Seringkali kita terjebak pada
pemahaman atas satu sisi. Seperti satu bidang tertentu hanya dikotomi oleh
lingkar yang pakem. Misalnya ketika kita membahas mengenai serangga, kadang
terjebak pada jenis, tempat hidup, pola makan, fungsi dan seterusnya. Padahal
ternyata membahas serangga bisa ditinjau dari banyak aspek. Salah satunya dari
segi pemahaman agama yang punya makna filosofi yang tinggi dan dapat diambil
manfaat dan hikmah yang terbesar untuk kehidupan manusia.
Ada binatang secara fisik kecil
namun sangat penting. Karena nama mereka tertoreh dalam surat di Alqur’anul
karim yakni, Al-Naml (semut), Al-Nahl (lebah). Keduanya adalah serangga yang
bisa dengan mudahnya ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, diseputar rumah,
dikebun, diareal persawahan atau dimanapun berada didunia ini.
Bila bicara tentang binatang kecil
dan sangat familier untuk singgah dirumah siapa saja, dan bisa membuat kalang
kabut penghuni rumah karena “aksi koloninya” yang merepotkan, yaitu semut. Ciri
khas si “merah atau hitam” ini selalu rukun dengan koloninya. Hampir tak pernah
hidup menyendiri. Selalu patuh tanpa suka “mendemo” pimpinannya, berjalan
beriringan tanpa kenal lelah. Cuma mereka bukan pencari jejak yang baik. Jika
dikacaukan jejak iringannya, yang terjadi adalah bubar, kebingungan, saling
tubruk. Namun bisa masuk dalam barisan berderet lagi, setelah tenang dan
temukan jejak yang terhapus tadi. Ya, Saya sering mengacaukan jejak si Semut
untuk lihat reksinya, jika sedang rukun jalan didinding. Mereka adalah potret
binatang yang rajin bekerja untuk mencari makanan koloninya. Dan ini sebuah
fenomena menarik.
Namun dibalik itu, ada sifat tak
positif dari diri semut. Semut itu menghimpun makanan sedikit demi sedikit
tanpa henti-hentinya, bagai orang rakus yang khawatir kelaparan. Konon binatang
kecil ini dapat menghimpun dan menyimpan untuk persediaan bertahun-tahun sedang
usia mereka tergolong sangat singkat, tidak lebih dari satu tahun. Ketekunan si
Semut ini malah membuat tanda tanya besar. Pekerjaan yang dilakukan dengan
tekun dan sungguh-sungguh untuk hasilkan sesuatu yang besar, tidaklah bisa
dinikmati dirinya sendiri sepanjang hidupnya. Terkadang memikul beban yang
sangat berat, untuk hal sia-sia. Karena bahan makanan itu bisa busuk, tak bisa
efektif dimakan.
Namun siapa nyana. Makhluk yang
kecil mungil ini bila bersatu akan menghasilkan sesuatu yang besar dan hebat?
Terbayang gunungan tanah yang tingginya sampai dua meter lebih, dihutan Papua
itu ternyata hasil karya koloni semut yang dilakukan berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Dan oleh masyarakat Papua, konon ada yang dimanfaatkan sebagai
bahan makanan atau obat dari koloni
semut muda itu. Koloni besar ini terdapat semut betina tanpa sayap (mandul)
yang membuat kasta pekerja dan tentara, begitu pula koloni semut jantan. Dan
semut Jantan subur disebut “dron” sedang betina subur disebut “ratu”. Mereka
juga menciptakan system pembagian kerja, meski digambarkan sebagai satu
superorganisme, karena semut-semut ini saling bekerjasama.
Berbeda halnya dengan lebah. Ia
gambaran makhluk yang paling berdaya guna untuk manusia. Bagai pohon kelapa
yang sejengkal tubuhnya tidak ada yang sia-sia. Begitu pula sang lebah. Lebah
mencari gunung dan pohon yang tinggi sebagai tempat sarangnya. Sebuah insting
yang cerdik, untuk menghindari gangguan dari hewan lainnya. Kata Al Qur’an (QS
16 :68). Dan sarangnya dibuat segi enam bukan segi lima atau empat, untuk
menghindari pemborosan dalam lokasi. Yang dimakannya adalah sari bunga yang
manis. Lebah berbeda dengan semut yang selalu menumpuk-numpuk makanannya,
karena lebah mengolah makanan itu menjadi lebih bermanfaat, apalagi buat
manusia. Hasil olahannya adalah semacam lilin untuk penerangan, madu,
dipergunakan untuk makanan dan minuman yang lezat, juga bisa untuk menyembuhkan
berbagai penyakit, bahkan sengatannyapun berguna untuk obat, bila dipergunakan
secara tepat oleh manusia. Lebahpun tak akan menganggu, jika ia tak diganggu
terlebih dahulu. Sarangnyapun untuk sebagian orang dipergunakan dan diolah
untuk makanan lauk.
Ternyata terdapat lebih dari 20.000
spesies lebah yang tersebar diseluruh dunia, kecuali di Artantika. Lebah juga
mempunyai pembagian kerja yang sistematis. Ada lebah ratu yang fungsinya hanya
bertelur saja. Untuk lebah betina yang produktif bisa menghasilkan 2000 telur
dalam sehari ! luar biasa. Dan masa hidupnyapun ternyata lebih panjang dari
lebah pekerja atau jantan yang hanya 3 bulan saja, Ia bisa hidup selama 3 tahun..
Lebah pekerja inipun ada yang dari kalangan lebah betina yang tak produktif,
dan hebatnya lebih betina itu bisa berfungsi sebagai pembersih sarang dari
barang-barang atau sesuatu yang dipandang tak berguna. Fenomena yang luarbiasa,
seperti manusia saja layaknya.
Sikap-sikap hidup dari prilaku dari
hewan, kadang mewakili watak dari manusia. Ada manusia yang berbudidaya seperti
semut. Suka menumpuk harta (tanpa mengolahnya), juga menumpuk ilmu tanpa
dibagikan kepada orang lain juga materi tanpa disesuaikan dengan kebutuhannya.
Budaya semut yang “menumpuk” ini bisa disuburkan dengan budaya mumpung. Tidak
sedikit masyarakat menganut budaya ini. Pemborosan juga nampak pada filosofi
gaya hidup semut, bagaimana tidak, mereka menghadirkan barang-barang baru setiap
harinya dan membuang barang-barang lama yang sebenarnya masih berguna. Meski
sebenarnya kelompok semut adalah termasuk golongan makhluk yang rajin bekerja,
patuh pada pimpinan dan tak suka hidup menyerah. Dan bila sudah bersatu akan
menghasilkan karya yang sangat hebat, kadang karyanya melebihi perkiraan
manusia. Mereka juga tak segan menyerang, ketika merasa terancam baik secara
individu maupun kelompok.
Namun dalam kehidupan, akan sangat
lengkap dan bijak, bila kita bisa memilih lebah, sebagai cerminan bertindak
manusia. Nabi Muhammad saw bahkan mngingatkan bila kaum mukmin bisa bertindak
bagai lebah, sesuatu yang tidak merusak tidak pula menyakitkan dan selalu
berdaya guna, memberi manfaat bagi sekitarnya. “tidak makan kecuali yang baik,
tidak menghasilkan, kecuali yang bermanfaat, dan jika menimpa sesuatu tidak
merusak dan tidak pula memecahkannya..”
Itulah filosofi imani yang ternyata
sangat menajubkan dari serangga, terwakili dari semut, juga lebah. Tak disangka dari ketiga jenis
makhluk serangga itu, kita bisa mengambil hikmah yang terbesar untuk kehidupan
manusia. Selayaknya kita manusia seharusnya lebih baik dari yang telah
tersuguhkan dari mereka. Semoga hal ini menjadi inspirasi kita dalam bertindak
kelak.
Sumber
: “Lentera Al Qur’an” Kisah dan Hikmah Kehidupan, karangan M. Quraish Shihab.
Penerbit Mizan, bandung 2008. Dan ms.wikipedia.org/wiki/lebah. Juga
ms.wikipedia.org/wiki/semut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar