Sahabat Ummi, terkadang kita tidak
sadar saat mendapati anak yang menurun prestasi belajarnya. Bahkan, tak jarang
orangtua, guru atau teman-temannya menganggap sebagai anak bodoh. Padahal jika
ditelusur, banyak factor yang membuat anak menjadi kesulitan belajar.
Faktor-faktor tersebut antara lain,
belum siapnya usia anak untuk bersekolah, semisal masuk SD pada usia kurang
dari 6 tahun, hinga menyebabkan belum matangnya secara psikologis si anak
menerima beberapa pelajaran berat, yang sebenarnya ia dalam fase bermain. Atau
bisa jadi si anak terlalu dipaksakan oleh orangtua untuk masuk sekolah favorit
tertentu, yang mana pelajaran yang ada terlalu berat atau terlalu banyak.
Ada satu pengalaman menarik saat
saya harus menjumpai kenyataan yang tak bisa diduga, saat anak bungsu saya
mengalami kesulitan dalam belajar, hingga saat kelas 1 dan 2 SD ia benar-benar
mendapat peringkat akhir! Tentu saya sangat shock, hingga berpikir keras untuk
mencarikan jalan keluar untuknya, yang berbeda karakter pola belajarnya dengan
dua kakak-kakaknya yang punya prestasi bagus di sekolahnya.
Titik terangpun muncul, setelah ada
seorang tetangga yang berprofesi sebagai guru les disuatu lembaga bimbingan
belajar mencoba menelaah kesulitan belajar anak saya, yang ternyata setelah
wawancara dan mencoba memberi bimbingan anak saya dirumahnya menemukan apa yang
menjadi penyebab anak saya kesulitan dalam menangkap pelajaran atau belajar. Ia
mengalami pengingat belajar dalam skala pendek, jadi meski sudah belajar
mati-matian dirumah, sesampai disekolah sebagian besar hasil belajarnya sudah
ikut terbawa angin dalam perjalanan disekolahnya, alias lupa.
Apakah anak ini bisa di’benahi’?
Tanya saya pada guru lesnya. Guru lesnya mengangguk, beliau mengatakan hanya
perlu menegakkan kosentrasi anak dan ada beberapa yang bisa diterapkan dalam
belajar anak dengan tingkat kesulitan seperti anak saya. Lalu, apa kiat yang
bisa dilakukan untuk ‘mengubah’ keadaannya? Coba cermati 5 kiat berikut ini:
1. Anak
dengan tingkat kesulitan belajar dengan pengingat terbatas ini sebaiknya jangan
diberi pemahaman pelajaran dengan tulisan yang panjang-panjang dalam satu
alenia. Hilangkan beberapa kata hubung atau kata-kata yang tak perlu hingga ia
hanya mengingat beberapa kata yang lebih pendek namun pengertiannya sama dengan
pengertian yang tertera pada buku. Nah untuk tahapan awal ini orangtua atau
pembimbing harus ekstra sabar, untuk memberikan pengertian baru, atau pemahaman
baru dari buku pelajarannya.
2. Buatkan
rangkuman untuk setiap sub bab. Rangkuman ini memang sebaiknya ditulis anak,
tapi bila kesulitan dibantu dibuatkan oleh pembimbingnya. Ini untuk semua mata
pelajaran.
3. Untuk
kalimat-kalimat pembuka atau pengantar hanya diajarkan sekilas saja, tapi yang
terpenting untuk anak dengan tipe seperti ini memang lebih banyak porsinya
langsung ke pokok masalah/pelajarannya saja.
4. Ajari
anak untuk teliti, seringkali anak dengan tipe seperti ini bukan karena tidak
bisa mengerjakan tapi tidak teliti menjawabnya. Hal ini benar-benar sangat
fatal saat menghadapi Test atau ujian kenaikan kelas.
5. Sabar,
dan terus menerus membimbing tanpa henti, karena jika tidak total hasilnya
tidak akan banyak perubahannya.
Sahabat
ummi, dalam kasus seperti ini ternyata jika tak mendapatkan penanganan yang
tepat, dengan mudah anak tersebut akan di cap sebagai anak ‘yang bodoh’,
padahal pendapat itu keliru. Alhamdulillah setelah bimbingan selama setahun,
anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, dari peringkat akhir dikelasnya
bisa melonjak diperingkat pertengahan, dan ini sebuah prestasi yang sangat
membanggakan. Semoga ini akan membantu prestasi belajar anak..
Referensi
: pengalaman pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar