Suatu hari saya memaksakan diri
untuk mengirim SMS kepada rekan yang kebetulan menjadi Ketua Komite Sekolah,
Isinya adalah kegalauan Saya terhadap bencana yang baru saja terjadi, yakni
gempa besar di Padang, yang merenggut ratusan nyawa, yang sebelumnya Gempa
hebat landa kota kelahiran saya, Yogya dan berimbas pada kota-kota sekitarnya,
bahkan sampai Solo tempat domisili saya sekarang. Saya minta pada Beliau, yang
kebetulan seorang Ibu, untuk tanggap terhadap anak-anak yang belajar di
Sekolah, khususnya sekolah anak-anak kami, yang kebetulan merupakan gedung
dengan 4 lantai. Sangat rawan bila musibah gempa hebat melanda kota kami, tak
terbayang banyak korban yang berjatuhan bukan karena tertelan gempa bumi, namun
berdesakan dengan temannya sebab tak ada komando yang tepat dari para guru, dan
anak-anak tak terkendali karena tak pernah ada latihan menghadapi gempa bumi
atau bencana alam lainnya.
“Bila ada dua ratus saja anak yang
ingat dari sosialisasi tentang gempa dan bencana alam dari sekitar seribu murid
yang bersekolah disitu, tentu ini akan membantu menolong diri sendiri dan
mungkin turut membantu menenangkan temannya, tentu saja ini InsyaAllah
mengurangi jumlah korban, apabila musibah benar-benar terjadi, ,..” kata saya
seolah minta pengertian rekan saya ini, agar mengadakan sosialisasi bencana
alam disekolah. Jawabnya pendek, dari SMS panjang itu: “ Ya, bu InsyaAllah akan
saya pertimbangkan dan rapatkan dalam rapat pengurus Komite Sekolah,…”
Satu, dua minggu SMS saya berlalu,
sampai saya sendiripun lupa pernah mengirim pesan itu pada Ketua Komite
Sekolah, sampai pada akhirnya anak sulung saya bercerita bahwa kemarin mereka
mengadakan latihan bersama dengan badan penanggulangan Bencana SAR dari
Universitas Negeri Surakarta, sekaligus diberi penyuluhan!. Wuuah, leganya
saya, ternyata keresahan saya ditanggapi dengan serius. Dan hal ini mejadi
teramat istimewa ketika mendengar penjelasan dari ketua Komite sekolah saat
kami rapat bersama dengan orangtua wali murid, Ia melaporkan bahwa telah
mengadakan kegiatan penyuluhan bencana bagi murid sekaligus latihan sosialisasi
gempa bumi, atas usulan dari salah satu wali murid ( tentu yang dimaksud saya),
dengan dana menelan jutaan rupiah dan mendatangkan 6 wartawan media massa!
Wah,..saya sampai membelalakan mata, tak nyana bahwa kontribusi kecil saya bisa
berdampak begitu besar.
Saya juga ingat ketika bencana
meletusnya gunung Merapi tepat setahun lalu
di Yogyakarta, yang dampaknya sangat luas bagi masyarakat sampai radius
23KM dari lereng Merapi, kebetulan keluarga suami yang bertempat tinggal
disekitar Magelang terimbas cukup parah dengan abu vulkanik yang begitu tebal
menimpa hamper semua infrastruktur diwilayah itu, saya mengabarkan kepada kakak
yang kebetulan sebagai pengajar di UGM, dalam tempo yang singkat Ia mengabarkan
dan menyebar luaskan kondisi daerah Magelang tempat tinggal saudara suami yang
tak tersentuh bantuan sama sekali di internet dan UGM News. Bukan main dampaknya,
tak begitu lama, telpon berdering tanpa henti di ponsel suami menanyakan kabar
didesa sana, dan bantuan secara nyata langsung berdatangan didaerah itu, bahkan
dari sebuah televise swasta nasional memberikan makanan siap santap sehari tiga
kali selama dua minggu untuk meringankan beban mereka yang tertimpa musibah,
suatu kebetulan yang luar biasa dari sebuah kata : peduli. Peduli akan
bencana,.
Seklumit kisah ini, Saya maksudkan
untuk sekedar mengingatkan, apapun sebenarnya bentuk kepedulian kita akan
bencana yang tak tahu lagi kapan akan terjadi, karena telah nyata ada
disekeliling kita, akan sangat nyata menolong diri sendiri, keluarga,
lingkungan sekitar dan cakupan yang lebih luas lagi. Karena mau tak mau suka atau tidak kita hidup
dilingkaran rawan bencana. Kepedulian itu sangat beragam, Dari yang sangat
sederhana seperti yang saya lakukan, memberi usulan pada pihak-pihak terkait
tentang sosialisasi bencana, memberi tahu pada pihak yang sekiranya bisa memberi
jalan keluar, ataupun memberi bantuan secara langsung berupa barang atau dana,
atau tenaga yakni berupa relawan-relawan, menjadi penyuluh bencana secara
independent dilingkungan terdekat, ataupun membantu secara medis dan banyak
lainnya, dan itupun banyak dilakukan oleh perempuan.
Bagi seorang perempuan yang juga
seorang ibu, membekali diri dengan pengetahuan mengenai bencana alam berikut
persiapan, penanganan dan tips menghadapi Bencana alam, adalah hal yang sangat
penting. Hal ini disebabkan bencana tak pilih waktu, tempat dan situasi. Kadang
seorang hanya seorang diri mengatasi bencana yang terjadi dan harus bertindak
cepat, tepat dengan anak-anak dan anggota keluarga lain dirumah.
Tips-tips sederhana dan penting
perlu diketahui oleh kita, seperti menghadapi gempa bumi, seperti apa yang
dilakukan bila didalam gedung, sikap dan posisi yang benar, dan menggunakan
peralatan apa ketika terjadi didalam rumah, misalnya melindungi kepala dengan
bantal, sikap menekukkan badan, berlindung dibawah kolong, duduk di sudut
ruangan, memakai sepatu yang tak berhak tingggi ketika menyelamatkan diri,
matikan kompor dan alat listrik dan keluar gedung atau ruangan pada saat aman
atau memungkinkan. Kenali bila gempa hebat menimbulkan tsunami seperti air
surut dengan cepat, laut terasa sangat tenang, bau garam dan belerang, prilaku
binatang yang mendadak aneh. Air sumur warna, bau dan rasanya berbeda dengan
hari biasanya, dan tentu ada ombak besar yang tegak bak dinding. Bila itu
terjadi, langsung saja membawa kotak siaga yang telah dipersiapkan dan
menghimpun keluarga, tetangga secara kompak untuk mencari tempat yang lebih
tinggi.
Kotak siaga itu, harus di persiapkan
jauh hari sebelumnya, karena tingkat kerawanan bencana kita sangat tinggi.
Kotak atau tas itu berisi makanan awet, minuman kemasan, surat-surat penting,
baju-baju yang pokok saja, selimut, handuk, peralatan P3K yang sederhana,
seperti obat-obatan, kapas perban maupun plester juga cairan penutup luka, tak
lupa senter dan jas hujan. Dan kotak siaga itu sebaiknya diletakkan dekat pintu
keluar, atau ditempat yang mudah dan cepat dijangkau bila sewaktu-waktu bencana
tiba.
Bila terjadi gunung meletus, maka
seharusnya terlebih dulu mengenal jalur evakuasi, selalu pantau berita di
Televisi, Radio maupun aba-aba dari Tim-tim yang telah dibentuk oleh
pemerintah. Lansung mengungsi bila keadaan sudah sangat tidak memungkinkan.
Selalu membawa masker, jaket tebal, topi, baju lengan panjang dan celana
panjang. Waspadai Awan panas, dan lindungi wajah dan alat indera lainnya dari
kemungkinan bahaya tersebut. Bila letusan gunung sudah usai, berganti dengan
bahaya lahar dingin, yang tak kalah mencemaskan dari segi kerusakan, dan
dampaknya bagi kehidupan manusia.
Untuk itu diharapkan semua pihak,
khususnya para perempuan dan Ibu yang sangat dekat dengan melindungi anak-anak
dan anggota keluarga lainnya untuk mulai sekarang peduli bencana, sigap bukan
gagap bila bencana alam sudah mulai bergolak. Pengetahuan yang cukup mengenai
kebencanaan, yang akhirnya ditularkan pada anak-anak mereka, bukan merupakan
hal yang bisa ditunda lagi. Tularkan pengetahuan atau tips-tips penangulangan
bencana pada sekitar kita. Menjadi perempuan yang cerdas menghadapi bencana
bukan lagi sebuah pilihan, tapi kewajiban. Karena sesungguhnya nyawa itu bukan
hanya masalah takdir semata, usaha untuk melindungi nyawa dan harta juga
merupakan hal yang seharusnya di lakukan oleh umat. Ingatlah Allah tak akan
merubah nasib suatu kaum, apabila mereka sendiri tak mau mengubah nasib mereka,
juga takdir mereka.
mbak Devi Aulina ini uji coba, piye?
BalasHapus