Geger penangkapan selebritis dan
salah seorang anggota DPR juga 15 orang lainnya seolah masih menjadi
perbincangan hangat di masyarakat.
Bagaimana tidak, selebritis itu sedang naik daun dan terlihat ‘bukan orang yang
bermasalah’ dengan hukum, dan raport perilakunya baik-baik saja, tak terlihat bagai orang
ajrut-ajrutan karena ia memang pekerja keras. Tertangkap BNN karena pesta
narkoba di minggu pagi?
Banyak
yang menyangsikannya, terperangah tak percaya dan tak sedikit berujar,
”Wajarlah, karena kaum selebrita dari sejak dulu sampai sekarang banyak
bersinggungan dengan benda ‘haram’ seperti itu, karena pergaulan, gaya hidup
dan stress dalam menapaki karier”
Saking
banyaknya pengguna narkoba di negeri ini, bahkan kepala BNN Gories Mere
mensinyalir ada 5 juta pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya.
Angka yang sangat fantastis, karena terlihat betapa Indonesia sudah menjadi
pasar yang sangat empuk bagi Bandar Narkoba menjajakan dagangannya. Ngeri, tak
peduli anak muda, eksekutif, bahkan orang-orang dewasa dan lanjut usia, bahkan
anak-anakpun sudah mulai disasar dan ini menjadi ancaman serius bukan saja bagi
BNN, Negara namun juga bagi orangtua yang sangat was-was.
Lalu
apa yang harus dilakukan orangtua agar anaknya terhindar dari bujuk rayu
serbuan narkoba yang sangat menyesakkan dada itu? Apalagi bahaya zat terlarang
itu selain merusak otak, jantung dan fisik juga bisa mengganggu segi mental dan
emosional. Dampak mental dari narkoba adalah mematrikan akal sehat bagi
penggunanya, untuk slalu bereuforia, bahagia semu apalagi jika sudah tahap
kecanduan.
Sudah
tak ada alasan bagi orangtua untuk berdiam diri dan bersikap cuek dengan
keadaan ini yang sudah tahan emergency bahwa narkoba bukan hanya ada ditempat
sana jauh dari rumah namun sangat dekat dan siap mengintai putra-putri kita,
jika kita lengah dan tak peduli. Untuk itu perlu jurus sakit dan tips yang harus dilakukan agar anak terhidar
narkoba, diantaranya yakni,
1. Binalah hubungan baik dengan anak, ajari
mereka mempunyai kemampuan untuk mengelola emosi, sehingga bisa menciptakan
kepandaian untuk bersoasialisi dengan temannya. Ajari anak untuk mengungkapkan
apa saja situasi hatinya, agar anda bisa membantu disaat ada masalah atau
gundah. Jangan sampai anak menjadi sosok tertutup walau dengan anda sendiri,
sehingga saat ada masalah cukup berat dan mengganggunya ia akan melarikan
persoalannya pada teman yang salah atau barang-barang haram lainnya.
Anak
yang tak haus kasih sayang akan sangat berbeda dengan anak yang tak diurus oleh
keluarganya. Karena anak yang haus kasih
sayang akan sangat mudah mendengarkan
orang lain, teman-temannya dari pada nasehat orang tuanya. Untuk itu kawal anak
dengan banyak kasih sayang yang positif, yang tak berarti memanjakan dan
membuatnya tak mandiri.
2. Memunculkan kecerdasan emosionalnya
disamping cerdas intelektualnya. Semuanya mesti seimbang, tak ada istilah
cerdas salah satunya lebih baik dari lainnya. Bukan perkara mudah untuk
seimbangkan keduanya namun bukannya tidak bisa, sangat mungkin bisa. Untuk itu peran
orangtualah sebagai panutan dan selalu memberi advis untuk perbaikan perlakuan
anak.
Kecerdasan
emosionalnya ini digunakan untuk saat-saat genting. Saat ia dihadapkan pada
masalah dan pilihan. Ia harus cepat berpikir dan mengatakan “tidak” untuk
hal-hal yang haram atau tak boleh tanpa melukai orang lain yang mengajaknya.
Sebab saat orang ingin menjerumuskannya terluka akibat tak cerdasnya ia
menghadapi situasi maka yang terjadi adalah balas dendam untuk lebih intens
membujuknya dengan berbagai cara.
Kecerdasan
ini harus dipupuk sejak dini, akan sangat terlambat bila anda menerapkan saat
dia remaja. Karena saat ia beranjak remaja ia akan diharapkan untuk bisa
menghargai dirinya, tubuhnya untuk tidak dirusak oleh hal-hal yang tak perlu
semisal narkoba dan bisa menghargai masyarakat sekitar. Saat anak bisa memadukan
semuanya cerdas akal dan cerdas emosi maka ia akan tumbuh sebagai pribadi yang lengkap dan bisa lebih optimal
kembangkan potensi dirinya dalam study masyarakat.
Tidak
sombong, bisa menempatkan diri, tidak mudah tersulut emosi, tidak mudah putus
asa adalah sikap yang harus dimiliki anak agar bisa eksis dalam hidup dan tidak
cepat terpengaruh hal-hal yang negative, ketika pribadinya tak labil. Untuk itu
peran orangtua dalam membentuk karakter anak yang kuat, lentur dan bijaklah
yang sudah menjadi kewajiban saat ini.
3. Kepandaian mengelola kecerdasan
spiritual. Kecerdasan ini tak bisa dipisahkan dari peran orangtua. Menjadikan
anak yang tak mengenal Tuhannya atau dekat dengan hal-hal yang relegius memang
bisa didapat dari sekolah. Namun tak bisa menancap erat dalam diri anak saat
yang didapatkan itu tak dibiasakan oleh orangtuanya dalam kehidupan
sehari-hari.
Kecerdasan
spiritual ini dapat menumbuhkan fungsi manusiwi seseorang sehingga bisa
tumbuhkan seseorang menjadi pribadi yang berakhlak baik, menjadi panutan teman
sebayanya, luwes, kreatif berwawasan luas, pandai kelola kecemasan dan
kekhawatiran, punya daya juang tinggi.
Tumbuhkan
rasa takut untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikan dirinya, lingkungan
juga agamanya akan sangat membantu saat anak selalu hadirkan Tuhan dalam setiap
langkahnya.
Selain
itu ajarkan anak untuk bisa memilih pergaulannya, ajak diskusi jika suatu
ketika ia memilih teman yang salah, dan utarakan akibat terburuknya. Ajak anak
untuk memilih komunitas ternyaman untuknya yang positif, seperti olahraga,
pencinta remaja sastra, pencinta alam, hobi yang manfaat atau ikut sains. Semua
itu dilakukan agar anak menjauhi kehidupan yang tak perlu, seperti nongkrong
(laranglah karena tak manfaat), kehidupan malam, batasi kepergian anak dan
ajari anak untuk berkata “tidak” dan tak toleransi untuk narkoba.
Pengetahuan narkoba untuk anak memang sudah
seharusnya dilakukan mulai sekarang. Dan
terangkanlah konsekwensinya saat coba-coba dan akan berakhir kemana:
Rumah sakit khusus narkoba, atau rumah sakit jiwa, penjara atau masuk neraka.
Dan tentu katakanlah narkoba mempermalukan diri sendiri, keluarga dan kuburkan
seluruh cita-cita penggunanya. Bila orang lain bisa mempengaruhi buruk anak,
maka cobalah beri dogma baik pada anak
untuk sama sekali tak dekati narkoba. Para orangtua, sungguh peran anda membentuk karakter sangat penting bagi anak,
maka masih bilang susah untuk bentengi anak terhadap narkoba? Jangan bilang itu
lagi saat ini, karena seharusnya jawabannya: tidak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar