"Saya
bukan seorang Muslim, tetapi sosok orang terbaik dalam pandangan saya adalah
Nabi Muhammad,". Kalimat ini adalah pernyataan Javier
Hernandez Balcazar alias Chicarito, lewat akun Twitter-nya.
Siapakah
Chicarito sebenarnya? Bagi pencinta sepakbola nama itu tentu sangat tak asing lagi. Ia idola kaum muda. Lelaki tampan
kelahiran Mexico ini adalah striker
Manchester United, klub raksasa Inggris yang sangat berkwalitas dan melahirkan
pesepakbola jempolan tingkat dunia.
Sangat
mengangetkan. Seorang non Muslim, menjadi idola kaum muda diseluruh dunia,
mengagumi tokoh muslim yang dia sendiri sadar jika tokoh yang ia kagumi
bukanlah seseorang yang bisa ia temui dalam kehidupan nyata, teraba, bahkan
bukan seseorang yang multi talenta dibidang hiburan, sains atau negarawan,
namun baginya Muhammad adalah seorang
yang luarbiasa!
Dalam
rangka menelusuri jejak sang Nabi, 12 Rabiulawal 1434 H, bila hanya dilewatkan
secara seremonial keagamaan semata, seperti hanya mengadakan kajian, lomba-lomba untuk
menyemarakan kelahiran atau bahkan tetap pertahankan tradisi yang berbau syirik
adalah hal yang kurang mengena dengan semangat mengenang kembali kelahiran
Muhammad, seorang pembaharu yang istimewa yang ruhnya diharapkan menempel erat
dalam setiap dada muslim.
Setiap
hari kelahirannya, banyak kalangan muslim biasanya berupaya menyambutnya dengan mengadakan
perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat
nabi, pembacaan syair Barzanji, pengajian. Dan menurut penanggalan Jawa,
bulan kelahiran Nabi Muhammad disebut
bulan Mulud dan diramaikan dengan acara tradisonal berbalut keagamaan
yakni Sekaten, dan diriuhkan dengan dibunyikannya gamelan sekaten untuk
menghibur masyarakat dan menumbuhkan semangat
keagamaan.
Kapan
sebenarnya perayaan Maulid Nabi ini tepatnya dimulai? perayaan ini asal mulanya diperkenalkan oleh
Abu Said al-Qakburi seorang gubernur Irbil di Irak pada masa pemerintahan
Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193). Tujuannya adalah untuk membangkitkan
kembali kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta tingkatkan semangat jihad
saat itu yang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam
upaya memperebutkan kota Yerusalem dan sekitarnya.
Dalam
era digital dan transformasi informasi yang sudah sangat global menghidupkan
sosok kembali sosok idola yang seharusnya, yang dipuja, dikagumi atau
diteladani, dan dianggap mempunyai predikat istimewa, dihormati posisinya
karena prestasi, itellegensi yang luar biasa dan tentulah ia adalah sosok yang
super ternyata ditanggapi salah kaprah oleh sebagian masyarakat, terutama kaum
mudanya.
Sosok
idola nyatanya malah jauh dari itu. Mereka hanya sebatas pandai menyanyi,
beracting, berperan dalam penilaian sangat subyektif. Yang terkadang Cuma
sebatas trend, jauh dari kwalitas, apalagi dari segi etika, cara bertingkah dan
berbusana. Sayang pergesekan budaya ini malah membuat generasi sekarang
kehilangan arah, idolakan tokoh yang salah, yang tak bisa dijadi acuan panutan.
Figur
idola seharusnya menjadi miniatur sebuah
idealisme, bisa mempunyai kekuatan mengubah kearah positif. Upayakan proses
pengiodalan terhadapan seseorang adalah inspirasi yang terus menerus terjaga
untuk tentukan arah kiblat jalan kehidupan yang harus diambil.
Sebaiknya,
idolakan Sosok yang tepat, dan tak terbantahkan dalam segi manapun juga.
Sikapnya adalah akhlaq Al Qur’an
berjalan layaknya, tanpa cela sedikitpun. Dijamin maksum dan masuk surga. Segi
intelegensinya tak perlu diragukan lagi, tak pernah lupa dan khilaf karena daya
ingatnya luarbiasa.
Penyusun
strategi perang yang jempolan, negarawan yang adil dan bijak, lemah lembut
namun tegas dan pemberani selalu digarda terdepan dalam berperang dan membela
umatnya, dialah Muhammad, nabi akhir zaman.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharapkan
(rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan ia banyak menyebut (Nama)
Allah." (al-Ahzab: 21)
Memang bukan perkara mudah untuk menghadirkan idola pada sesuatu
yang bersifat al-ghayb, yang dikatakan as-Suyuthi dalam ad-Durr al-Mantsur,
yakni tidak hadir dalam realitas hidup.
Karena sosok itu tak nyata bisa dilihat, diraba, diikuti secara fisik tentang
segala aktivitasnya, apalagi terbentang waktu yang sangat jauh berabad-abad
lamanya.
Belum lagi tertimbun aktivitas duniawi yang sudah mulai menghamba
teknologi informasi yang melesat bak peluru. Budaya K pop yang merajalela yang
dipertanyakan unsur panutan akhlaknya, fungsinya dalam bentuk kepribadian yang
semuanya sudah menghamba hedonism layaknya, juga idola-idola lain yang tak ada
juntrungnya.
Upayakan kembalikan sosok Muhammad sebagai seorang idola bukan
tanpa alasan. Karena pada dasarnya tak ada satupun tokoh besar di dunia ini
yang jujur mengadakan penyangkalan . Dia memang sosok yang sempurna, bahkan
dalam kitab Al-Wafa, Ibnul Jauzi tak menemukan sedikitpun sikap dan akhlaq
beliau yang tercela. Mulai dari sifat, sikap, tindakan, ibadah, pola pikir ,
etika semuanya terkonsep dengan sangat
baik.
Sehingga tak perlu lagi
mencari konsep pola pendidikan yang berkarakter yang lebih
baik dan sempurna darinya untuk jadikan cerminan anak dalam berperilaku baik. Karena
memang secara packing, Muhammad-lah adalah sosok idola yang paling cocok jadi
panutan meski ia seorang tokoh non empirik.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk meneladani beliau? Harus terus
menerus dilakukan penghadiran tokoh sentral ini dan diaplikasikan dalam seluruh
kehidupan, perbanyak sosialisasi tentang sifat-sifat brilliant dan jempolan
dari sosok Muhammad dan terus sebar luaskan dikalangan keluarga, anak didik,
dan masyarakat luas.
Seperti yang dilakukan oleh Shalahuddin al Ayyubi, panglima musimin dan teman seperjuangan Muzhaffar
dalam perang salib, ia menggunakan tradisi pembacaan sejarah Nabi untuk
menggedor motivasi dan meluapkan semangat berjihad seperti yang dilakukan Nabi
dan umatnya pada masa lalu, hingga yang terjadi kemenangan yang gilang
gemilang. Memang Muhammad adalah ahli strategi militer yang hebat dan ta pernah
melarikan diri dari peperangan.
Atau bicara soal kenegaraan? Beliau adalah tokoh yang bijak,
disegani umat muslim atau non muslim. Kejujuran, akhlaq mulia, kedepankan
kesejahteraan umat, seluruh hartanya untuk keperluan jihad dan Negara, jauh
dari korupsi. Muhammad adalah tetangga yang baik, ayah dan kakek teladan dan
sejuta pujian untuknya.
Meski tak teraba secara empirik dan bersentuhan secara ralitas
dalam kehidupan sehari-hari, Menghadirkan sosoknya dalam diri dan diharapkan
mengakar dalam setiap langkah kehidupan adalah yang paling urgen sekarang ini
disaat masyarakat terutama generasi muda sudah kehilangan pegangan dan memilih
kiblat yang salah dalam mencari sosok idola. Gali terus menerus segala sisi
dari pribadi Muhammad, dan temukan sisi inspiratif yang menggagumkan darinya.
Dari peringatan maulid Nabi Muhammad seharusnya menjadi tonggak untuk
menghidupkan kembali pribadi Rasul akhir jaman itu dan aplikasikan dalam
kehidupan semata dan bukan sekedar seremonial semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar