Satu pemikiran yang salah jika mengira tipe suami itu sama,
seperti istri yang sensitif, mudah tersinggung dan cemburu, maka suami
digambarkan sosok yang tegar, pemaaf dan berwibawa. Ternyata, tidak semua suami
bertipe sama. Ada kalanya suami juga mudah sensitif dan marah saat mendapati masalah kantor atau
pekerjaan atau masalah dengan koleganya yang tak kunjung selesai. Untuk itu
dituntut istri yang cerdas dalam memahami suami saat kondisi apapun juga. Mampu
menyejukkan hati, pandai meredakan perasaan suami yang gundah dan berusaha
turut mencarikan jalan keluar.
Ibnu Jauzi mengatakan,”Sebaiknya istri yang cerdas akan
mendapatkan suami yang sholeh yang sesuai untuknya agar bisa bersungguh-sungguh
meraih ridha suami dan menjauhkan segala sesuatu yang dirasa bisa menyakitinya.”
- Saling Memaafkan Kesalahan
Begitu indah pernikahan jika selalu dihiasi kebaikan. Saling
memahami dan memaafkan. Bukan perkara mudah jika ego masing-masing pihak yang
lebih mendominasi. Namun jika satu sama lain saling mencintai, bersikap dewasa
dan berusaha saling memaafkan kesalahan, surga dunia akherat akan
mudah terpapar dan kebahagiaan selalu menyelimuti.
Ada ungkapan manis dari Abu Darda’ kepada istrinya, “Jika kamu melihatku
sedang marah, maka maafkanlah aku, begitu pula aku akan memaafkan kamu jika
melihatmu sedang marah. Jika tidak demikian, mana mungkin kita bisa jalan
beriringan.”
Referensi:
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, 26 Dosa Istri yang meresahkan Hati Suami,2009,
Solo: Kiswah Media.
Drs. M Thalib, Mengenal Tipe-Tipe Kepribadian Suami,1997,
Bandung: Irsyad Baitus Salam
Candra NMD dan Lisdy
Rahayu, Istri Bahagia, penerbit
Qibla, 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar