Kota Solo memang kota asyik untuk
kuliner. Pilihan untuk masak sendiri dirumah atau jajan memburu kuliner khas
kota ini memang fifty-fifty, buat
sebagian warga. Tak kecuali Lady Cempluk yang hari itu mencoba untuk tidak memasak
dan berencana membeli “Sop Matahari” dan “Lotek” yang banyak tersaji
disepanjang jalan di Solo.
“Kamu menyeberang dulu sana, nanti
mobilnya nyusul nyeberangnya ya..”, pesan Tom Gembus suaminya. Lady cempluk
mengangguk. Setelah pesanan Sop Matahari dan Lotek-nya ada ditangan, langsung
saja Lady Cempluk menyeberang menuju mobilnya yang tadi terparkir dengan
indahnya.
Mobil warna hitam itu terlihat
berbeda. “Lho, kacanya kok jadi lebih
buram?,” Lady Cempluk mulai curiga. Ia tetap mencoba membuka pintu mobilnya.
“Lho kok macet, malah dikunci ki pie?”
batinnya sambil ngoglek-oglek pintu
mobil. “Hmm..pancatan kakinya kok
terlihat beda dan lebih kotor, tadi nggak
seperti ini..” Lady Cempluk mulai panik. Ia langsung menuju kaca depan
mobil, berharap melihat suaminya, tapi tentu juga tak terlihat karena kacanya
lebih buram dari mobil yang biasanya ia pakai. Dan setelah coba amati merk
mobilnya, baru ia ngeh jika benar-benar
ia telah salah lapak eh..salah mobil!
Diseberang jalan klakson mobil Tom
Gembus mulai ribut. Lady Cempluk terkesiap, langsung berlari menyeberang
jalan tanpa menoleh mobil ‘pesakitan’ tadi. “Piye to kamu ini, sudah diberitahu
setelah kamu menyeberang nanti saya
nyusul nyeberang, soalnya tadi jalannya ramai banget”, kata Tom Gembus sewot.
Lady Cempluk diam saja, menyadari sifat pelupanya, dan berharap pemilik mobil
tadi tidak melihat aksinya yang ‘bersikeras membobol paksa’ mobilnya.
“Uff..untung saja mobilnya tak ada alarm-nya, jika ada, tak terbayang wajahku
seperti kepiting rebus..” desah Lady Cempluk, sambil terus bersyukur atas
keberuntungannya..
(karya di muat di solo pos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar