Dalam masalah keuangan dan kekayaan ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh istri agar memperoleh manfaat, keberkahan dan kebahagiaan. Untuk itu
Sahabat ummi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar keuangan keluarga
muslim menjadi berkah, yakni dengan cara:
1.
Menerapkan Manajemen Keuangan keluarga dengan benar:
Manajemen
keuangan Islami harus dilandasi prinsip keyakinan jika penentu dan pemberi rezeki adalah Allah semata dengan upaya dan usaha
yang maksimal dengan diniati untuk memenuhi kebutuhan keluarga agar tercipta
kebahagiaan dan dapat beribadah dengan khusyu hingga bisa memiliki komitmen dan prioritas penghasilan halal dan
membawa berkah dan berusaha dengan keras untuk menghindari penghasilan yang
meragukan apalagi yang haram karena hal ini akan berakibat banyak, salah
satunya hasil dari pekerjaan suami atau istri akan turut dimakan keluarga, maka
jagalah selalu kehalalannya dan bisa timbulkan petaka di dunia maupun akherat. Ada salah satu hadist nabi yang bisa
menggambarkan betapa harus berhati-hatinya kita tentang masalah keuangan dalam keluarga,
karena jika tidak, kita akan mendapat kebahagiaan semu walau berlimpah uang
namun haram.
“Demi Allah yang jiwaku ada di
tangan-Nya, tidaklah seorang hamba memperoleh penghasilan dari yang haram
kemudian membelanjakannya itu akan mendapat berkah. Jika ia bersedekah, maka
sedekahnya tidak akan diterima. Tidaklah ia menyisihkan dari penghasilan
haramnya itu kecuali akan menjadi bekal baginya di neraka. Sesungguhnya Allah
tidak akan menghapus kejelekan dengan kejelekan, tetapi menghapus kejelekan itu
dengan kebaikan sebab kejelekan tak dapat dihapus dengan kejelekan pula.” (HR. Ahmad)
2.
Peran istri dalam
memandang kekayaan suami dan keluarga itu sangatlah kruisal bahkan dianggap
memberi andil terbanyak pasang surutnya penghasilan keluarga. Seorang wanita
yang shalihah akan selalu berusaha memberikan saran ketika suaminya mencari
rezeki dan bisa diajak bertukar pikiran soal mengembangkan usaha, dan suami
yang baik selalu mengingatkan istrinya
untuk mengurus dan menjaga harta suami sebaik-baiknya serta amanah dalam
membelanjakannya, tidak boros, kikir dan haram. Allah mengingatkan:
“..Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan
itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan:67)
3.
Meski bekerja keras
merupakan hal yang baik dalam mengupayakan harta keluarga, namun harus
memperhatikan kesehatan tubuh yang perlu beristirahat, sosialisasi yang cukup
dengan lingkungan sekitar juga tidak menelantarkan keluarga, baik dari segi
hak, kewajiban, pendidikan anak-anak dan perhatian keluarga. Dalam istilah Jawa
terkenal dengan istilah “ngoyo”, hingga kehabisan waktu di luar
untuk bekerja. Islampun mengkritik orang yang sangat sibuk akan pekerjaannya
hingga melupakan hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain, apalagi lupa
untuk beribadah.
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya bagi dirimu, keluargamu dan tubuhmu ada hak atasmu yang harus
engkau penuhi, maka berikanlah masing-masing pemilik hak itu haknya.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Karena sebenarnya Allah sudah
menetapkan batas-batas kemampuan manusia dalam segala sesuatunya. Namun jika
kebutuhan keluarga sangat banyak, misalnya anaknya banyak, maka hal ini harus
pandai-pandainya keluarga dalam mengantisipasinya, misalnya kedua suami istri
harus bekerjasama mencukupi kebutuhan, paling tidak istri melakukan pekerjaan
yang masih bisa mentekel pekerjaan rumahtangga dan mengurus anak-anak.
Rasulullah juga memberi wejangan
dengan ucapannya yang indah“Janganlah
kamu bebani mereka dengan apa-apa yang mereka tidak sanggup memikulnya. Dan
apabila kamu harus membebani mereka di luar kemampuan, maka bantulah mereka.”
(HR. Ibnu Majah). Hal ini mengandung pengertian juga isyarat kerjasama suami
istri dalam menggapai kebahagiaan bersama lewat bekerja dengan bijaksana.
4.
Meski tingkat ekonomi
sudah memadai, istri harus bijak untuk pilah dan pilih barang-barang atau
sesuatu yang harus dibelanjakan, tidak memanjakan anak-anak dengan
barang-barang mewah yang kurang berguna, menyisihkan pendapatan untuk sedekah
dan zakat tidak boleh terlupa, dan tentu menabung.
Keempat hal ini jika dilakukan dengan baik oleh keluarga
muslim insyaAllah kehidupannya menjadi berkah. Semoga Allah memberi kemudahan
setiap langkah kita, aamiin.
Referensi:
Candra NMD dan Lisdy
Rahayu, Istri Bahagia, penerbit
Qibla, 2015
Asraf Syahin, Menjadi Istri Penuh Pesona, 2012, Surakarta: Penerbit Samudra, Cet
III.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar