Yang terhormat, Bapak Joko Wi,
Wilujeng Siang Pak Joko Wi,
Kata beberapa teman saya termasuk penggemar beratmu. Sebenarnya
saya malu-malu mengakui, namun beberapa tulisan saya yang berisi curhatan panjenengan,
pada catatan dunia maya kuberi judul yang cukup nyleneh “Esemku dan ESEMKA:
sama-sama manis!” sembari kuberi hiasan fotoku dengan mobil ESEMKA didepan
Lodji Gandrung, cukup menyita perhatian teman-teman saya di Face book, entah
karena tulisan saya yang ngrasani panjenengan tapi yang positif lho.
Atau karena senyum manisku didepan mobil yang cukup fenomenal dalam beberapa
waktu yang lalu itu.
Sebenarnya, hampir semua
orang mengakui atau tidak, setuju atau abstain, bahwa Pak Joko Wi itu
membawa perubahan yang cukup besar di Kota Solo. Atmosfirnya sangat kental
membawa angin yang menyejukkan bagi siapa saja yang tinggal diseputaran kota
budaya ini. Semua bidang bapak libas, bukankah demikian? Dan panjenengan
benar-benar ksatria, tak takut apapun yang menghadang. Tak peduli lawan
politik, teman sejawat bahkan atasan. Bila sudah merasa dijalur yang benar. Bak
seorang pangeran dengan kuda gagah yang sering anda naiki saat ada kirab
budaya. Ah Pak Joko, kami semua sampai terpesona melihatmu.
Jika melihatmu secara fisik untuk pertama kalinya, kami sempet
ragu, walikota dengan tubuh kecil, tinggi? Apakah bisa menyangga berbagai
persoalan yang selalu saja hadir hiasi kota cantik ini? Atau malah bisa ikutan
terbang disapu angin, karena tak kuat sangga beban?. Namun setelah dibuktikan
dengan sederetan prestasi, sontak membuat pikiran “tak mutu” yang berseliweran
dikepala mendadak sirna. Pak Joko wi, anda memang hebat! Kami sangat bangga
tiada terkira. Meski domisili saya termasuk Sukoharjo, namun secara geografis
lebih dekat dengan kantor pak Joko Wi, Cuma dua menit dari rumah, dan bila
harus dikantor kabupaten, kami malah melangkah hampir 30 menit. Makanya secara
tak sadar kami semua merasa orang Solo, karena begitu antusias memiliki
walikota teladan sepertimu, pak.
Saya, lega sembari tersenyum melihat gayamu bila sedang
menyelesaikan masalah. Seolah berkata,”Selalu ada cara yang terbaik, termudah
dalam menyelesaikan perkara, tak ada kata menyerah, walau persoalan itu
menguras hati dan tenaga”. Hingga saat dipuji oleh orang se-Indonesia, terlihat
sekali sampeyan cool-cool aja, tak terlihat besar kepala atau malah
menjadi sombong. Teringat ketika panjenengan merampungkan masalah PKL
yang harus pindah lokasi. Semua orang tahu, bila menyangkut Pedagang Kaki Lima adalah hal yang
riskan: gampang-gampang mudah. Bisa jadi bomerang dan sangat mengerikan bila
penanganannya tak manusiawi, atau tak bijaksana, tak ada komunikasi dan langsung
bertindak dengan ‘tangan besi’. Karena menyangkut harkat hidup, penghasilan rakyat kecil, bisa jadi duri
dalam daging kalau penanganannya tak tepat.
Dibanyak tempat, benahi dan tertibkan PKL ini tak selalu sukses
bahkan, cenderung anarkis. Bahkan memicu kekerasan hingga bahkan jatuh korban
dikedua belah pihak. Dan bukan Pak Joko Wi namanya, kalau tak punya cara jitu
untuk memecahkan masalah PKL di Kota Solo.
Sepertinya pendekatan ‘dengan hati’ yang paling tepat untuk melukiskan
bagaimana seorang Joko Wi merangkul pedagang dengan sukses. diajak berbincang
santai, ditanya apa maunya dan apa mau pemerintah disinkronkan jadi satu, semua
saling sapa dan senyum. Jauh dari kontradiksi, perpecahan atau permusuhan. Juga
ada poin penting sebenarnya dimiliki masyarakat Jawa yang sangat di pahami oleh
Joko Wi. Dan bila bisa memperlakukan dengan pener lan bener, alias tepat
dan benar tentu hasilnya akan luarbiasa. Semua akan nyengkuyung atau
turut mensukseskan bahkan mendukung apapun dikatakan oleh pimpinan, tentu
pimpinan yang adil dan bijak. Tapi jangan sekali-kali buat sakit hati mereka,
sekali sakit hatinya, luka itu akan menganga tak mudah untuk disembuhkan. Ah,
Pak Joko Wi, panjenengan memang
top dan poin memperlakukan PKL dengan baik dan berhasil mengatasi persoalan
mereka, diberi acungan dua jempol oleh sebagian besar rakyat Indonesia, kuga
Politisi negeri ini, kata mereka Pak Joko Wi jdi teladan.
Pak Joko Wi,
Sebenarnya kami juga geli dengan ‘perhelatan ‘ yang disuguhkan oleh
anda dan ‘seteru’mu saat membahas cagar budaya yang akan dijadikan hotel
bintang lima. Mungkin bukan seteru ya, atau tepatnya teman sekaligus pimpinan panjenengan.
Terlihat gagah berani untuk berseberangan dengan siapa saja yang dianggap
“aneh, nyleneh atau tidak bermutu pola pikirnya”. Dan sampai-sampai surat kabar
local maupun nasional juga tak ketinggal televise ikut-ikutan ‘meramaikan’
suasana panas hati diantara dua pemimpin ini yang mulai riuh. Tentu bisa
ditebak: Pak Joko Wi menang skak lagi la bak ‘pahlawan yang keluar dari medan
laga’ berjalan dengan anggunnya, ketika rakyat jelata mulai menggeliat,
mengutuk rencana yang dianggap ‘jahat’ untuk melindungi cagar budaya. Namun
diantara gegap gempita ‘keberhasilan’ anda menarik perhatian banyak kalangan
yang mendukung, terselip satu harapan saya, dari yang terjelata untuk sang
pemimpin idola, jika memang tak digunakan untuk keperluan komersil, mbok
cagar budaya di seputar Solo itu dirawat dengan sebaik-baiknya, atau dijadikan
museum yang bisa dikunjungi oleh banyak wisatawan, lha malah bisa menguntungkan
to, pak Joko Wi? Lha kadang kami melihat dari kejauhan banyak situs budaya itu
kurang terawat je, malah kurang sedap di pandang mata, gimana pak
Walikota, setuju saja ya..
Dan yang paling fenomenal, saat panjenengan mati-matian
mengusung mobil local rakitan anak-anak SMK di kota Solo ini untuk dilirik
secara nasional. Tak Cuma himbauan saja seperti pejabat-pejabat lainnya, namun
dibuktikan dengan nyata, pesan mobil-mobil ESEMKA untuk mobil dinasmu dan
wakilmu juga staff yang lain. Tak malu sedikitpun untuk memakai mobil “murah”,
karena ingin mendongkrak anak-anak SMK percaya diri dan bangga dengan
“pekerjaan”nya walau sebenarnya yang bapak usung itu bukan sesuatu yang up to
date, karena hampir semua tahu yang namanya anak SMK jurusan mesin atau
otomotif itu pasti pelajarannya adalah merakit mobil, motor atau bahkan
pesawat. Tapi karena yang usung panjenengan jadinya istimewa. Gimana
tidak, sang Walikota idola, teladan memakai mobil dinas rakitan anak-anak SMK
dan bersedia mengkampanyekannya atau menjadi sales mobil itu, yang stiap hari
Minggu dipajang didepan rumah dinas sang Walikota, Lodji Gandrung. Sebenarnya
secara spesifikasi, model, dan prejengan atau bentuk dalam luar tidak
terlalu istimewa, yang membuat istimewa itu karena Pak Joko Wi dengan gegap
gempita dan semangat 45 mempromosikan mobil ESEMKA ini sebagai calon mobil
Nasional, dan para pewartapun dengan bahagia melesatkan judul yang indah-indah sebagai headline Media
massanya.
Dan yang tambah riuh itu karena ada ‘bumbunya’. Pertanyaan wartawan
dengan petinggi daerah yang kira-kira jadi saingan panjenengan nantinya.
Petinggi daerah ibukota bilang:”wiii kalau Cuma mobil kayak gitu aja
keciil. SMK didaerahku bahkan bisa merakit pesawat, SMK yang diwilayah mana
ya,..selatan. utara atau malah timur ya,..wah pokoke ada sajalah..” katanya
sambil gelagapan ditanya wartawan di televise swasta. Kami yang mendengarnya
terbahak pak Joko wi,..atau kami ingat saat pejabat daerah yang membawahi
daerah kita ini saat ditanya wartawan tentang usaha anda dengan mengangkat
mobil ESEMKA ini, jangankan mendukung bahkan beliau bilang,”Mobil elik ngono
wae dienggo..”(Mobil jelek gitu dipakai),..hahaha kami mendengarnya bukan
prihatin tapi malah terpingkal-pingkal. Ada-ada saja kalau pejabat sudah pada
‘berkelakar’.
Dibalik cerita saya ini, Pak Joko wi, sekiranya boleh saya
mengusulkan dari rakyat jelata, bila bisa pimpinlah Jawa Tengah dulu saja, tak
usahlah njago daerah Ibukota, terlalu sumpek, plurarisme dan seabrek
kebingungan dan masalah selalu bertumpuk kesana. Daerah panjenengan mawon
masih butuh “keajaiban” dari sentuhan ‘tangan dingin’ anda pak. Setelah itu
anda langsung loncat nyalon presiden saja, InsyaAllah pendukungmu
banyak. Kami tak dukung partai,wegah alias tak mau, karena semua partai
tak bisa memuaskan kami, kami mendukung sosok mu saja, sosok jarang ada
tandingannya. Terkadang saya membandingkan anda dengan Umar bin Abdul Aziz.
Tokoh yang begitu saya kagumi. Walau tak mirip semua, tapi banyak poin yang
mempunyai ‘ruh’ yang sama. Tokoh sentral yang berpengaruh, membuat trobosan
yang kadang mencengangkan. Adil, bersih dan rela bersebrangan dengan tokoh
lainnya kalau merasa benar dan bersih bukan suka menggelapkan uang rakyat.
Bagaimana Pak Joko Wi, setuju ya? Kami semua disini tetap
merindukan kepemimpinanmu yang tak tertandingi itu menurut saya, seperti kami
semua hidup dengan penuh warna bukan monoton atau terlihat kelabu saja hati
ini, juga ayem tentrem dan merasa
damai menjalari relung sukma kami. Pemimpin seperti anda adalah pemimpin yang
langka, untuk itu layak dipertahankan. Moga pak Joko Wi, tak surut langlah
berbuat yang terbaik untuk negeri ini.Dan kuanggap surat ini adalah surat cinta
dari yang terjelata, moga sudi membaca sampai akhir ya,..
Salam hangat,
Dari Candra Nila Murti Dewojati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar