“Jadikan
sabar dan shalat menjadi penolongmu..” demikian sebuah ayat dalam Al Baqarah
153, menyatakan keutamaan shalat. Namun apakah seluruh umat muslim rutin
menjalankan shalat wajib lima waktu? Jawabannya amat beragam. Tapi mungkin,
prosentase orang yang mengerjakan shalat sebagai suatu kebutuhan diatas
kewajiban jika benar-benar diteliti jumlahnya bisa jadi sangat kecil. Amat
disayangkan sahabat Ummi, jika umat Muhammad menjadikan shalat itu beban,
hingga amat keberatan untuk melaksanakannya.
Banyak diantara orang dewasa sulit
menjalankan shalat lima waktu secara baik, apalagi bisa menularkannya ke anak-anaknya.
Prihatin, jika melihat anak hanya patuh menjalankan shalat dhuhur gegara
sekolahnya memang mengadakannya. Namun selepas itu, tanpa pendampingan guru,
orangtua sudah lepas tangan. Mau shalat Ashar silahkan, diberitahu shalat
magrib atau Isya’ susah, ya sudah. Apalagi menjalankan shalat subuh, tak
kerjakan tak apa, lha masih
mengantuk..
Pernah disuatu sekolah berlabel
Islam, anak-anak kelas 6 SD ditanya seorang motivator yang didatangkan khusus
oleh pihak sekolah dalam suatu acara yang dihadiri orangtua atau walinya; “Ayo
anak-anak jawab dengan jujur, siapa yang tadi subuh tidak menjalankan
shalat?”.Apa yang terjadi? Yang tunjuk tangan ada 50 persen lebih! Para
orangtua atau wali yang duduk dibelakang mereka menjadi malu, mendapat sentilan
dari sang motivator. “Mau jadi apa anak-anak kita, jika kita sebagai
orangtuanya membiarkan atau lalai menyuruh mereka menjalankan shalat!”.
Untuk itu sahabat Ummi, jangan
tunggu mereka remaja atau beranjak dewasa untuk bisa menjalankan shalat lima
waktu, bukan sebagai kewajiban. Tanamkan kepada mereka jika ibadah itu
sejatinya adalah kebutuhan manusia. Sejak dini, itu yang disarankan Rasulullah
SAW untuk mengajarkan anak shalat. Jika tak mau shalat, hendaklah diberi
kata-kata yang baik, dan jika masih malas, pukullah mereka, sebagai pelajaran
bukan untuk menyakiti.
Anak yang malas menjalankan shalat,
itu sejatinya berpulang pada orangtuanya. Mereka sebenarnya sejak bayi melihat
kita sebagai panutannya. Sebagai contoh, saat waktu shalat hampir habis, saat punya anak bayi yang rewel jika jauh dari
ibunya dan tak ada orang lain yang bisa menggendongnya, maka bayi bisa
diletakkan didekat tempat sujud, jika
belum berhasil, gendonglah sambil menjalankan shalat. Dari sini anak diajarkan
shalat sejak bayi. 5 waktu sehari ia akan merekam apa yang dikerjakan ibu dan
seluruh penghuni rumah saat menjalankan ibadah. Masih ada celah untuknya tidak
menjalankan shalat? Maka sahabat Ummi, jika demikian, berarti usaha kita dalam
mengajarkan anak untuk menjalankan shalat 5 waktu sehari itu belum maksimal.
Ada beberapa cara yang bisa Ummi lakukan dirumah untuk mendidik anak yang malas
menjalankan shalat.
1. Jika
saat shalat tiba, Anda bukan hanya menyuruh, tapi mengajak anak menjalankan
shalat. Jika ia bermain, panggilah, minta kerelaan temannya, atau bahkan
sekalian meminta teman-temannya melakukan shalat dirumah masing-masing.
2. Matikan
atau hentikan semua hal yang bisa
membuat anak lalai shalat. Anda harus tegas, entah televise, entah sedang main
gadget, main hape, sedang baca komik, mendengarkan music, sedang berbincang
dengan teman, anggota keluarga dan lainnya. Jika mereka menangis, biarlah.
Setelah itu beri pengertian dan peraturan dirumah yang harus dilaksanakan
secara konsekwen.
3. Beri
reward atau hadiah, untuk anak TK atau Paud atau bahkan SD, jika bisa
menjalankan shalat 5 waktu selama sebulan penuh, maka ia akan mendapatkan
hadiah.
4. Minta
guru disekolah, atau guru ngaji atau bahkan kepala sekolah untuk bekerjasama
dengan program ini. Semisal secara berkala mengingatkan untuk shalat, atau
memberi penghargaan jika menjalankan shalat 5 waktu dalam beberapa waktu, yang
diketahui atau ditandatangani orangtuanya, dan diberi macam-macam hadiah atau
nilai tambah jika mencapai waktu tertentu.
5. Beri
buku bacaan yang mengingatkan mengenai shalat, yang melaksanakan mendapatkan
pahala dan yang tidak mendapat siksa. Dogma anak dengan hal tersebut, sembari
memberi pengertian jika shalat itu bukan
pilihan atau kewajiban dan kebutuhan.
6. Jika
anak sudah mulai remaja, setingkat SMP jika ia bermain dengan teman-temannya
sampai jauh, mari diingatkan dengan entah SMS, WA, atau ditelpon setiap hari
setiap saat dan setiap waktu. Jangan ragu dan malu untuk melakukannya.
7. Apabila
anak tak bisa dinasehati dengan kata-kata, maka halal untuk memukulnya saat
usia mereka sekitar 9 tahun keatas. Ini sebagai shock terapi jika shalat itu
bukan pilihan dia untuk mengerjakan atau tidak. Anda harus tegas mengenai ini.
Tentu bukan pukulan untuk menganiaya, dan tempat memukul sangat dilarang
dibagian muka dan kepala. Pukulan kasih sayang, yang bisa menyelamatkan Anda
dan anak-anak Anda kelak diakherat nanti.
Sahabat Ummi, perkara shalat ini bukan
perkara kecil, namun sangat urgent. Prihatin jika melihat anak-anak, remaja
bahkan banyak orang dewasa dengan mudahnya meninggalkan shalat saat tak ada
perhatian dari orangtuanya. Kita akan dimintai pertanggunganjawab diakherat
kelak tentang pola pengasuhan anak yang salah, jadi bukan hanya mereka saja
yang melalaikan shalat. Ini perkara surga dan neraka, dan ini perkara Allah tak
sudi menolong kita dan anak-anak kita gegara selalu melalaikan shalat.
Naudzubillahi mindzalik, semoga Allah memudahkan perjalanan hidup kita sampai
ke jannahNya.
Referensi:
Berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar