Minggu pagi di Stadion Manahan Solo
adalah tempat yang menyenangkan untuk Tom Gembus sekeluarga. Selain
jalan-jalan, cuci mata juga memburu kuliner dan membeli barang-barang kebutuhan
sehari-hari yang mumer alias murah meriah ada disana. Saat tiba di lapak
penjual jam tangan, Tom Gembus berpesan pada istrinya, Lady Cempluk,”Bu, saya
mau lihat jam dulu ya, jangan jauh-jauh dari sini..”.
Lady
Cempluk mengangguk. Dengan menggandeng Genduk Nichole, ia berpindah dari lapak
pedagang yang berjajar disitu ke lapak lainnya. “Nduk, kita beli kaos kaki
yuuk..”, ajaknya pada Gendhuk Nichole. Jarak antara lapak jam tangan sebenarnya
sangat dekat, hanya depannya menyerong sedikit. Tapi, setelah seusai Lady Cempluk
membayar harga kaos kaki, tiba-tiba Tom Gembus sudah raib.
“Wadow,
kemana iki Bapakmu nduk,..” Lady Cempluk sudah gelisah luar bisa. Mereka lalu
nyari dengan seksama. Maklum jam segitu Manahan sangat padat pengunjung, usel-uselan. Beberapa saat kemudian Tom
Gembus muncul. Ia terlihat sedikit gusar. “Piye to bune, saya itu udah nyari dan ngetutke
kamu sampai jauh je.
“
Kok bisa pakne, emangnya kamu mengetutke
siapa?” selidik Lady Cempluk. “Ya, ibu-ibu sing kerudung biru tow..”, katanya
sangat yakin. “Sik-sik pakne, saya ini pakai kerudung ungu bukan biru !” jawab
istrinya bingung. “Lho, tadi khan kerudungmu biru to”, katane tetep ngeyel.
Oalaah Tom Gembus..sudah salah ngeyel lagi. ‘Trus tadi sing mbok tutke ki sopoo..’ gerutu Lady Cempluk bercampur geli.
dimuat di rubrik Ah Tenane Solopos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar