Kisah
satu ini mengingatkan kita mengenai keteguhan seorang wanita yang amat
mencintai agamanya. Ia rela untuk mati atas nama membela agama yang
diteguhinya, bahkan atas ancaman terhadap anak-anaknya sekalipun tak membuatnya
beringsut untuk memenuhi perintah seseorang yang menyuruhnya meninggalkan
agamanya. Dan inilah kisahnya..
Saat
menjalankan Isra’Mi’raj, pada malam hari nan hening, Rasulullah ditemani oleh
Malaikat Jibril melewati sebuah tempat yang tercium aroma harum semerbak.
“Aroma
harum apa ini?” tanya Rasul pada Malaikat Jibril
“Itu
aroma yang berasal kuburan Masyitah dan anak-anaknya. Ia adalah pelayan dari
putrid Fir’aun.” Jawab Jibril. Rasulullah masih penasaran karena aroma harum
itu bukan sesuatu hal yang lumrah.
“Apa
yang membuatnya wangi seperti ini?” tanya beliau lagi. Jibrilpun kemudian mulai
bercerita asal muasal mengapa kuburan Masyitah itu berbau harum
Ada
seorang wanita pelayan putri Fir’aun. Ia bertugas sebagai juru rias. Suatu hari
saat ia menyisir rambut putri Fir’aun, tiba-tiba sisirnya tanpa sengaja
terjatuh dilantai. Saat mengambilnya kembali, mulutnya secara otomatis berucap
menyebut asma Allah. Putri Fir’aun sangatlah terkejut. Ia belum pernah
mendengar kalimat itu sebelumnya, maka dengan serta merta bertanya.
“Mengapa
bukan nama ayahku yang kau sebut?”
“Tidak,
karena Tuhanku dan Tuhan Ayahmu adalah Allah” kata Masyitah dengan mantap.
Kejadian tersebut ternyata sampai juga ketelinga Fir’aun. Dengan amarahnya yang
meluap Fir’aun mulai bertanya kepada Masyitah.
“Apakah
kau mengakui adanya Tuhan selain aku, hai Masyitah?”
“Ya!
Tentu karena Tuhanku dan Tuhan tuan adalah Allah”, Masyitah menjawab dengan
keyakinan tinggi, tak tergoyahkan.
Bukan
main geramnya Fir’aun mendapatkan jawaban lancang dari pembantunya. Karena
selama ini tak ada yang berani untuk menentang segala titahnya. Fir’aun merasa
kekuasaannya yang tak terbatas, juga kekayaannya bisa membuat semua orang akan
tunduk pada perintahnya. Juga saat ia mempunyai suatu pemikiran gila,
menuhankan dirinya sendiri untuk rakyatnya, sehingga tak ada satupun yang
terlewat untuk menyembahnya. Ia juga terkenal bengis, suka menyiksa bagi
orang-orang yang tak mematuhi perintah dan keinginannya walau itu sesuatu yang
tak masuk diakal. Begitu pula yang terjadi pada Masyitah, paksan sang Fir’aupun
untuk mencabut ucapannya, ditolak dengan halus olehnya.
Ancamannya
diperberat agar Masyitah bisa luluh dan segera membelokkan hatinya untuk tidak
menuhankan Allah. Ia dan anak-anaknya diancam untuk dimasukkan dalam kwali
besar berisi air yang mendidih. Teriakan anak-anaknya yang hilang ditelan air
yang mendidih tak surutkan niatnya untuk bertuhan satu. Ibu yang sangat tegar.
Ia tak bergeming menukar imannya, walau nyawa diri dan keluarganya menjadi
taruhannya, karena yakin akan indah pada waktunya.. Ia hanya meminta pada sang
Fir’aun agar tulangnya dan tulang anak-anaknya kelak setelah direbus dalam air
mendidih untuk disatukan dalam lain kafan. Dan permintaan ini dipenuhi, dan
dikubur dalam satu liang. Hingga bisa dipahami mengapa kuburannya beraroma
harum, seharum pemilik hati yang sangat mencintai Tuhannya.
Kisah
yang sama mungkin bisa dirangkai pada saat Indonesia terkena musibah yang
sangat dasyat. Allah memberikan gempa dan Tsunami yang timbulkan banyak korban.
Diantara ratusan ribu korban yang ditemukan remuk tak berbentuk setelah
berhari-hari kemudian di Aceh, beberapa relawan mengisahkan sesuatu yang
mencengangkan. Hingga seperti sulit diterima akal manusia. Beberapa mayat
korban bencana alam itu diangkat oleh relawan. Kebanyakan dari mayat tersebut
berbau tak sedap, Namun ada satu dua mayat yang berbau harum, hingga membuat
relawan terkesima dan langsung bisa membuat suatu kesimpulan, bahwa mereka
telah mennemukan orang saleh, hamba yang berkelakuan baik selama hidupnya. Dan
Tuhan telah berhasil menunjukkan mukjizat pada kaum yang mau berpikir.
referensi : Candra Nila MD, Masuk Surga Walau belum pernah Shalat, 2011, GPU, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar