Sahabat Ummi, jangan salah untuk menafsirkan kebahagiaan hanya
berpusat pada kekayaan dan harta melimpah. Jika seorang istri ingin bahagia
yang tidak hanya berpusat pada materi
semata, itulah ciri istri yang sholihah. Ia harus mampu mengendalikan dirinya
untuk menjadi panutan terbaik untuk keluarganya terutama anak-anaknya, juga
orang di sekelilingnya. Untuk
menjadi panutan itu bukan perkara mudah, namun bukan tidak mungkin
dapat dipelajari atau dibiasakan mulai dari sekarang, dan tak ada kata
terlambat untuk menjadi istri teladan yang bisa menjadi panutan.
Ada beberapa poin-poin untuk meraih kebahagiaan,
diantaranya:
- Mampu beriman dan berakhlak mulia
Ingat, akhlak mulia bukan perkara hanya bisa berhubungan dengan
Allah semata dengan baik, namun lebih dari itu, ia mampu mengejewantahkan pada
suami, anak-anak dan lingkungan sekitarnya dengan baik pula.
Seorang istri yang beriman tentu akan lebih bisa mengendalikan
dirinya, memberikan ketentraman dan ketenangan hati, tidak pernah banyak
mengeluh dengan segala kondisi dan ujian dari Allah yang menimpa. Ia akan
berupaya terus ridha dan dengan apapun yang ditakdirkan Allah untuknya dan
kehidupannya. Tak henti untuk bersyukur dan senantiasa sabar dalam segala
situasi.
Iman dalam diri seorang muslimah tidak hanya berperan dalam
menunjang kebahagiaan semata namun juga bersifat menghilangkan kesengsaraan,
senantiasa kuat dan tawakal. Iman akan menggiring pada seseorang berpikir lebih
cerdas, mampu memilah dan memilih apa-apa yang harus diambil dan yang harus
ditinggalkan, tidak egois dan bermanfaat untuk keluarga dan masyarakat sekitar.
Akhlak mulia itu mendorong seseorang memiliki kasih sayang cinta
kasih pada sesama dan kelembutan selayaknya seorang istri. Hal ini selaras
dengan perumpaan dari Rasulullah.
Sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal
kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan
satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga
merasakan sakit dan tidak bisa tidur." (Muttafaqun ‘Alaihi)
- Selalu ingat Allah dengan perbanyak dzikir.
Rahasia bahagia seorang muslimah sebenarnya mudah, saat ia
berupaya mengkaitan segala sesuatu dengan Pemilik Kehidupan, dan mulutnya tak henti
melafalkan AsmaNya, dan hatinya penuh dengan kalimat-kalimat thayibah yang tak
henti didengungkan dalam setiap kesempatan. Kepasrahan, ketegaran, pengkaitan
hidupnya akan berbuah manis, karena tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan
karena Allah akan bersama dengan orang-orang yang taat dan selalu mencintaiNya.
Dzikir adalah upaya mengikat antara seorang muslimah dengan Allah
di segala kondisi tak
terbatas ruang dan waktu, ketentraman saat berdzikir akan menghadirkan
kedamaian dan otomatis kebahagiaan akan tercipta dengan sendirinya. Seperti
yang tertera dalam firman Allah:
"(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram."
(QS. Al Ra'du: 28)
- Jika kebahagiaan dunia itu berhubungan dengan materi, maka
berusahalah meraihnya!
Ada satu kisah yang bisa dipetik pelajaran, dimana saya melihat di dalam keluarga yang
bersahaja mungkin bisa dibilang kekurangan dalam segi materi. Dengan menanggung
anak yang banyak, sebenarnya sang kepala keluarga harus lebih gigih untuk memperjuangkan
kehidupannya, paling tidak usaha apa saja yang halal dan tidak menyia-nyiakan
waktu yang tersisa. Namun sayang, ia hanya ‘pasrah’ dengan kegiatan yang bisa
dilakukannya,yakni sebagai sopir yang tidak tetap, dimana saat ada waktu luang
hanya digunakan untuk begadang sampai malam di pos ronda. Padahal jika ia mau
banyak pekerjaan selingan yang bisa menghasilkan uang untuk keluarganya, namun
sayang ia hanya pasrah dengan keadaan yang melingkupi dan tidak
gigih untuk meraih materi yang lebih baik untuk keluarganya.
Seorang istri yang baik tentu
juga berusaha memaksimal mungkin membantu perekonomian keluarga dengan
hal terbisa yang dilakukannya, jika memungkinkan. Tengoklah sekeliling, Allah
memberikan kesempatan untuk meraih kebaikan dan rezeki yang halal di dunia ini,
yang menjadikan sarana untuk meraih kebahagiaan.
4.
Bisa membagi waktu dengan baik antara beribadah dengan mencari
rezeki dan kesenangan dunia.
Dalam salah satu ayat disebutkan
“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian....” Hal ini mengandung
pengertian jika waktu itu sangat berharga dan termasuk menjadi orang yang
merugi jika ia selalu sia-siakan waktu, padahal bisa bernilai ganda bagi yang
bisa manfaatkannya dengan bijak; di sisi lain akan
memberikan pahala sekaligus kebahagiaan dunia akherat. Rasulullah pernah
mengingatkan tentang waktu ini agar
menjadi peringatan bagi manusia.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga
Allah menanyakan empat hal: Umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan;
Waktu mudanya, digunakan untuk apa saja; Hartanya, darimana dia mendapatkan dan
untuk apa saja dihabiskannya; Ilmunya, apakah diamalkan atau tidak."
(HR. Tirmidzi )
Kacamata kebahagiaan memang sangat luas, namun pada dasarnya
kebahagiaan yang ingin diraih tentu bahagia dunia dan akherat, dan ini sangat
ideal sekali untuk manusia. Jika tidak tahu kiat maupun kuncinya tentu akan
kesulitan menggapainya. Bahagia memang bisa dicari, bahkan dipertahankan. Tinggal niat yang
membara dari masing-masing pribadi untuk mengeksekusinya
Referensi:
Candra NM Dewojati dan
Lisdy Rahayu, Istri Bahagia, Penerbit
Qibla, 2014, Jakarta
Tulisan ini sudah saya share di Ummi online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar