Rabu, 06 Februari 2013

KEMBALIKAN MUHAMMAD SEBAGAI SOSOK IDOLA




"Saya bukan seorang Muslim, tetapi sosok orang terbaik dalam pandangan saya adalah Nabi Muhammad,". Kalimat ini adalah pernyataan   Javier Hernandez Balcazar  alias  Chicarito, lewat akun Twitter-nya.
Siapakah Chicarito sebenarnya? Bagi pencinta sepakbola nama itu tentu sangat tak  asing lagi. Ia idola kaum muda. Lelaki tampan kelahiran  Mexico ini adalah striker Manchester United, klub raksasa Inggris yang sangat berkwalitas dan melahirkan pesepakbola jempolan tingkat dunia.
Sangat mengangetkan. Seorang non Muslim, menjadi idola kaum muda diseluruh dunia, mengagumi tokoh muslim yang dia sendiri sadar jika tokoh yang ia kagumi bukanlah seseorang yang bisa ia temui dalam kehidupan nyata, teraba, bahkan bukan seseorang yang multi talenta dibidang hiburan, sains atau negarawan, namun baginya Muhammad adalah  seorang yang luarbiasa!
Dalam rangka menelusuri jejak sang Nabi, 12 Rabiulawal 1434 H, bila hanya dilewatkan secara seremonial keagamaan semata, seperti  hanya mengadakan kajian, lomba-lomba untuk menyemarakan kelahiran atau bahkan tetap pertahankan tradisi yang berbau syirik adalah hal yang kurang mengena dengan semangat mengenang kembali kelahiran Muhammad, seorang pembaharu yang istimewa yang ruhnya diharapkan menempel erat dalam setiap dada muslim.
Setiap hari kelahirannya, banyak kalangan muslim biasanya  berupaya menyambutnya dengan mengadakan perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat  nabi, pembacaan syair Barzanji, pengajian. Dan menurut penanggalan Jawa, bulan kelahiran Nabi Muhammad disebut  bulan Mulud dan diramaikan dengan acara tradisonal berbalut keagamaan yakni Sekaten, dan diriuhkan dengan dibunyikannya gamelan sekaten untuk menghibur masyarakat  dan menumbuhkan semangat keagamaan.
Kapan sebenarnya perayaan Maulid Nabi ini tepatnya dimulai?  perayaan ini asal mulanya diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi seorang gubernur Irbil di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193). Tujuannya adalah untuk membangkitkan kembali kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta tingkatkan semangat jihad saat itu yang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem dan sekitarnya.
Dalam era digital dan transformasi informasi yang sudah sangat global menghidupkan sosok kembali sosok idola yang seharusnya, yang dipuja, dikagumi atau diteladani, dan dianggap mempunyai predikat istimewa, dihormati posisinya karena prestasi, itellegensi yang luar biasa dan tentulah ia adalah sosok yang super ternyata ditanggapi salah kaprah oleh sebagian masyarakat, terutama kaum mudanya.
Sosok idola nyatanya malah jauh dari itu. Mereka hanya sebatas pandai menyanyi, beracting, berperan dalam penilaian sangat subyektif. Yang terkadang Cuma sebatas trend, jauh dari kwalitas, apalagi dari segi etika, cara bertingkah dan berbusana. Sayang pergesekan budaya ini malah membuat generasi sekarang kehilangan arah, idolakan tokoh yang salah, yang tak bisa dijadi acuan panutan.
Figur idola seharusnya menjadi  miniatur sebuah idealisme, bisa mempunyai kekuatan mengubah kearah positif. Upayakan proses pengiodalan terhadapan seseorang adalah inspirasi yang terus menerus terjaga untuk tentukan arah kiblat jalan kehidupan yang harus diambil.
Sebaiknya, idolakan Sosok yang tepat, dan tak terbantahkan dalam segi manapun juga. Sikapnya adalah akhlaq  Al Qur’an berjalan layaknya, tanpa cela sedikitpun. Dijamin maksum dan masuk surga. Segi intelegensinya tak perlu diragukan lagi, tak pernah lupa dan khilaf karena daya ingatnya luarbiasa.
Penyusun strategi perang yang jempolan, negarawan yang adil dan bijak, lemah lembut namun tegas dan pemberani selalu digarda terdepan dalam berperang dan membela umatnya, dialah Muhammad, nabi akhir zaman.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan ia banyak menyebut (Nama) Allah." (al-Ahzab: 21)
Memang bukan perkara mudah untuk menghadirkan idola pada sesuatu yang bersifat al-ghayb, yang dikatakan as-Suyuthi dalam ad-Durr al-Mantsur, yakni tidak hadir dalam realitas  hidup. Karena sosok itu tak nyata bisa dilihat, diraba, diikuti secara fisik tentang segala aktivitasnya, apalagi terbentang waktu yang sangat jauh berabad-abad lamanya.
Belum lagi tertimbun aktivitas duniawi yang sudah mulai menghamba teknologi informasi yang melesat bak peluru. Budaya K pop yang merajalela yang dipertanyakan unsur panutan akhlaknya, fungsinya dalam bentuk kepribadian yang semuanya sudah menghamba hedonism layaknya, juga idola-idola lain yang tak ada juntrungnya.
Upayakan kembalikan sosok Muhammad sebagai seorang idola bukan tanpa alasan. Karena pada dasarnya tak ada satupun tokoh besar di dunia ini yang jujur mengadakan penyangkalan . Dia memang sosok yang sempurna, bahkan dalam kitab Al-Wafa, Ibnul Jauzi tak menemukan sedikitpun sikap dan akhlaq beliau yang tercela. Mulai dari sifat, sikap, tindakan, ibadah, pola pikir , etika semuanya terkonsep dengan sangat  baik.
 Sehingga tak perlu lagi mencari  konsep  pola pendidikan yang berkarakter yang lebih baik dan sempurna darinya untuk jadikan cerminan anak dalam berperilaku baik. Karena memang secara packing, Muhammad-lah adalah sosok idola yang paling cocok jadi panutan meski ia seorang tokoh non empirik.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk meneladani beliau? Harus terus menerus dilakukan penghadiran tokoh sentral ini dan diaplikasikan dalam seluruh kehidupan, perbanyak sosialisasi tentang sifat-sifat brilliant dan jempolan dari sosok Muhammad dan terus sebar luaskan dikalangan keluarga, anak didik, dan  masyarakat luas.  
Seperti yang dilakukan oleh Shalahuddin al Ayyubi, panglima  musimin dan teman seperjuangan Muzhaffar dalam perang salib, ia menggunakan tradisi pembacaan sejarah Nabi untuk menggedor motivasi dan meluapkan semangat berjihad seperti yang dilakukan Nabi dan umatnya pada masa lalu, hingga yang terjadi kemenangan yang gilang gemilang. Memang Muhammad adalah ahli strategi militer yang hebat dan ta pernah melarikan diri dari peperangan.
Atau bicara soal kenegaraan? Beliau adalah tokoh yang bijak, disegani umat muslim atau non muslim. Kejujuran, akhlaq mulia, kedepankan kesejahteraan umat, seluruh hartanya untuk keperluan jihad dan Negara, jauh dari korupsi. Muhammad adalah tetangga yang baik, ayah dan kakek teladan dan sejuta pujian untuknya.
Meski tak teraba secara empirik dan bersentuhan secara ralitas dalam kehidupan sehari-hari, Menghadirkan sosoknya dalam diri dan diharapkan mengakar dalam setiap langkah kehidupan adalah yang paling urgen sekarang ini disaat masyarakat terutama generasi muda sudah kehilangan pegangan dan memilih kiblat yang salah dalam mencari sosok idola. Gali terus menerus segala sisi dari pribadi Muhammad, dan temukan sisi inspiratif yang menggagumkan darinya. Dari peringatan maulid Nabi Muhammad seharusnya menjadi tonggak untuk menghidupkan kembali pribadi Rasul akhir jaman itu dan aplikasikan dalam kehidupan semata dan bukan sekedar seremonial semata.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar