Geger legalitas kaum homo dan
lesbi di Amerika dan dan sejumlah negara Eropa untuk meresmikan hubungannya
dalam pernikahan tanpa sembunyi-sembunyi, sebenarnya bukan hal baru dalam
lintasan kisah masalalu. Hal ini
tertuang jelas dalam Al Qur’an sebagai peringatan bagi kaum yang sudah
keterlaluan dalam mengumbar sex sesama jenis dan akhirnya mereka musnah atas
kemarahan Allah lewat sabetan sayap Jibril dalam sekejab!
Di Indonesia kasus penyimpangan
seperti ini memang beberapa kali menjadi polemic besar, karena sudah sampai
pada tahap pembunuhan. Kasus yang terjadi sekitar tahun 2012 yang lalu, yakni
seorang yang mempunyai perilaku menyimpang, penyuka sesama jenis, Mujianto
begitu membahana, berdengung dengan dengungan tak jelas, terlampau absurd
menurutku. Berperawakan kecil, namun siapa nyana dibalik dadanya berjuta
dendam terpatri erat. Bagai bom waktu, ia akhirnya menjadi sang pembunuh
berdarah dingin. 15 orang menurut pengakuannya telah dihabisi, dan baru sekitar
lima jasad yang terbujur kaku yang telah teridentifikasi.
Bukan main, seorang penyuka
sesama jenis mempunyai efek lebih mengerikan daripada orang normal lainnya.
Kecemburuannya, hatinya yang merasa tersakiti, membuat ia bermata gelap. Nalar
tak lagi jalan, hampir sama dengan kasus Ryan tempo lalu yang cukup menyita
perhatian public. Parahnya, ia merasa tak bersalah dan menyesal. Sebentuk
penyakit kejiwaan yang telah kronis. “Para
Pelangi” ini lupa atau bahkan sama sekali tak tahu, suatu saat perilaku mereka jika sudah tahap
memuakkan, dikhawatirkan Allah tak berkenan dengan tingkah mereka hingga
eksesnya bisa dirasakan oleh seluruh umat, bahkan yang tak melakukan perbuatan
seperti itupun.
Sejurus kemudian saya teringat
oleh kaum Nabi Luth, merekalah adalah kaum pertama yang terdeteksi pada
Al-Qur’an sebagai kaum homoseks, ini terdapat pada QS an Naml 54-55
Dan Ingatlah kisah Luth
ketika ia berkata kepada kaumnya:”Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji
itu sedang kamu (melihatnya). Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk memenuhi
nafsumu, bukan mendatangi wanita-wanita. Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak
dapat mengetahui (akibat perbuatanmu)
Kaum yang tersesat itu sama
sekali tak gubris dakwah Luth yang dilakukan dengan lemah lembut. Mereka malah
mencemooh, mendustakan dan menolak mentah-mentah kebenaran dari Tuhan. Mereka
adalah kaum yang gemar merampok, melakukan kebathilan, berkhianat setelah
wasiat, juga melakukan suatu kejahatan baru yang tak pernah dilakukan oleh
manusia sebelumnya. Perilaku menyimpang, abnormal; penyuka sesama jenis.
Naudzubillahimindzalik.
Pukulan tertelak Luth as adalah
istri dan keluarganya tak mendukung dakwahnya, mereka malah mendustakan ajakan
kejalan Illahiyah. Istri Luth, bak seorang istri Nabi Nuh, istri yang durhaka
pada suami yang tengah berjuang di jalan kebenaran (at Tahrim 10). Yang
akhirnya keduanya binasa karena azab Allah. Puncak dari derita Luth ketika ia
diusir oleh orang-orang yang membencinya, juga keluarganya.
Ditengah kesedihan yang sudah
berada dititik nadir, doa-doapun tak lelah dipanjatnya, berharap pintu ‘Arsy
segera memberi jawaban dan jalan keluar atas sedihnya. Tersakiti oleh kaumnya
bukan cuma secara psikis , namun sudah menjurus ke fisik. Saat galau melanda,
Allahpun memberi jawaban, Dia memerintahkan malaikat Jibril untuk turun tangan
atas izinNya. Jibrilpun datang dengan wujud sebagai manusia, memperkenalkan
sebagai tamu Luth dengan wajah yang sangat tampan. Sontak kaum yang tersesat
itu langsung bergumam demi melihat tamu sang nabi. Mereka bersama-sama ingin
segera menghujat dan menghakimi Luth beserta tamunya. Didorong-dorong dengan
paksa pintu rumah nabi as sambil berteriak-teriak intimidasi. Untuk melindungi
tamunya dalam serbuan umat, sekuat tenaga Luth mempertahankan pintu agar tak terbuka,
disaat kritis, ia berseru kepada satu-satunya sandaran hidupnya, Sang Khalik,
sandaran yang tak pernah dipercaya oleh kaum Luth .
Pada saat yang tepat, sang tamu
langsung beranjak dari duduknya, karena saatnya telah tiba untuk menunjukkan
bahwa pertolonganNya nyata adanya. Jibrilpun bertindak, dibuka pintu rumah Luth
dan ditunjuklah dengan jari tepat di mata orang-orang yang berniat aniaya
sang nabi. Seketika itu juga semua mata mereka menjadi buta! Subhanallah, Allah
telah mulai tunjukkan azabNya.
Bukan hanya berhenti sampai
disitu, ada hal yang terdasyat yang terjadi. Apakah anda percaya oleh
keajaiban? Percaya kalau mukjizat Allah itu nyata, bukan hanya sekedar isapan
jempol belaka dan sebagai hiasan cerita saat lalu, saat nabi-nabiyullah berusaha
tegakkan agama Allah? Saya baru “ngeh” kalau kapal Nuh itu benar-benar
sangaat besar, setelah ditemukannya bangkai kapal Nuh bertengger disebuah bukit
di Turki? Atau bulan itu benar-benar terbelah, saat Nabi Muhammad ditantang
kaum musyrikin untuk membelah bulan kalau ia benar-benar utusanNya, karena para
ahli antarikasa telah menemukan bukti, kalau saat lampau ternyata bulan pernah
terbelah dan direkatkan kembali. Tahukah juga kita jika ada bukti roda-roda
kereta kerajaan Fir’aun dibawah laut Merah. Bukti bahwa para pengejar Nabi
Musa, telah tenggelam saat laut Merah yang terbelah oleh tongkat Musa telah
kembali bergolak, dan merekapun tak berdaya didasar lautan.
Lalu apa yang terjadi pada
Jibril, selain membutakan kaum Luth yang tersesat dengan telunjuknya? Kemarahan
Allah tak berhenti disini azab yang terdasyat dimulai, tujuh kota tempat
bersemayam kaum Luth itupun di angkat oleh Jibril dengan “sayap”nya,
dihujaninya orang-orang pendusta itu dengan batu panas yang berasal dari
neraka, lalu dijerembabkan ke bumi keras-keras, dan musnahlah riwayat kaum homo
itu.
Masihkah tak percaya dengan kisah
tersebut? Para ahli arkeologi menemukan bahwa ada sebuah danau di Palestina
dengan kondisi dan nama yang aneh; Al-bahrul mayith. Setelah
ditelusuri dibawah danau tersebut ternyata ada sesuatu yang tak terduga, banyak
batu-batuan yang meleleh terkena panas sebelumnya, disaat lampau, tentu ini
batu yang berasal dari neraka, saat azab Allah mulai datang, saat Jibril
tunjukan murkaNya. Dan salah satu kota yang terkena azab itu berada di
Palestina. Allah Maha Besar..
Saya jadi tercenung, apakah “Para
Pelangi”, kaum homoseksual dan lesbian mengetahui kisah ini? Bahwa perilaku
menyimpang orang-orang seperti dirinya dapat melenyapkan tujuh kota dimasa
lampau? Mungkin “sayap”Jibril tak ada lagi datang menghampiri, tapi kemarahan
dan azabNya bisa datang kapan saja. Azab berupa bencana politik, ekonomi,
bencana alam yang dasyat bisa saja menanti bila bila kita umat Muhammad tak
lagi peduli dengan segala sesuatu yang bersifat amoral. Membiarkan keburukan
terus saja terjadi. Tak bentengi anak turun dengan pagar yang tebal. Mengapa
kita tak mulai berbenah agar azab dalam bentuk lain tak lagi singgah? Masih ada
waktu, karena Allah sendiri telah berjanji: akan merubah nasib kaum, jikalau
kaum itu sendiri mau merubahnya ..
Referensi:
Candra Nila Murti
Dewojati, Masuk Surga Walau Belum Pernah
Shalat, Penerbit Khalil, Jakarta, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar